Malang Benar! Hidup Nek Saniyem Bergantung pada Para Dermawan
loading...
A
A
A
BATUBARA - Nasib baik dan nasib buruk seseorang memang sudah menjadi takdir kehidupan insan manusia. Namun bila terdengar pengakuan seseorang yang tekadang tak makan karena tidak ada penghasilan, ini sudah masuk kategori ekonomi paling parah.
Lalu, masih adakah sosok warga yang nasibnya 'semalang' polesan itu Kabupaten Batubara?
Jawabnya ada, Saniyem namanya, 80 tahun sudah usianya. Nenek renta yang tinggal di rumah reot peninggalan almarhum suaminya, di Dusun Pulau Putri, Desa Antara, Kec Lima Puluh, Kab Batubara.
Memang, sejak sepeninggalan suaminya, Saniyem masih bisa mempalar usaha dengan mengutip biji sawit (brondolan) di sekitar perkebunan. Hasil usahanya itulah ia manfaatkan untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Maklum saja, nenek yang hidup sebatang kara itu tidak kecipratan bantuan pemerintah baik PKH maupun bantuan jenis lainnya. (Baca juga : Miris! Pasutri Lansia Hidup dengan Menjual Lidi Rp2.800 per Hari )
Namun malang tak dapat ia tolak, diusianya yang semakin senja Saniyem mengaku kini dirinya tidak lagi mempunyai penghasilan. Sebab mau mencari berondolan sudah tidak bisa, mau menjual ayam yang dipeliharanya masih kecil dan tidak laku sehingga untuk bertahan hidup Nek Saniyem hanya mengharapkan belas kasih orang-orang dermawan.
"Arep nggolek brondolan wes ora iso, arep dol ayam sek cilik, ora payu. Gawe mangan yo ngerep di ka'i uwong", kata Saniyem dengan logat Jawanya.
"Kalau sakit kek mana nek? Entalah, awaq pasrah aja. Mau beli obat ngak ada uangnya," jawab Saniyem polos-polos saja.
Begitulah Saniyem, meski hidup banyak kekurangan, ia tidak melupakan pemberian orang.
Ia mengaku pernah mendapat bantuan bahan sembako namun ia tidak tahu persis dari siapa bantuan itu didapatkannya. Namun pastinya hingga kini bantuan PKH tak berpihak padanya.
Lalu, masih adakah sosok warga yang nasibnya 'semalang' polesan itu Kabupaten Batubara?
Jawabnya ada, Saniyem namanya, 80 tahun sudah usianya. Nenek renta yang tinggal di rumah reot peninggalan almarhum suaminya, di Dusun Pulau Putri, Desa Antara, Kec Lima Puluh, Kab Batubara.
Memang, sejak sepeninggalan suaminya, Saniyem masih bisa mempalar usaha dengan mengutip biji sawit (brondolan) di sekitar perkebunan. Hasil usahanya itulah ia manfaatkan untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Maklum saja, nenek yang hidup sebatang kara itu tidak kecipratan bantuan pemerintah baik PKH maupun bantuan jenis lainnya. (Baca juga : Miris! Pasutri Lansia Hidup dengan Menjual Lidi Rp2.800 per Hari )
Namun malang tak dapat ia tolak, diusianya yang semakin senja Saniyem mengaku kini dirinya tidak lagi mempunyai penghasilan. Sebab mau mencari berondolan sudah tidak bisa, mau menjual ayam yang dipeliharanya masih kecil dan tidak laku sehingga untuk bertahan hidup Nek Saniyem hanya mengharapkan belas kasih orang-orang dermawan.
"Arep nggolek brondolan wes ora iso, arep dol ayam sek cilik, ora payu. Gawe mangan yo ngerep di ka'i uwong", kata Saniyem dengan logat Jawanya.
"Kalau sakit kek mana nek? Entalah, awaq pasrah aja. Mau beli obat ngak ada uangnya," jawab Saniyem polos-polos saja.
Begitulah Saniyem, meski hidup banyak kekurangan, ia tidak melupakan pemberian orang.
Ia mengaku pernah mendapat bantuan bahan sembako namun ia tidak tahu persis dari siapa bantuan itu didapatkannya. Namun pastinya hingga kini bantuan PKH tak berpihak padanya.