Ini yang Akan Dilakukan Gembong Jika Terpilih Jadi Ketua Ikatan Alumni ITB
loading...
A
A
A
BANDUNG - Saat acara “Don Adam Show edisi Back to Campus”, Gembong Primadjaya, calon Ketua Ikatan Alumni ITB menceritakan apa saja yang hendak dilakukannya untuk IA ITB kelak bila terpilih.
Apa-apa saja yang akan dilakukan ini berdasarkan pada Salam Ganesha, sebuah ikrar yang menemani seluruh mahasiswa baru ITB di berbagai jenis ospek, dari ospek tingkat jurusan, unit, hingga tingkat kampus yang bunyinya : “Salam Ganesha, Bakti Kami, Untukmu: Tuhan, Bangsa, dan Almamater. Merdeka!”
Pertama adalah Bakti kepada Tuhan. Didasarkan pada kondisi Indeks Kebebasan Berkeyakinan yang semakin memburuk beberapa waktu belakangan. Berdasarkan data BPS, indeks Kebebasan Berkeyakinan pernah mencapai skor 86,6 tahun 2015, kemudian anjlok ke 82,8 tahun 2018 dan 83,03 di 2019.
Bagaimanapun alumni ITB juga berasal dari berbagai suku dan agama. Merespon data tersebut, Gembong menunjukkan komitmennya merawat pluralisme. “IA ITB harus menyelenggarakan acara-acara keagamaan pada waktu yang tepat sesuai dengan agama-agama yang diakui oleh pemerintah.”
Selain itu, menurut Gembong sebenarnya seluruh alumni ITB sudah diberikan karunia oleh Tuhan, yaitu dengan bersekolah di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Menurut Gembong, bakti kepada Tuhan juga dapat ditunjukkan dengan peran serta dalam berbagai bidang professional.
Berikutnya adalah Bakti kepada Bangsa. Didasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang meyebut Indonesia termasuk salah satu dari tiga negara yang menyumbang polusi udara terbesar di Dunia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa kapal-kapal yang masih menggunakan bahan bakar yang mengandung zat pencemar cukup besar, seperti marine fuel oil. Sementara LNG adalah bahan bakar kapal yang sangat bersih, kandungan sulfur oksidanya 90% lebih sedikit, kandungan nitrogen oksidanya 90% lebih sedikit, dan karbon dioksidanya 30% lebih sedikit dari marine fuel oil umumnya.
Gembong sebagai professional yang sudah lama malang melintang disektor energi, terutama di logistik gas, punya pandangan tentang apa yang harus dilakukan IA ITB ke depan untuk mengurangi polusi udara laut Indonesia. Baca:Spesialis Bobol Rumah Mewah di Palembang Ditangkap di Bandara
Menurut Gembong, sebenarnya hal itu sudah tercantum di dalam IMO (International Maritime Organization) 2020, bahwa kandungan sulfur harus di bawah 0,05%. Jadi permasalahannya sekarang kapal-kapal ini masih menggunakan marine fuel oil, yang ambang batas sulfurnya di atas itu. “Ikatan alumni dapat menyiapkan sistem logistik nasional yang memungkinkan LNG bisa ditransport atau dibeli dengan harga yang lebih murah.” Janjinya.
Integrasi dari sistem logistik tersebut yang harus dikonsep dengan benar. Karena Indonesia ini negara yang unik, karena bebentuk kepulauan. Dan sebagian pulau ada penghuninya. Jadi kita harus mendesain sendiri sistem logistik yang efisien dan ekonomis bagi Indonesia. Menurutnya ini tantangan bagi kaum milenial. “Jadi nanti akan ada sebuah platform yang dapat membantu pengusaha-pengusaha kapal untuk mencari LNG. Ada di mana, berapa ketersediannya. Hal ini bisa dimainkan milenial.”, dorongnya. Baca Juga: Niat Bisa Kembali Perawan, Wanita Ini Justru Diperkosa Dukun Cabul.
Gembong menambahkan, yang menjadi tantangan lain untuk alumni ITB menurutnya adalah membuat konsep alternatif infrastruktur LNG yang paling efisien yang mungkin dibangun di berbagai kepulauan Indonesia.
Terakhir adalah bakti kepada almamater. Didasarkan pada terus turunnya peringkat ITB di Dunia. Pada tahun 1970-an ITB kabarnya masih di peringkat di bawah 100, namun kini menurut QS World Ranking University kita sudah di peringkat 330-an. Ditengarai ini juga akibat dosen ITB yang rendah tingkat kesejahteraannya, sehingga lebih fokus mencari proyek dibanding meneliti. Banyak mahasiswa master dan doktor yang tidak mampu membiayai penelitian.
