Kang Pipit Preman Pensiun, Pernah Jadi Kuli Bangunan hingga Sekuriti
loading...
A
A
A
BANDUNG - Meninggalnya Kang Pipit Preman Pensiun atau Icha mengejutkan banyak pihak. Selama ini, pria berusia 59 tahun ini masih tampak bugar saat tampil di layar kaca, menghiasi stasiun RCTI.
Siapa kira, Tuhan Yang Maha Kuasa memanggilnya saat dia sedang naik daun. Karena, sebelum menjadi pemain sinetron Preman Pensiun, perjuangan Pipit mengarungi perjuangan hidup cukup panjang.
Menurut adik almarhum, Nani Suryani, sebelum menjadi pemain Preman Pensiun, Pipit berprofesi sebagai sekuriti di salah satu perusahaan di kawasan Sukajadi. Dari sanalah, dia mengetahui ada casting pemain Pemain Preman Pensiun hingga bisa diterima.
Kerabat dan pelayat berdatangan ke rumah Kang Pipit Preman Pensiun diRancaekek, Kabupaten Bandung. Foto/SINDOnews/Arif Budianto
"Tapi sebelum jadi sekuriti, almarhum sehari hari bekerja sebagai buruh lepas bangunan. Dia biasa bekerja kemana mana untuk menghidupi anak dan istrinya," ungkapnya.
Menurut dia, Pipit selama ini Pipit hidup sederhana di rumah mungil di Kampung Ranca Nilem, Bojongloa, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Rumah sederhana yang hingga di penghujung usianya masih ditinggali.
"Walaupun dia sudah menjadi pemain Preman Pensiun, dia tetap pulang sebulan sekali ke rumah ini. Dia tetap baik dengan keluarga dan tetangga, tidak ada yang berubah," imbuh Nani.
Dia mengaku sangat terpukul dengan meninggalnya adiknya itu. Apalagi, bagi keluarga, Pipit masih menjadi tulang punggung keluarga.
Siapa kira, Tuhan Yang Maha Kuasa memanggilnya saat dia sedang naik daun. Karena, sebelum menjadi pemain sinetron Preman Pensiun, perjuangan Pipit mengarungi perjuangan hidup cukup panjang.
Menurut adik almarhum, Nani Suryani, sebelum menjadi pemain Preman Pensiun, Pipit berprofesi sebagai sekuriti di salah satu perusahaan di kawasan Sukajadi. Dari sanalah, dia mengetahui ada casting pemain Pemain Preman Pensiun hingga bisa diterima.
Kerabat dan pelayat berdatangan ke rumah Kang Pipit Preman Pensiun diRancaekek, Kabupaten Bandung. Foto/SINDOnews/Arif Budianto
"Tapi sebelum jadi sekuriti, almarhum sehari hari bekerja sebagai buruh lepas bangunan. Dia biasa bekerja kemana mana untuk menghidupi anak dan istrinya," ungkapnya.
Menurut dia, Pipit selama ini Pipit hidup sederhana di rumah mungil di Kampung Ranca Nilem, Bojongloa, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Rumah sederhana yang hingga di penghujung usianya masih ditinggali.
"Walaupun dia sudah menjadi pemain Preman Pensiun, dia tetap pulang sebulan sekali ke rumah ini. Dia tetap baik dengan keluarga dan tetangga, tidak ada yang berubah," imbuh Nani.
Dia mengaku sangat terpukul dengan meninggalnya adiknya itu. Apalagi, bagi keluarga, Pipit masih menjadi tulang punggung keluarga.
(shf)