Kisah Cinta Jenderal Wismoyo Arismunandar Diselamatkan Soeharto dari Rasa Malu saat Lamar Adik Ibu Tien
loading...
A
A
A
Jenderal (Purn) Wismoyo Arismunandar seorang tokoh militer terkemuka yang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Presiden Soeharto, terutama sejak peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) pada tahun 1974.
Kedekatan ini membawa Wismoyo masuk ke dalam lingkaran keluarga Cendana. Peristiwa Malari adalah demonstrasi mahasiswa yang berubah menjadi kerusuhan sosial ketika Perdana Menteri Jepang Tanaka Kakuei mengunjungi Jakarta pada 14-17 Januari 1974.
Demonstrasi ini, yang diwarnai dengan penghancuran merek mobil Jepang, dipicu oleh sejumlah tuntutan mahasiswa, termasuk penolakan terhadap penanaman modal asing, pemberantasan korupsi, dan penghapusan Asisten Penasehat Pribadi Presiden Soeharto.
Pada saat itu, Jenderal Wismoyo Arismunandar yang menjabat sebagai Asisten Pengamanan Kopassandha (Kopassus) mendapat tugas untuk menyampaikan pesan dari komandannya kepada Presiden Soeharto.
Meski baru berpangkat Mayor, Wismoyo dengan rasa gugup menemui Soeharto di kediamannya. “Ono opo (ada apa),” tanya Soeharto yang kala itu hanya mengenakan sarung dan kaus oblong, seperti yang dikisahkan dalam bukuPak Harto The Untold Stories(2012).
Wismoyo kemudian menyampaikan bahwa Kopassandha akan tetap setia kepada Presiden Soeharto. Namun, Soeharto menanggapinya dengan sebuah pertanyaan tak terduga, “Setia iku opo (setia itu apa)?”.
Pertanyaan ini membuat Wismoyo semakin bingung, tetapi Presiden Soeharto segera mencairkan suasana dengan menjelaskan bahwa setia berarti teguh dalam kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama.
Dari pertemuan tersebut, hubungan mereka semakin erat, terutama setelah Wismoyo jatuh hati pada Datit Siti Hardjanti, adik kandung Ibu Tien Soeharto. Namun, ada kisah menarik ketika Wismoyo melamar Datit.
Kedekatan ini membawa Wismoyo masuk ke dalam lingkaran keluarga Cendana. Peristiwa Malari adalah demonstrasi mahasiswa yang berubah menjadi kerusuhan sosial ketika Perdana Menteri Jepang Tanaka Kakuei mengunjungi Jakarta pada 14-17 Januari 1974.
Demonstrasi ini, yang diwarnai dengan penghancuran merek mobil Jepang, dipicu oleh sejumlah tuntutan mahasiswa, termasuk penolakan terhadap penanaman modal asing, pemberantasan korupsi, dan penghapusan Asisten Penasehat Pribadi Presiden Soeharto.
Baca Juga
Pada saat itu, Jenderal Wismoyo Arismunandar yang menjabat sebagai Asisten Pengamanan Kopassandha (Kopassus) mendapat tugas untuk menyampaikan pesan dari komandannya kepada Presiden Soeharto.
Meski baru berpangkat Mayor, Wismoyo dengan rasa gugup menemui Soeharto di kediamannya. “Ono opo (ada apa),” tanya Soeharto yang kala itu hanya mengenakan sarung dan kaus oblong, seperti yang dikisahkan dalam bukuPak Harto The Untold Stories(2012).
Wismoyo kemudian menyampaikan bahwa Kopassandha akan tetap setia kepada Presiden Soeharto. Namun, Soeharto menanggapinya dengan sebuah pertanyaan tak terduga, “Setia iku opo (setia itu apa)?”.
Pertanyaan ini membuat Wismoyo semakin bingung, tetapi Presiden Soeharto segera mencairkan suasana dengan menjelaskan bahwa setia berarti teguh dalam kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama.
Dari pertemuan tersebut, hubungan mereka semakin erat, terutama setelah Wismoyo jatuh hati pada Datit Siti Hardjanti, adik kandung Ibu Tien Soeharto. Namun, ada kisah menarik ketika Wismoyo melamar Datit.