Untuk masalah ini Gembong berjanji bila terpilih menjadi Ketua IA ITB untuk membangun apartemen yang layak bagi para dosen dan mengadakan beasiswa penelitian untuk mahasiswa ITB.
Apa-apa saja yang akan dilakukan ini berdasarkan pada Salam Ganesha, sebuah ikrar yang menemani seluruh mahasiswa baru ITB di berbagai jenis ospek, dari ospek tingkat jurusan, unit, hingga tingkat kampus yang bunyinya : “Salam Ganesha, Bakti Kami, Untukmu: Tuhan, Bangsa, dan Almamater. Merdeka!”
Pertama adalah Bakti kepada Tuhan. Didasarkan pada kondisi Indeks Kebebasan Berkeyakinan yang semakin memburuk beberapa waktu belakangan. Berdasarkan data BPS, indeks Kebebasan Berkeyakinan pernah mencapai skor 86,6 tahun 2015, kemudian anjlok ke 82,8 tahun 2018 dan 83,03 di 2019.
Bagaimanapun alumni ITB juga berasal dari berbagai suku dan agama. Merespon data tersebut, Gembong menunjukkan komitmennya merawat pluralisme. “IA ITB harus menyelenggarakan acara-acara keagamaan pada waktu yang tepat sesuai dengan agama-agama yang diakui oleh pemerintah.”
Selain itu, menurut Gembong sebenarnya seluruh alumni ITB sudah diberikan karunia oleh Tuhan, yaitu dengan bersekolah di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Menurut Gembong, bakti kepada Tuhan juga dapat ditunjukkan dengan peran serta dalam berbagai bidang professional.
Berikutnya adalah Bakti kepada Bangsa. Didasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang meyebut Indonesia termasuk salah satu dari tiga negara yang menyumbang polusi udara terbesar di Dunia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa kapal-kapal yang masih menggunakan bahan bakar yang mengandung zat pencemar cukup besar, seperti marine fuel oil. Sementara LNG adalah bahan bakar kapal yang sangat bersih, kandungan sulfur oksidanya 90% lebih sedikit, kandungan nitrogen oksidanya 90% lebih sedikit, dan karbon dioksidanya 30% lebih sedikit dari marine fuel oil umumnya.
Gembong sebagai professional yang sudah lama malang melintang disektor energi, terutama di logistik gas, punya pandangan tentang apa yang harus dilakukan IA ITB ke depan untuk mengurangi polusi udara laut Indonesia. Baca:Spesialis Bobol Rumah Mewah di Palembang Ditangkap di Bandara
Menurut Gembong, sebenarnya hal itu sudah tercantum di dalam IMO (International Maritime Organization) 2020, bahwa kandungan sulfur harus di bawah 0,05%. Jadi permasalahannya sekarang kapal-kapal ini masih menggunakan marine fuel oil, yang ambang batas sulfurnya di atas itu. “Ikatan alumni dapat menyiapkan sistem logistik nasional yang memungkinkan LNG bisa ditransport atau dibeli dengan harga yang lebih murah.” Janjinya.
Integrasi dari sistem logistik tersebut yang harus dikonsep dengan benar. Karena Indonesia ini negara yang unik, karena bebentuk kepulauan. Dan sebagian pulau ada penghuninya. Jadi kita harus mendesain sendiri sistem logistik yang efisien dan ekonomis bagi Indonesia. Menurutnya ini tantangan bagi kaum milenial. “Jadi nanti akan ada sebuah platform yang dapat membantu pengusaha-pengusaha kapal untuk mencari LNG. Ada di mana, berapa ketersediannya. Hal ini bisa dimainkan milenial.”, dorongnya. Baca Juga: Niat Bisa Kembali Perawan, Wanita Ini Justru Diperkosa Dukun Cabul.
Gembong menambahkan, yang menjadi tantangan lain untuk alumni ITB menurutnya adalah membuat konsep alternatif infrastruktur LNG yang paling efisien yang mungkin dibangun di berbagai kepulauan Indonesia.
Terakhir adalah bakti kepada almamater. Didasarkan pada terus turunnya peringkat ITB di Dunia. Pada tahun 1970-an ITB kabarnya masih di peringkat di bawah 100, namun kini menurut QS World Ranking University kita sudah di peringkat 330-an. Ditengarai ini juga akibat dosen ITB yang rendah tingkat kesejahteraannya, sehingga lebih fokus mencari proyek dibanding meneliti. Banyak mahasiswa master dan doktor yang tidak mampu membiayai penelitian.
Untuk masalah ini Gembong berjanji bila terpilih menjadi Ketua IA ITB untuk membangun apartemen yang layak bagi para dosen dan mengadakan beasiswa penelitian untuk mahasiswa ITB.
(nag)