Kisah Cinta Jenderal Hoegeng, Tolak Dimakamkan di Makam Pahlawan demi Bisa Bersanding dengan Sang Istri
loading...
A
A
A
JENDERAL Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso merupakan mantan Kapolri ke-5 yang dikenal sangat jujur dan sangat mencintai istrinya, Meriyanti Roeslani atau Meri. Keduanya menjalin kisah cinta dan menikah di Yogyakarta pada 31 Oktober 1946.
Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso berfoto bersama istrinya, Meriyanti Roeslani. Foto/Dok.Keluarga Hoegeng
Hoegeng dengan ketegasan sikap dan jujuranya dikenang sebagai kebanggaan dan menjadi inspirasi bagi anggota Polri dalam melaksanakan moto Rastra Sewakotama atau Abdi Utama bagi Nusa Bangsa.
Pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah 14 Oktober 1921 itu menjadi Kapolri selama tiga tahun, yakni 1968-1971 di awal pemerintahan Presiden Soeharto.
Hoegeng membawa perubahan signifikan di tubuh Polri dengan membenahi struktur organisasi di Mabes Polri sehingga lebih dinamis dan komunikatif.
Dalam memimpin Polri, Hoegeng tidak pandang bulu dalam menangani kasus-kasus yang diduga melibatkan sejumlah orang kuat dan penguasa.
Seperti kasus yang menggegerkan saat itu, di antaranya pemerkosaan Sum Kuning di Yogyakarta pada 1970, penyelundupan sejumlah mobil mewah, dan penembakan mahasiswa ITB oleh taruna Akabri.
Sikap tegas dan tak kenal kompromi membuat sejumlah pihak diduga tak menyukai. Hingga Hoegeng terpaksa dipensiunkan sebelum waktunya.
Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso berfoto bersama istrinya, Meriyanti Roeslani. Foto/Dok.Keluarga Hoegeng
Hoegeng dengan ketegasan sikap dan jujuranya dikenang sebagai kebanggaan dan menjadi inspirasi bagi anggota Polri dalam melaksanakan moto Rastra Sewakotama atau Abdi Utama bagi Nusa Bangsa.
Baca Juga
Pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah 14 Oktober 1921 itu menjadi Kapolri selama tiga tahun, yakni 1968-1971 di awal pemerintahan Presiden Soeharto.
Hoegeng membawa perubahan signifikan di tubuh Polri dengan membenahi struktur organisasi di Mabes Polri sehingga lebih dinamis dan komunikatif.
Dalam memimpin Polri, Hoegeng tidak pandang bulu dalam menangani kasus-kasus yang diduga melibatkan sejumlah orang kuat dan penguasa.
Seperti kasus yang menggegerkan saat itu, di antaranya pemerkosaan Sum Kuning di Yogyakarta pada 1970, penyelundupan sejumlah mobil mewah, dan penembakan mahasiswa ITB oleh taruna Akabri.
Sikap tegas dan tak kenal kompromi membuat sejumlah pihak diduga tak menyukai. Hingga Hoegeng terpaksa dipensiunkan sebelum waktunya.