Terenyuh, Balai Kayu Ini Sangat Berarti bagi Pendidikan Suku Anak Dalam
loading...
A
A
A
MUSI BANYUASIN - Bagi warga Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Pagar Desa, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan memiliki fasilitas pendidikan dulunya merupakan mimpi. Tapi sekarang mimpi ini menjadi kenyataan.
Baca juga: Polsek Tebo Ilir Jambi Lakukan Vaksinasi Suku Anak Dalam Lansia
Balai pendidikan kini mulai dibangun di Desa Pagar Desa. “Saya sangat senang karena bisa belajar setiap hari,” kata Rika, bocah perempuan berusia 11 tahun itu tersenyum sumringah saat ditemui Senin (21/6/2021) lalu.
Baca juga: Digeber, Vaksinasi Guru di Surabaya Capai 95%, Kurang Seribu Pengajar SMA
Rika menuturkan, sebelum balai yang terbuat dari kayu dan bambu berukuran 6x8 meter itu berdiri, anak-anak usia sekolah hanya bisa belajar bersama dua hari dalam sepekan. Tempat belajar mengajarnya pun ala kadarnya. Sebelum ada saung, anak-anak belajar di balai kecil yang dibangun secara swadaya.
Balai itu digunakan bergantian dengan ibu-ibu setempat yang mengenyam ilmu bercocok tanam. Sedangkan untuk tenaga pengajarnya selama ini didatangkan dari luar kampung atau sekolah terdekat dengan Jambi.
Pendirian balai itu terwujud atas inisiatif Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TPPKK) Kecamatan Bayung Lencir dan Kabupaten Muba untuk warga SAD di wilayah Rompok Soak Buring, Desa Pagar Desa, Kecamatan Bayung Lencir, Muba, dan Desa Pangkalan Bayat.
Saat ini pembangunan yang dimulai sejak Maret 2021 lalu sudah mencapai 40%. Pembangunan agak tersendat karena adanya kendala akses pengiriman material. ”Harapan kami awal tahun ajaran baru saung tersebut sudah bisa digunakan," kata Kepala Desa Pagar Desa, Firman Luter Hia.
Segera Terwujud
Harapan itu agaknya akan segera terwujud. Ketua TP PKK Kabupaten Muba, Thia Yufada Dodi Reza, yang merupakan istri Bupati Muba Dodi Reza Alex Noerdin telah berkomitmen meresmikan penggunaan balai tersebut pada 26 Juli 2021. Tanggal itu sengaja dipilih dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional.
Desa Pagar Desa yang terdiri dari 25 Kepala Keluarga (KK) memiliki 27 anak usia sekolah. “Semuanya tingkat SD,” lanjut Firman. Mereka memang sangat ingin memiliki sarana pendidikan yang memadai. “Hasrat belajar mereka tinggi sekali,” tuturnya.
Baca juga: Polsek Tebo Ilir Jambi Lakukan Vaksinasi Suku Anak Dalam Lansia
Balai pendidikan kini mulai dibangun di Desa Pagar Desa. “Saya sangat senang karena bisa belajar setiap hari,” kata Rika, bocah perempuan berusia 11 tahun itu tersenyum sumringah saat ditemui Senin (21/6/2021) lalu.
Baca juga: Digeber, Vaksinasi Guru di Surabaya Capai 95%, Kurang Seribu Pengajar SMA
Rika menuturkan, sebelum balai yang terbuat dari kayu dan bambu berukuran 6x8 meter itu berdiri, anak-anak usia sekolah hanya bisa belajar bersama dua hari dalam sepekan. Tempat belajar mengajarnya pun ala kadarnya. Sebelum ada saung, anak-anak belajar di balai kecil yang dibangun secara swadaya.
Balai itu digunakan bergantian dengan ibu-ibu setempat yang mengenyam ilmu bercocok tanam. Sedangkan untuk tenaga pengajarnya selama ini didatangkan dari luar kampung atau sekolah terdekat dengan Jambi.
Pendirian balai itu terwujud atas inisiatif Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TPPKK) Kecamatan Bayung Lencir dan Kabupaten Muba untuk warga SAD di wilayah Rompok Soak Buring, Desa Pagar Desa, Kecamatan Bayung Lencir, Muba, dan Desa Pangkalan Bayat.
Saat ini pembangunan yang dimulai sejak Maret 2021 lalu sudah mencapai 40%. Pembangunan agak tersendat karena adanya kendala akses pengiriman material. ”Harapan kami awal tahun ajaran baru saung tersebut sudah bisa digunakan," kata Kepala Desa Pagar Desa, Firman Luter Hia.
Segera Terwujud
Harapan itu agaknya akan segera terwujud. Ketua TP PKK Kabupaten Muba, Thia Yufada Dodi Reza, yang merupakan istri Bupati Muba Dodi Reza Alex Noerdin telah berkomitmen meresmikan penggunaan balai tersebut pada 26 Juli 2021. Tanggal itu sengaja dipilih dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional.
Desa Pagar Desa yang terdiri dari 25 Kepala Keluarga (KK) memiliki 27 anak usia sekolah. “Semuanya tingkat SD,” lanjut Firman. Mereka memang sangat ingin memiliki sarana pendidikan yang memadai. “Hasrat belajar mereka tinggi sekali,” tuturnya.