Batik Cap Bejijong, Kebangkitan Industri Kreatif Bumi Majapahit

Rabu, 07 Oktober 2020 - 15:40 WIB
loading...
Batik Cap Bejijong,  Kebangkitan Industri Kreatif Bumi Majapahit
Model mengenakan batik cap khas Bejijong. Foto/Ist.
A A A
SURABAYA - Bejijong , sebuah desa di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto , Jawa Timur, menyimpan potensi besar untuk tumbuh menjadi desa wisata, yang didukung dengan industri kreatif.

(Baca juga: Tragis, Wanita Buruh Pabrik Mie di Gresik Tewas Terlidas Truk )

Salah satu industri kreatif yang dikembangkan di desa tersebut adalah batik cap yang memiliki kekhasan khusus. Upaya pengembangan industri bati cap khas Bejijong ini, juga mendapatkan dukungan Universitas Surabaya (Ubaya).

Salah satu perguruan tinggi swasta terbesar di Kota Surabaya tersebut, terus memberikan dukungan dalam membangkitkan potensi industri kreatif dan wisata lewat batik cap khas Bejijong .

Kreasi batik cap khas Bejijong merupakan rangkaian hibah Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) Ubaya, yang didanai oleh Kemenristekdikti. Program ini melibatkan penduduk lokal Desa Bejijong .

Batik cap khas Bejijong buatan tim PPDM Ubaya, adalah bentuk kegiatan program pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan mendampingi warga menuju desa wisata yang berbasis pada kearifan lokal. Tim PPDM Ubaya yang terlibat dalam pembuatan batik cap terdiri dari Veny Megawati, Hari Hananto, Njoto Benarkah, Ninik Juniati, dan Hayuning Purnama Dewi.

Ninik Juniati, salah satu anggota tim PPDM Ubaya menyampaikan, bahwa program ini bertujuan membangkitkan kembali potensi wisata Desa Bejijong , untuk menarik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. (Baca juga: Besok, Aliansi Mahasiswa Majalengka dan Buruh Turun Jalan )

Menurutnya selain patung Budha Tidur, Desa Bejijong merupakan wilayah kampung Majapahit, yang memiliki beragam potensi wisata dan industri kreatif namun belum banyak terlihat atau diminati oleh masyarakat.

"Kami (tim PPDM Ubaya) membuat batik cap khas Bejijong . Batik cap ini kami buatkan 25 seragam berupa kebaya untuk pemilik homestay, 10 seragam dan udeng untuk guide, dan 6 seragam receptionist. Desa mitra Ubaya ini memiliki pusat informasi dan riset budaya di Sanggar Seni dan Budaya Bhagaskara. Oleh sebab itu, receptionist juga mendapatkan seragam untuk melayani atau menyambut pengunjung wisata," jelas Ninik Juniati.

Batik cap khas Bejijong memiliki ciri khas warna dasar yang unik. Warna dasar yang digunakan adalah warna-warna alam yang ada di Desa Bejijong seperti terakota atau cokelat kopi. Sedangkan motif batik capnya tidak jauh dari khas Desa Bejijong seperti Surya Majapahit, buah maja, dan ragam hias sulur di relief candi. Umumnya motif batik cap khas Bejijong berwarna putih.

Selain dibuat untuk kebutuhan seragam, tim PPDM Ubaya juga membuat kostum berupa kain batik cap khas Bejijong dilengkapi atasan kebaya warna-warni yang disewakan ke wisatawan. Kain batik cap khas Bejijong ini tidak diperbolehkan untuk dipotong atau dijahit ketika dipakai.

(Baca juga: Pulang Pendidikan, 41 Prajurit TNI AD di Ngada Positif COVID-19 )

Meskipun pandemi COVID-19, tim PPDM Ubaya menggelar kegiatan secara daring untuk mengajak warga lebih aktif dalam memperkenalkan batik cap khas Bejijong melalui Renzy (Ready and Eazy) Competition.

Kompetisi ini merupakan lomba video kreatif berupa tutorial fashion styling dengan mix and match menggunakan kain batik cap khas Bejijong . Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep fashion batik yang bisa dikreasikan dan selalu terlihat menarik tanpa harus dipotong atau dijahit.

"Secara eksplisit saya ingin mengajarkan tentang seni fashion bahwa kita bisa bergaya tanpa perlu ada sampah. Konsep ini sedikit demi sedikit ingin saya tularkan ke para pengrajin batik. Selama ini orang menawarkan batik dalam bentuk baju, tetapi kalau baju itu tidak up to date maka orang tidak mau beli dan bisa rugi. Jadi dengan selembar kain kita bisa bebas berkreasi, boleh diikat atau menggunakan peniti," sambungnya.

Ninik Juniati mengungkapkan jika sebelumnya Desa Bejijong memiliki sentra kerajinan batik tulis yang diminati oleh ibu-ibu, namun seiring berjalannya waktu mulai tenggelam. Tim PPDM Ubaya berharap dengan adanya batik cap yang lebih efisien maka eksistensi pengrajin batik di Desa Bejijong mulai menggeliat dan bangkit lagi.

"Motif batik cap khas Bejijong ini telah di hak ciptakan. Kami menggunakan nama komunal atau masyarakat sehingga harapannya warga dapat melanjutkan produksi atau mengembangkannya lagi," ungkap Ninik Juniati. (Baca juga: 3 Wanita Cantik Ikut Selundupkan Ribuan Ekstasi dan 14 Kg Sabu )

Ninik Juniati menambahkan jika program pengabdian ini berawal dari keinginan tim PPDM Ubaya melakukan branding wisata yang ada di Desa Bejijong . Tahun ini, tim PPDM Ubaya sudah memasuki tahun kedua untuk kegiatan pengabdian masyarakat. "Pembuatan desain batik cap khas Bejijong terinspirasi dari melihat kebutuhan ibu-ibu pemilik homestay," terangnya.

Dosen Program Desain Fashion dan Produk Lifestyle Fakultas Industri Kreatif (FIK) Ubaya ini menjelaskan bahwa homestay di Desa Bejijong jumlahnya cukup banyak namun yang tergabung dalam komunitas paguyuban hanya 25 orang. Pada tahun pertama pengabdian masyarakat, tim PPDM Ubaya melakukan branding Sumber Daya Manusia (SDM) dengan membuatkan seragam untuk pemilik homestay, guide, dan receptionis.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3930 seconds (0.1#10.140)