Kematian Bayi Saat Pandemi COVID-19 di Cimahi 69 Kasus, Kebanyakan Asfiksia
loading...
A
A
A
CIMAHI - Kasus kematian bayi di Kota Cimahi, Jawa Barat selama pandemi COVID-19 cukup tinggi, yakni mencapai 69 kejadian. Sementara angka kematian ibu lebih rendah yakni 12 kejadian di sepanjang 2020.
"Untuk kematian ibu dan bayi itu bukan karena COVID-19, tapi kebanyakan pada ibu karena hipertensi, infeksi sampai pendarahan. Sedangkan untuk bayi kebanyakan karena asfiksia (kondisi kadar oksigen dalam tubuh menurun)," terang Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinkes Kota Cimahi, Indah Gilang Indira, Kamis (4/2/2021).
Baca juga: Ibu dan Anak di Cianjur Tewas Keracunan Oncom, Polisi Periksa Sample Makanan
Dia menjelaskan, untuk rasio kematian ibu pada tahun lalu ada penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Kasus kematian ibu biasanya terjadi pada ibu hamil, saat melahirkan, dan di masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan.
Sementara pada bayi, lanjut dia, terjadi pada bayi yang baru melahirkan sampai dengan bayi umur 12 bulan kurang sehari. Selain faktor asfiksia kematian pada bayi juga dikarenakan berat badan saat lahir rendah, dan sejumlah faktor lainnya.
"Kami berharap di 2021 angka kematian ibu dan bayi bisa turun. Dikarenakan masih pandemi COVID-19, maka kami terus ingatkan disiplin protokol kesehatan agar ibu hamil tidak sampai terpapar," tuturnya.
Baca juga: Tangis Pecah Saat Empat Jenazah Sekeluarga Korban Pembunuhan Rembang Dimakamkan
Upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi, kata Indah, seperti dengan mengembangkan program 1.000 hari pertama kehidupan. Serta peningkatan pelayanan Puskesmas melalui program kelas ibu hamil, kelas ibu balita, dan kunjungan rumah ibu hamil risiko tinggi.
"Ibu hamil harus lebih hati-hati, jaga kondisi ibu dan bayinya agar tetap sehat. Jika ibu hamil tertular COVId-19, efeknya bisa berbahaya bagi ibu dan bayi yang dikandung," tuturnya.
Sementara bagi pasangan suami istri yang belum hamil, pihaknya menyarankan buntuk menunda kehamilan ditengah pandemi COVID-19. "Jika hamil metabolisme dan kebutuhan nutrisi akan meningkat, sehingga kalau ada gangguan dari luar kondisinya imun tubuhnya akan menurun," pungkasnya
"Untuk kematian ibu dan bayi itu bukan karena COVID-19, tapi kebanyakan pada ibu karena hipertensi, infeksi sampai pendarahan. Sedangkan untuk bayi kebanyakan karena asfiksia (kondisi kadar oksigen dalam tubuh menurun)," terang Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinkes Kota Cimahi, Indah Gilang Indira, Kamis (4/2/2021).
Baca juga: Ibu dan Anak di Cianjur Tewas Keracunan Oncom, Polisi Periksa Sample Makanan
Dia menjelaskan, untuk rasio kematian ibu pada tahun lalu ada penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Kasus kematian ibu biasanya terjadi pada ibu hamil, saat melahirkan, dan di masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan.
Sementara pada bayi, lanjut dia, terjadi pada bayi yang baru melahirkan sampai dengan bayi umur 12 bulan kurang sehari. Selain faktor asfiksia kematian pada bayi juga dikarenakan berat badan saat lahir rendah, dan sejumlah faktor lainnya.
"Kami berharap di 2021 angka kematian ibu dan bayi bisa turun. Dikarenakan masih pandemi COVID-19, maka kami terus ingatkan disiplin protokol kesehatan agar ibu hamil tidak sampai terpapar," tuturnya.
Baca juga: Tangis Pecah Saat Empat Jenazah Sekeluarga Korban Pembunuhan Rembang Dimakamkan
Upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi, kata Indah, seperti dengan mengembangkan program 1.000 hari pertama kehidupan. Serta peningkatan pelayanan Puskesmas melalui program kelas ibu hamil, kelas ibu balita, dan kunjungan rumah ibu hamil risiko tinggi.
"Ibu hamil harus lebih hati-hati, jaga kondisi ibu dan bayinya agar tetap sehat. Jika ibu hamil tertular COVId-19, efeknya bisa berbahaya bagi ibu dan bayi yang dikandung," tuturnya.
Sementara bagi pasangan suami istri yang belum hamil, pihaknya menyarankan buntuk menunda kehamilan ditengah pandemi COVID-19. "Jika hamil metabolisme dan kebutuhan nutrisi akan meningkat, sehingga kalau ada gangguan dari luar kondisinya imun tubuhnya akan menurun," pungkasnya
(msd)