Kisah SBY, dari Penulis Pidato Jenderal hingga Menjadi Pemimpin Tertinggi TNI
loading...
A
A
A
Predikat perwira intelektual yang disandangnya membawa SBY ke berbagai posisi penting, termasuk sebagai penulis naskah pidato untuk Kepala Staf TNI AD.
Mendiang istrinya, Ani Yudhoyono pernah mengisahkan bahwa pada paruh pertama dekade 1990-an, SBY ditugaskan sebagai Koordinator Staf Ahli Dinas Penerangan TNI AD. Tugas ini membawa keluarga mereka pindah ke Jakarta dan tinggal di Bekasi.
"Salah satu tugas suamiku adalah membuat naskah pidato untuk Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Edi Sudrajat dan Wakil KSAD Letjen Wismoyo Arismunandar," sebut Ani dalam buku biografinya, Ani Yudhoyono Kepak Sayap Putri Prajurit.
Ani menambahkan bahwa posisi ini membuat SBY dekat dengan Jenderal Edi Sudrajat dan Letjen Wismoyo. Tak lama kemudian, SBY dipromosikan menjadi Koordinator Staf Ahli KSAD, yang semakin mempererat hubungan kerja mereka.
Setelah lulus dari Akademi Militer di Magelang, SBY memulai pengabdiannya di Kostrad.
Diawali pada 1974, SBY mengemban jabatan Komandan Pleton Yonif Linud 330 Kostrad. Selanjutnya pada 1976, dia mendapatkan kesempatan untuk belajar di Amerika Serikat, termasuk di Airborne School dan US Army Rangers.
Sekembalinya ke Indonesia, SBY menempati berbagai jabatan penting, terutama di Kostrad. Salah satu puncak kariernya adalah saat ia menjabat sebagai Pangdam II/Sriwijaya pada 1996-1997. Namun, setelah itu, SBY kembali berkarier di balik meja.
Kemudian Panglima TNI Jenderal TNI Wiranto mengusulkan SBY untuk menjadi KSAD pada 1998-1999. Wiranto menilai SBY memiliki kematangan, pengalaman, dan kecakapan yang cukup untuk posisi tersebut. Namun, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menolak usulan itu dan memilih Tyasno Sudarto sebagai KSAD.
Setelah itu, SBY beralih dari militer ke dunia politik ketika Gus Dur menawarinya posisi Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben). Ini menandai akhir karier militernya dan awal dari karier politiknya.
Sebagai sipil, SBY kemudian diangkat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.
Mendiang istrinya, Ani Yudhoyono pernah mengisahkan bahwa pada paruh pertama dekade 1990-an, SBY ditugaskan sebagai Koordinator Staf Ahli Dinas Penerangan TNI AD. Tugas ini membawa keluarga mereka pindah ke Jakarta dan tinggal di Bekasi.
"Salah satu tugas suamiku adalah membuat naskah pidato untuk Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Edi Sudrajat dan Wakil KSAD Letjen Wismoyo Arismunandar," sebut Ani dalam buku biografinya, Ani Yudhoyono Kepak Sayap Putri Prajurit.
Ani menambahkan bahwa posisi ini membuat SBY dekat dengan Jenderal Edi Sudrajat dan Letjen Wismoyo. Tak lama kemudian, SBY dipromosikan menjadi Koordinator Staf Ahli KSAD, yang semakin mempererat hubungan kerja mereka.
Setelah lulus dari Akademi Militer di Magelang, SBY memulai pengabdiannya di Kostrad.
Diawali pada 1974, SBY mengemban jabatan Komandan Pleton Yonif Linud 330 Kostrad. Selanjutnya pada 1976, dia mendapatkan kesempatan untuk belajar di Amerika Serikat, termasuk di Airborne School dan US Army Rangers.
Sekembalinya ke Indonesia, SBY menempati berbagai jabatan penting, terutama di Kostrad. Salah satu puncak kariernya adalah saat ia menjabat sebagai Pangdam II/Sriwijaya pada 1996-1997. Namun, setelah itu, SBY kembali berkarier di balik meja.
Kemudian Panglima TNI Jenderal TNI Wiranto mengusulkan SBY untuk menjadi KSAD pada 1998-1999. Wiranto menilai SBY memiliki kematangan, pengalaman, dan kecakapan yang cukup untuk posisi tersebut. Namun, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menolak usulan itu dan memilih Tyasno Sudarto sebagai KSAD.
Setelah itu, SBY beralih dari militer ke dunia politik ketika Gus Dur menawarinya posisi Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben). Ini menandai akhir karier militernya dan awal dari karier politiknya.
Sebagai sipil, SBY kemudian diangkat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.