Erwin Aksa Yakin Warga Makassar Ingin Pemimpin Baru

Senin, 23 November 2020 - 09:00 WIB
loading...
Erwin Aksa Yakin Warga...
Ketua Tim Pemenangan Appi-Rahman, Erwin Aksa (tengah) dalam diskusi di salah satu warkop di Makassar, Sabtu (21/11/2020) malam. Foto: SINDOnews/Muhaimin Sunusi
A A A
MAKASSAR - Ketua Tim Pemenangan Appi-Rahman, Erwin Aksa angkat bicara terkait tren elektabilitas empat kandidat Pilwalkot Makassar 2020 yang dirilis sejumlah lembaga riset selama tiga bulan terakhir.

Erwin yang pernah menjadi king maker duet Anies-Sandi di Pilkada DKI Jakarta, membaca survei tersebut lewat kacamata pengalamannya yang hampir paripurna. “Pengalaman saya di Pilkada sebelumnya, kalau tren paslon sudah naik, bakal naik terus. Kalau sudah turun, biasanya turun terus dan susah untuk didongkrak,” terang Erwin di Warkop Sija Sawerigading, Makassar.

Dari September hingga pekan pertama November 2020 ini, ditemukan fakta dari tiga lembaga survei (SMRC, CRC, dan SSI) bahwa pasangan nomor urut 1 Danny-Fatma mengalami kemerosotan elektabilitas hingga 3% atau dari 41,9% merosot ke 38,5%. Sementara rival terberatnya, Appi-Rahman di waktu dan lembaga survei yang sama menunjukan tren elektabilitas yang melejit hingga menyentuh angka 13% atau dari 17,8% meroket ke 30%. (Baca Juga: Kasus Dugaan Penganiayaan oleh Tim Danny-Fatma Mulai Bergulir di Kepolisian)

Sedangkan jumlah swing voters cukup tinggi. Terbaru dari Lembaga Script Survei Indonesia (SSI) yang melakukan survei pada 1-8 November 2020 menyatakan swing voters mencapai 30,98%. Dari hasil bisa dilihat bahwa meski calon petahana unggul namun trennya terus menurun dari waktu ke waktu.

“Lebih dari 60% ingin ada pemimpin baru. Angka itu semakin menguat bahkan bertambah. Karena dari pemimpin sebelumnya tidak sesuai harapan mereka. Tren Appi naik ekponensial. Danny turun, karena masyarakat mulai sadar banyak kerjanya yang mangkrak, banyak korupsi, kebohongan publik dan sebagainya," tegas Mantan Ketua Hipmi ini. (Baca Juga: Wujud Nyata Aksi Lawan Corona, Tim Appi-Rahman: Kami Sudah Bagi 4 Juta Masker)

Erwin menambahkan, lembaga survei internal pasangan yang diusung, Partai Demokrat, PPP, Perindo dan PSI yang berasal dari Jakarta itu, terus melakukan survei tiap pekan, dan hasilnya sangat menggembirakan, dan pekan lalu sudah crossing dengan kandidat nomor satu. Crossing artinya angka elektabilitas Appi-Rahman yang tadinya di bawah sudah melampaui angka elektabilitas Adama yang semula tinggi namun turun terus.

Alhamdulillah, Ini menggembirakan hasil yang diraih Appi-Rahman dengan kerja-kerja tim yang kian massif serta dukungan warga Makassar. Lembaga survei yang bekerja tiap pekannya melaporkan jika survei Appi-Rahman sudah melampaui paslon yang selama ini disebut-sebut unggul,” beber Erwin Aksa.

Oleh karena itu, lanjut Erwin, Makassar harus dipimpin oleh pemimpin yang mau mendengar aspirasi masyarakat, punya visi jelas dan matang. “Makassar harus keluar dari problem Covid 19. Itu dulu yang utama. Makassar harus dipimpin oleh orang yang mau mendengar aspirasi masyarakat. Kita harus benar-benar down to earth. Sehingga saya terpanggil karena ingin pemimpin yang tidak keras kepala,” pungkasnya. (Baca Juga: KPU Makassar Ngotot Gelar Debat Kandidat Kedua di Jakarta)

Sementara, Praktisi politik, Akbar Endra juga menilai, tren pergerakan Appi-Rahman semakin jelas menuju kemenangan Pilkada Makassar. Dia ikut memberikan tanggapan atas survei elektabilitas empat pasangan calon (paslon) di Pemilihan Wali Kota Makassar 2020, dalam acara bincang politik, Sabtu (21/11/2020) malam di Wakop Sija Sawerigading.

Penilainnya ditujukan terkhusus bagi dua paslon yang kini bersaing ketat, yakni nomor urut 1, Danny Pomanto-Fatmawati Rusdi (Adama) dan Munafri Arifuddin-Abd Rahman Bando (Appi-Rahman). Menurut mantan Legislator Maros dua periode itu, survei tren kenaikan elektabilitas Appi-Rahman yang meroket dalam tiga bulan terakhir adalah tanda 'bahaya' bagi Adama yang notabene adalah paslon petahana.

Dia menunjukan setiap bulannya Appi-Rahman terus naik trennya dan Adama cenderung terus menurun. “Saya melihat paslon nomor 2 ini bahaya kenaikan trennya bagi petahana. Sebab petahana kalau mau aman, logika survei mengatakan harus di posisi 60% ke atas, nah petahana yang satu ini (Adama) justru di bawah 40% dan cenderung terus turun trennya dalam banyak paparan survei yang ada," kata Akbar.
(nic)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1784 seconds (0.1#10.140)