Harga Anjlok, Petani Garam Gresik Minta Pemerintah Tidak Impor

Minggu, 30 Agustus 2020 - 23:36 WIB
loading...
Harga Anjlok, Petani...
Petani garam di Kabupaten Gresik, mengeluhkan anjloknya harga garam akibat dampak impor. Foto/SINDOnews/Ashadi Iksan
A A A
GRESIK - Petani garam di Kabupaten Gresik , meminta pemerintah menghentikan impor garam. Pasalnya, impor garam tersebut membuat harga garam lokal anjlok sehingga menyengsarakan petani.

"Harganya sekarang turun mulai Rp250-300/kg," kata Pengurus Asosiasi Persatuan Petani Garam Kabupaten Gresik , Suri, Minggu (30/8/2020). (Baca juga: Janda Muda Ditemukan Tewas Bersimbah Darah dengan Leher Digorok )

Menurutnya, harga garam terus anjlok. Jika kondisi ini terus terjadi, para petani bakal beralih ke pekerjaan lain. "Para petani tidak kuat menjual garam dengan harga yang sangat rendah. Harga jual yang tidak sebanding dengan biaya produksi," tegas Suri lagi.

Dijelaskan, penyebab anjloknya harga garam di Kabupaten Gresik karena pemerintah terus melakukan impor garam. Jika terus seperti ini para petani akan meninggalkan profesi ini. (Baca juga: 199 Santri Positif COVID-19, 6 Ribu Santri Darussalam Diswab )

Disebutkan, petani garam tidak akan bisa bernafas lega jika harga garam belum sampai Rp800/kg. Dengan harga ideal tersebut, petani garam masih bisa mendapat untung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Sekarang panen raya malah impor garam. Otomatis harganya sangat anjlok," ungkapnya.

Bahkan, salah satu petani di Kabupaten Gresik , mengaku jika baru kali ini harga garam anjlok luar biasa. Paling buruk selama dirinya menjadi petani garam. (Baca juga: Kobaran Api Hanguskan 6,5 Hektar Hutan di Konawe Selatan )

Penghasilan dari profesi sebagai petani garam sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Kalau seperti ini mending ikut saudara ke Jakarta," imbuh Sarimin (47), warga Sumenep, yang memboyong istri dan anaknya ke Kabupaten Gresik itu.

Disebutkan, harga garam saat ini hanya Rp350 ribu/ton. Hasil itu belum bersih. Dirinya masih membangi dengan pemilik lahan dan biaya operasional. "Pemerintah kalau bisa jangan impor, kalau terus impor petani lokal mau makan apa. Harganya sangat anjlok," keluh Sarimin.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2209 seconds (0.1#10.140)