Harga Cabai Meroket, Petani Blitar: Yang Paling Untung Pedagang

Jum'at, 08 Januari 2021 - 00:05 WIB
loading...
Harga Cabai Meroket,...
ilustrasi
A A A
BLITAR - Supri (47), petani Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar, hanya memamerkan gigi saat disentil harga cabai di pasar sudah tembus Rp 75 ribu per kilogram. Sudah sekitar lima hari ini, bandrol termahal cabai belum juga turun. Beberapa hari ke depan, kabarnya malah merangkak naik lagi. Mendengar spekulasi pasar itu, wajah Supri terlihat semakin berseri seri.

"Belum seratus ribu," sahutnya dengan tergelak. Supri hanya petani kecil. Sawahnya tidak luas. Hanya 50 ru atau 700 meter persegi (1 Ru = 14 meter persegi). Namun di awal tahun 2021 ini ia termasuk salah satu petani yang nasibnya beruntung. "Hanya coba coba (Menanam cabai). Tidak menyangka jadi rejeki," tutur Supri kalem menanggapi harga cabai yang terus tinggi.

(Baca juga: Viral Nama Keluarga Unik, 3 Bersaudara di Gresik Memiliki Nama Dotcom )

Jelang akhir tahun 2020, Supri memilih menanam cabai. Saat itu cuaca sedang tidak menentu. Dalam tiga hari berturut turut, di Kabupaten Blitar, hujan bisa tidak berhenti mengguyur. Terutama setiap sore hari. Namun pada hari hari berikutnya, cuaca tiba tiba berganti panas yang itu berlangsung sepanjang hari. "Kalau hujan gak terang terang, rasanya tegang," tutur Supri mengenang waktu itu.

Untuk tanaman padi, anomali cuaca bukan halangan. Begitu juga untuk pertumbuhan benih jagung. Karenanya sebagian besar petani di Blitar saat itu, memilih bercocok tanam padi. Sebagian lagi menebar benih jagung. "Tapi saya sengaja pilih cabai," kata Supri yang mengaku nekat memberanikan diri. Bagi sebagian petani di Kabupaten Blitar, menanam cabai tidak mudah. Perawatan cabai terkenal rumit.

Juga mengandung resiko gagal panen yang tinggi. Apalagi pada situasi anomali cuaca. Yakni panas berseling hujan. Ongkos produksi cabai juga relatif mahal. Setidaknya lebih mahal dibanding tanaman padi dan jagung. Supri tahu hal itu. Tapi dirinya sengaja memilih tidak menanam padi dan jagung. Ia memiliki pengalaman buruk. Dua kali menanam, ia gagal panen.

(Baca juga: Anaknya Dibawa Kabur, Ibu Cantik Ini Polisikan Mantan Suami )

Sebelum masuk musim panen, tanamam padi dan jagungnya ludes digasak wabah tikus. Pikir Supri, cabai pedas dan tikus tidak akan doyan. "Pikiran saya yang penting tidak diserbu tikus. Karena sepanjang tahun 2020 wabah tikus tidak ada habis habisnya," kata Supri. Saat ini harga cabai rawit di pasar tradisional Kabupaten Blitar rata rata Rp 75 ribu per kilogram.

Di beberapa tempat, ada yang tembus hingga Rp 80 ribu per kilogram. Supri enggan cerita, berapa ongkos produksi dan perawatan yang sudah ia keluarkan. Dengan harga cabai rawit tembus Rp 75 ribu per kilogram di pasar, kata Supri, petani sudah untung lumayan. Namun dalam hal ini yang lebih beruntung lagi menurut dia adalah pedagang. Pedagang tidak pernah menanam. Juga tidak pernah merasakan sulitnya merawat tanaman.

Saat panen tiba, para mereka cukup datang ke sawah, bertemu petani, melakukan transaksi. Menawar cabai serendah mungkin, lalu dijual lagi dengan mencari untung setinggi mungkin. "Yang paling untung ya pedagang. Kulak ke petani dengan harga lebih rendah. Lalu menjual lagi setinggi mungkin," pungkas Supri.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2043 seconds (0.1#10.140)