Klaster Pondok Pesantren Kembali Muncul di Tasikmalaya, Belasan Santriwati Positif COVID-19
loading...
A
A
A
TASIKMALAYA - Penyebaran COVID-19 di lingkungan pondok pesantren kembali terjadi di Kabupaten Tasikmalaya , Jawa Barat ( Jabar ). Kali ini menimpa belasan santriwati di Ponpes Nurul Huda, di Kecamatan Salopa.
Sebanyak 16 santriwati di ponpes itu terkonfirmasi positif COVID-19 setelah menjalani test swab. Saat ini, mereka sedang menjalani isolasi mandiri di asrama dalam area pondok pesantren.
Berdasarkan informasi salah seorang pengelola pondok pesantren, penemuan kasus penyebaran COVID-19 di pondok pesantren yang dikelolanya berawal pada akhir bulan februari lalu.
Bahwa ada sejumlah santriwati yang demam beberapa hari, kemudian setelah demam para santri mengalami hilang indra penciumannya. Pihak pondok pesantren pun langsung melakukan karantina dan melaporkannya ke gugus tugas desa.
Setelah dilakukan pengecekan dan swab, ternyata jumlah santri yang mengalami gejala terus bertambah, dari 17 orang santriwati yang menjalani uji usap atau swab. Hasilnya 16 orang dinyatakan positif COVID-19 . “Rata-rata para santri yang positif covid-19 itu mengeluhkan demam, sesak nafas dan hilang fungsi indera penciuman,” ungkap pengelola ponpes.
Usai mendapat laporan dari media sosial terkait adanya klaster pondok pesantren, Wakil Bupati Tasikmalaya, Deni Ramdani Sagara melakukan peninjauan langsung ke pondok pesantren yang lokasinya di pelosok tersebut.
Dengan menggunakan pengeras suara dari mobil patwal polisi, Wakil Bupati 42 hari ini memberikan motivasi dan memeriksa kondisi para santriwati yang tengah menjalani isolasi mandiri di pondok pesantren.
Wakil bupati pun menerima keluhan mengenai kurangnya asupan makanan yang cukup bagi para santri, karena mereka hanya bisa makan dua kali dalam sehari, deni pun berjanji akan membantu memasok bantuan makanan dan vitamin selama para santri menjalani masa isolasi.
“Kalau dua kali makan pastilah tidak cukup, harus tiga kali, karena itu pemerintah harus hadir, secara kelembagaan dan pribadi harus kita bantu,” katanya.
Deni menyebutkan, bukan hanya asupan makan yang harus dipenuhi, tetapi jasmani dan rohani. Karena itu, pihaknya berkunjung demi memberikan motivasi. “Alhamdulillah mereka senang, bahagia atas kedatangan kita, mereka tidak hanya memerlukan kebutuhan makanan yang cukup, tetapi juga motivasi,” ungkapnya.
Guna mengantisipasi munculnya kembali klaster Pondok Pesantren, Wakil Bupati Tasikmalaya meminta agar seluruh pondok pesantren di wilayah kabupaten tasikmalaya memiliki layanan kesehatan dan fasilitas medis seperti ruangan isolasi.
“Sehingga jika ada gejala COVID-19 yang dirasakan oleh para santri atau tenaga pengajar di lingkungan pondok pesantren, bisa langsung diatasi,” tandasnya.
Lihat Juga: Tanah Longsor Timbun Jalan Taraju Tasikmalaya, Putus Akses Penghubung Sejumlah Kecamatan
Sebanyak 16 santriwati di ponpes itu terkonfirmasi positif COVID-19 setelah menjalani test swab. Saat ini, mereka sedang menjalani isolasi mandiri di asrama dalam area pondok pesantren.
Berdasarkan informasi salah seorang pengelola pondok pesantren, penemuan kasus penyebaran COVID-19 di pondok pesantren yang dikelolanya berawal pada akhir bulan februari lalu.
Bahwa ada sejumlah santriwati yang demam beberapa hari, kemudian setelah demam para santri mengalami hilang indra penciumannya. Pihak pondok pesantren pun langsung melakukan karantina dan melaporkannya ke gugus tugas desa.
Setelah dilakukan pengecekan dan swab, ternyata jumlah santri yang mengalami gejala terus bertambah, dari 17 orang santriwati yang menjalani uji usap atau swab. Hasilnya 16 orang dinyatakan positif COVID-19 . “Rata-rata para santri yang positif covid-19 itu mengeluhkan demam, sesak nafas dan hilang fungsi indera penciuman,” ungkap pengelola ponpes.
Usai mendapat laporan dari media sosial terkait adanya klaster pondok pesantren, Wakil Bupati Tasikmalaya, Deni Ramdani Sagara melakukan peninjauan langsung ke pondok pesantren yang lokasinya di pelosok tersebut.
Dengan menggunakan pengeras suara dari mobil patwal polisi, Wakil Bupati 42 hari ini memberikan motivasi dan memeriksa kondisi para santriwati yang tengah menjalani isolasi mandiri di pondok pesantren.
Wakil bupati pun menerima keluhan mengenai kurangnya asupan makanan yang cukup bagi para santri, karena mereka hanya bisa makan dua kali dalam sehari, deni pun berjanji akan membantu memasok bantuan makanan dan vitamin selama para santri menjalani masa isolasi.
“Kalau dua kali makan pastilah tidak cukup, harus tiga kali, karena itu pemerintah harus hadir, secara kelembagaan dan pribadi harus kita bantu,” katanya.
Deni menyebutkan, bukan hanya asupan makan yang harus dipenuhi, tetapi jasmani dan rohani. Karena itu, pihaknya berkunjung demi memberikan motivasi. “Alhamdulillah mereka senang, bahagia atas kedatangan kita, mereka tidak hanya memerlukan kebutuhan makanan yang cukup, tetapi juga motivasi,” ungkapnya.
Guna mengantisipasi munculnya kembali klaster Pondok Pesantren, Wakil Bupati Tasikmalaya meminta agar seluruh pondok pesantren di wilayah kabupaten tasikmalaya memiliki layanan kesehatan dan fasilitas medis seperti ruangan isolasi.
“Sehingga jika ada gejala COVID-19 yang dirasakan oleh para santri atau tenaga pengajar di lingkungan pondok pesantren, bisa langsung diatasi,” tandasnya.
Lihat Juga: Tanah Longsor Timbun Jalan Taraju Tasikmalaya, Putus Akses Penghubung Sejumlah Kecamatan
(nic)