Kisah SBY, dari Penulis Pidato Jenderal hingga Menjadi Pemimpin Tertinggi TNI

Minggu, 29 September 2024 - 10:08 WIB
loading...
Kisah SBY, dari Penulis...
Susilo Bambang Yudhoyono SBY pernah menjadi penulis pidato Jenderal hingga Kepala Staf Teritorial ABRI dengan pangkat Letjen. SBY akhirnya jadi Presiden RI ke-6. Foto/Dok.SINDOnews
A A A
KARIER militer Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah mentok sebagai Kepala Staf Teritorial ABRI dengan pangkat Letnan Jenderal pada 1998-1999. Meski diusulkan menjadi KSAD, namun hal itu gagal tercapai.

Kisah SBY, dari Penulis Pidato Jenderal hingga Menjadi Pemimpin Tertinggi TNI

Potret lawas Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama almarhumah Ibu Ani Yudhoyono. Foto/Instagram @presidenyudhoyonoalbum

Akan tetapi siapa yang menyangka, perjalanan waktu akhirnya membawa lulusan terbaik Akademi Militer (Akmil) 1973 ini menjadi atasan Panglima TNI.



Hal ini tentu mengejutkan banyak pihak, mengingat SBY tak pernah mencapai puncak karier di TNI. Harapannya untuk menjadi KSAD sirna ketika Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 1999 lebih memilih Jenderal TNI Tyasno Sudarto sebagai pimpinan tertinggi Angkatan Darat.

Meski demikian, SBY akhirnya menjadi atasan Panglima TNI, termasuk Kapolri, saat menjabat sebagai Presiden RI selama dua periode, 2004-2009 dan 2009-2014.



Sebagai Presiden, SBY memiliki otoritas penuh atas Panglima TNI sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perjalanan karier SBY dalam dunia militer memang menarik. Dikenal sebagai 'jenderal di balik meja,' SBY lebih sering ditugaskan dalam peran sebagai pemikir strategis di TNI.



Predikat perwira intelektual yang disandangnya membawa SBY ke berbagai posisi penting, termasuk sebagai penulis naskah pidato untuk Kepala Staf TNI AD.

Mendiang istrinya, Ani Yudhoyono pernah mengisahkan bahwa pada paruh pertama dekade 1990-an, SBY ditugaskan sebagai Koordinator Staf Ahli Dinas Penerangan TNI AD. Tugas ini membawa keluarga mereka pindah ke Jakarta dan tinggal di Bekasi.

"Salah satu tugas suamiku adalah membuat naskah pidato untuk Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Edi Sudrajat dan Wakil KSAD Letjen Wismoyo Arismunandar," sebut Ani dalam buku biografinya, Ani Yudhoyono Kepak Sayap Putri Prajurit.

Ani menambahkan bahwa posisi ini membuat SBY dekat dengan Jenderal Edi Sudrajat dan Letjen Wismoyo. Tak lama kemudian, SBY dipromosikan menjadi Koordinator Staf Ahli KSAD, yang semakin mempererat hubungan kerja mereka.

Setelah lulus dari Akademi Militer di Magelang, SBY memulai pengabdiannya di Kostrad.

Diawali pada 1974, SBY mengemban jabatan Komandan Pleton Yonif Linud 330 Kostrad. Selanjutnya pada 1976, dia mendapatkan kesempatan untuk belajar di Amerika Serikat, termasuk di Airborne School dan US Army Rangers.

Sekembalinya ke Indonesia, SBY menempati berbagai jabatan penting, terutama di Kostrad. Salah satu puncak kariernya adalah saat ia menjabat sebagai Pangdam II/Sriwijaya pada 1996-1997. Namun, setelah itu, SBY kembali berkarier di balik meja.

Kemudian Panglima TNI Jenderal TNI Wiranto mengusulkan SBY untuk menjadi KSAD pada 1998-1999. Wiranto menilai SBY memiliki kematangan, pengalaman, dan kecakapan yang cukup untuk posisi tersebut. Namun, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menolak usulan itu dan memilih Tyasno Sudarto sebagai KSAD.

Setelah itu, SBY beralih dari militer ke dunia politik ketika Gus Dur menawarinya posisi Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben). Ini menandai akhir karier militernya dan awal dari karier politiknya.

Sebagai sipil, SBY kemudian diangkat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.

Momen bersejarah bagi SBY datang ketika MPR mengamendemen konstitusi yang membuka ruang untuk pemilihan langsung Presiden dan Wakil Presiden. Pada 2001, SBY mulai memikirkan untuk terjun ke politik praktis dan merancang pendirian Partai Demokrat.

Pada 12 Agustus 2001, dalam sebuah pertemuan yang dipimpin SBY mencetuskan keinginan untuk mendirikan partai politik, yang kemudian mewujud menjadi Partai Demokrat.

SBY didapuk sebagai ketua umum partai tersebut. Selanjutnya ketika pemilihan presiden berlangsung pada 2004, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla menjadi pemenang dan menorehkan sejarah baru sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI ke-6.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1387 seconds (0.1#10.140)