Awal Tahun Banyak Gunung Api Aktif, Ini Penjelasan Ahli ITB

Kamis, 21 Januari 2021 - 18:30 WIB
loading...
Awal Tahun Banyak Gunung...
Sejumlah gunung api di Indonesia tercatat mengalami kenaikan aktivitas dalam beberapa pekan terakhir.Foto/ilustrasi
A A A
BANDUNG - Sejumlah gunung api di Indonesia tercatat mengalami kenaikan aktivitas dalam beberapa pekan terakhir. Diantaranya Gunung Sinabung, Gunung Semeru, Gunung Merapi, dan lainnya. Lalu kenapa gunung tersebut cenderung bersamaan mengalami kenaikan aktivitas.

Volkanolog dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB Dr. Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T. dalam keterangan resmi ITB menyatakan, setidaknya terdapat tiga faktor utama mengapa gunung api bisa meletus. Pertama karena kondisi di bawah dapur magma, kedua kondisi di dalam dapur magma, dan ketiga kondisi di atas dapur magma atau permukaan gunung.

Baca juga: Soal Suara Dentuman di Cimahi dan Bandung, Ini Penjelasan BMKG

“Jadi pada prinsipnya gunung api meletus itu terjadi karena ada ketidakstabilan di dalam dapur magma. Karena ketidakstabilan tersebut kemudian dikonversikan menjadi letusan,” kata dia.

Dia menjelaskan, faktor pertama, yaitu kondisi di bawah dapur magma. Hal ini berkaitan dengan adanya pasokan (supply) magma baru. Proses tersebut berkaitan dengan proses geologi di mana adanya subduksi, palung, adanya pemekaran lantai samudra, dan terdapat titik panas. Selama proses tektonik tersebut bekerja maka proses pembentukan pasokan magma baru akan terjadi.

“Akibatnya ketika magma baru itu terbentuk dia bergabung dengan magma yang sudah ada di dalam dapur magma. Nah ketika terjadi kelebihan volume maka kelebihannya itu harus dikeluarkan sehingga terjadilah erupsi,” ungkapnya.

Dia menegaskan, bahwa erupsi yang disebabkan oleh faktor pertama sifatnya siklus, yang bisa dipelajari, ada rentang waktunya, dan volumenya relatif sama.

Baca juga: Bencana Alam, BPBD Kota Cimahi Sebut Banjir dan Puting Beliung Mendominasi

Selanjutnya, untuk proses yang kedua adalah yang terjadi di dalam dapur magma. Menurut Dr. Mirzam, hal ini berkaitan dengan jumlah magma yang terdapat di dalamnya. Di dalam ruang itu, magma mengkristal karena suhu menurun. Magma yang sudah terkristalisasi lebih berat daripada batuan panas semi-cair sehingga akan tenggelam ke dasar ruang magma.

Ini mendorong sisa magma ke atas, menambah tekanan pada penutup ruang itu. Sebuah letusan terjadi saat tutupnya tidak lagi mampu menahan tekanan. Hal ini juga terjadi dalam sebuah siklus sehingga dapat diprediksi.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2423 seconds (0.1#10.140)