Perjuangan Penderita Komorbid Melawan COVID-19

Minggu, 01 November 2020 - 21:12 WIB
loading...
Perjuangan Penderita...
Petrus Tjandra terbaring di salah satu rumah sakit melawan virus COVID-19. Foto/Ist
A A A
BOGOR - Telah 4 hari Petrus Tjandra terbaring di salah satu rumah sakit , menyusul isterinya (Paula) yang telah lebih dulu positif terpapar virus corona .

Direktur sebuah perusahaan tambang ini adalah seorang pekerja keras sejak muda. Setiap hari tidak setidaknya dia bertemu 10 orang per hari, tapi kini dia tergolek sendirian di ranjang sebuah rumah sakit dan hanya bertemu dengan tenaga medis. (Baca juga: Sebanyak 67.900 Orang Dinyatakan Suspect Covid-19 )

Itupun sangat terbatas. Tidak setiap saat mereka bisa dipanggil. Stress lebih menyiksa dibandingkan demam dan hilangnya rasa pengecap dan penciuman. (Baca juga: Apresiasi Pelayanan Rumah Sakit, Menkes: Tidak Pernah Padam Melayani Pasien )

Kakek berumur 60 tahun dengan 4 orang cucu ini sadar bahwa imunnya akan makin merosot jika mental terus menurun.

“Saya tidak akan menyerah. Saya pasien komorbid dan usia lanjut. Risiko kematiannya tinggi. Tapi saya optimis sembuh. Terus berdoa dan berserah diri kepada Tuhan,” ujar Petrus saat berbicara melalui telepon, Minggu (1/11/2020).

Petrus masuk rumah sakit pada tanggal 30 Oktober pukul 20.00., beberapa jam setelah menjalani pcr test dan dinyatakan positif. Isterinya, Paula, positif corona tanggal 28 Oktober. Petrus termasuk kategori pasien orang tanpa gejala (OTG). Tanggal 14 Oktober 2020, Petrus menjalani swab test, karena harus bertemu dengan seorang menteri.

Hasilnya negatif. Seluruh protokol kesehatan secara ketat dia jalani. Bahkan setiap pekan melakukan rapid test mandiri. Toh, akhirnya dia terpapar virus corona juga.

“Sejak pandemi terjadi, saya aktif mencari tahu soal virus corona. Akhirnya ketemulah istilah kormobid yakni kelompok pasien dengan penyakit bawaan, seperti jantung, diabetes, hipertensi,” ujar Petrus.

Laporan terbaru yang dikeluarkan Centers for Disease Control and Prevention, badan Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat CDC, menunjukkan bahwa 94 persen kasus kematian COVID-19 di Amerika Serikat terjadi pada pasien dengan komorbiditas atau mempunyai penyakit penyerta.

Dikutip dari covid19.go.id, tiga kondisi penyerta yang paling banyak ditemukan pada pasien virus Corona COVID-19, adalah hipertensi 50,5%, diabetes melitus 34,4% dan penyakit jantung 19,9%. Sisanya adalah penyakit lainnya. Petrus adalah penderita diabetes dan jantung. Dia telah dipasang 5 ring. Sangat beresiko secara medik.

Di penghujung pembicaraan, Petrus menyarankan agar pemerintah memberikan perlakukan khusus terhadap kelompok usia lanjut dan komorbid, baik untuk kepentingan pencegahan maupun pengobatan.

“Secara sosial perlu dilindungi dengan memberikan sejumlah prioritas agak tidak terlalu banyak interaksi dan terlalu lama dalam kerumunan jika terpaksa harus keluar rumah dan bantuan pemerintah berupa pemberian vitamin untuk meningkatkan imun,” ujarnya.

Bertolak dari pengalamannya sebagai pasien corona, Petrus mengatakan, agar ada stress release dan psychological treatment, selain perlakuan sosial secara khusus. Untuk mengisi waktu, selain berdoa dan terus berkomunikasi dengan keluarga dan kerabat, alumni FMIPA Kimia Universitas Indonesia tahun 1984 dan Institut Managemen Prasetya Mulya tahun 1989 ini tengah menyusun tulisan tentang sosial politik ekonomi Indonesia, bertolak dari pengalamannya menangani sejumlah perusahaan besar dan pergaulan luasnya dengan sejumlah pengusaha dan tokoh politik tanah air.
(nth)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2198 seconds (0.1#10.140)