Batik Cap Bejijong, Kebangkitan Industri Kreatif Bumi Majapahit

Rabu, 07 Oktober 2020 - 15:40 WIB
loading...
A A A
Selain dibuat untuk kebutuhan seragam, tim PPDM Ubaya juga membuat kostum berupa kain batik cap khas Bejijong dilengkapi atasan kebaya warna-warni yang disewakan ke wisatawan. Kain batik cap khas Bejijong ini tidak diperbolehkan untuk dipotong atau dijahit ketika dipakai.

(Baca juga: Pulang Pendidikan, 41 Prajurit TNI AD di Ngada Positif COVID-19 )

Meskipun pandemi COVID-19, tim PPDM Ubaya menggelar kegiatan secara daring untuk mengajak warga lebih aktif dalam memperkenalkan batik cap khas Bejijong melalui Renzy (Ready and Eazy) Competition.

Kompetisi ini merupakan lomba video kreatif berupa tutorial fashion styling dengan mix and match menggunakan kain batik cap khas Bejijong . Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep fashion batik yang bisa dikreasikan dan selalu terlihat menarik tanpa harus dipotong atau dijahit.

"Secara eksplisit saya ingin mengajarkan tentang seni fashion bahwa kita bisa bergaya tanpa perlu ada sampah. Konsep ini sedikit demi sedikit ingin saya tularkan ke para pengrajin batik. Selama ini orang menawarkan batik dalam bentuk baju, tetapi kalau baju itu tidak up to date maka orang tidak mau beli dan bisa rugi. Jadi dengan selembar kain kita bisa bebas berkreasi, boleh diikat atau menggunakan peniti," sambungnya.

Ninik Juniati mengungkapkan jika sebelumnya Desa Bejijong memiliki sentra kerajinan batik tulis yang diminati oleh ibu-ibu, namun seiring berjalannya waktu mulai tenggelam. Tim PPDM Ubaya berharap dengan adanya batik cap yang lebih efisien maka eksistensi pengrajin batik di Desa Bejijong mulai menggeliat dan bangkit lagi.

"Motif batik cap khas Bejijong ini telah di hak ciptakan. Kami menggunakan nama komunal atau masyarakat sehingga harapannya warga dapat melanjutkan produksi atau mengembangkannya lagi," ungkap Ninik Juniati. (Baca juga: 3 Wanita Cantik Ikut Selundupkan Ribuan Ekstasi dan 14 Kg Sabu )

Ninik Juniati menambahkan jika program pengabdian ini berawal dari keinginan tim PPDM Ubaya melakukan branding wisata yang ada di Desa Bejijong . Tahun ini, tim PPDM Ubaya sudah memasuki tahun kedua untuk kegiatan pengabdian masyarakat. "Pembuatan desain batik cap khas Bejijong terinspirasi dari melihat kebutuhan ibu-ibu pemilik homestay," terangnya.

Dosen Program Desain Fashion dan Produk Lifestyle Fakultas Industri Kreatif (FIK) Ubaya ini menjelaskan bahwa homestay di Desa Bejijong jumlahnya cukup banyak namun yang tergabung dalam komunitas paguyuban hanya 25 orang. Pada tahun pertama pengabdian masyarakat, tim PPDM Ubaya melakukan branding Sumber Daya Manusia (SDM) dengan membuatkan seragam untuk pemilik homestay, guide, dan receptionis.
(eyt)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1684 seconds (0.1#10.140)