Musala Darurat Dibangun untuk Warga Terdampak Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki
loading...
A
A
A
Akhirnya barang belanja yang ia beli, ia bawa ke lokasi yang sekarang ini menjadi lokasi posko pengungsian untuk kemudian dikonsumsi bersama dengan warga penyintas lainnya.
“Waktu itu saya habis belanja barang, dari Maumere, turun, sudah kemas-kemas, Seninnya mau pergi ke pasar eh gununnya meledak. Jadinya barang belanja itu kita bawakan ke sini (posko pengungsian) untuk makan-makan. Nggak jadi jualan. Habis sudah uang ludes,” Hasnah mencoba mengingat.
“Niat saya jika situasi kembali normal, saya ingin kembali ke rumah dan berjualan lagi. Supaya bisa menghidupkan rumah tangga. Kasih makan anak-anak. Bisa bayar utang. Karena begini kita utang tidak bisa, karena tidak ada pemasukan,” ujarnya.
Dengan kondisi seperti itu, Hasnah bernazar akan melanjutkan usaha menjual lauk dan sayur-sayuran di pasaran jika keadaan sudah kembali normal.
Biasanya dalam sehari dia bisa menghasilkan penjualan sebesar Rp500.000-600.000 jika sedang ramai. Sedangkan sang suami berjualan sendal dan sepatu keliling pasar. Namun karena sedang tanggap darurat, keduanya tidak bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan sehari-hari.
“Kalau sehari dan ramai itu dapat Rp500.000-Rp600.000, di situ saya hanya simpan Rp100.000. Sisanya saya belanjakan barang lagi. Alhamdulillah itu cukup untuk sehari-hari. Sekarang tidak bisa, tidak ada pemasukan apa-apa,” ujarnya.
“Waktu itu saya habis belanja barang, dari Maumere, turun, sudah kemas-kemas, Seninnya mau pergi ke pasar eh gununnya meledak. Jadinya barang belanja itu kita bawakan ke sini (posko pengungsian) untuk makan-makan. Nggak jadi jualan. Habis sudah uang ludes,” Hasnah mencoba mengingat.
“Niat saya jika situasi kembali normal, saya ingin kembali ke rumah dan berjualan lagi. Supaya bisa menghidupkan rumah tangga. Kasih makan anak-anak. Bisa bayar utang. Karena begini kita utang tidak bisa, karena tidak ada pemasukan,” ujarnya.
Dengan kondisi seperti itu, Hasnah bernazar akan melanjutkan usaha menjual lauk dan sayur-sayuran di pasaran jika keadaan sudah kembali normal.
Biasanya dalam sehari dia bisa menghasilkan penjualan sebesar Rp500.000-600.000 jika sedang ramai. Sedangkan sang suami berjualan sendal dan sepatu keliling pasar. Namun karena sedang tanggap darurat, keduanya tidak bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan sehari-hari.
“Kalau sehari dan ramai itu dapat Rp500.000-Rp600.000, di situ saya hanya simpan Rp100.000. Sisanya saya belanjakan barang lagi. Alhamdulillah itu cukup untuk sehari-hari. Sekarang tidak bisa, tidak ada pemasukan apa-apa,” ujarnya.
(shf)