Keruntuhan Kerajaan Siak, Kerajaan yang Mampu Bertahan dari Era Kolonialisme
loading...
A
A
A
Meskipun pihak Belanda sangat mendominasi pengaruhnya di pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura dengan membuat peraturan (KUHP), Namun Kerajaan Siak tetap memilih untuk menetapkan hukum adat untuk KUHP yang dibentuk Belanda.
Masuk masa pendudukan Jepang, sang sultan juga berjuang demi kemajuan kerajaan dan sangat mementingkan rakyatnya, rasa cinta Sultan Assaidis Syarif Kasim terhadap rakyatnya ini terlihat ketika sang sultan menentang keras romusha yang akan dikembangkan oleh Jepang di Siak dan sekitarnya.
Pada masa pendudukan Jepang tidak banyak perubahan dalam pemerintahan, namun hanya sebatas perubahan istilah di dalam sistem pemerintahan.
Perlahan pemerintah Kesultanan Siak Sri Indrapura mulai menyadari akan ambisi Jepang yang ingin menjadikan Siak Sri Indrapura sebagai sapi perah yang menguntungkan pihak kolonial Jepang.
Dari seluruh perlawanan yang dilakukan oleh Kesultanan Siak Sri Indrapura beserta rakyat, berasal dengan adanya pengaruh agama Islam yang dapat membangkitkan aksi perlawanan terhadap kolonialisme.
Kolonialisme identik kafir sebagai musuh besar Islam dan dengan rasa kesadaran akan cinta kepada tanah air maka jajaran pemerintahan dan rakyat menolak keras dengan hadirnya kolonialisme.
Dari situlah Kerajaan Siak ini mampu bertahan selama era kolonialisme.
Sementara itu, Sultan Syarif Kasim II naik tahta pada 13 Maret 1915 di usia 21 tahun untuk menggantikan sang ayah yang wafat 1908.
Saat naik tahta, Sultan Syarif Kasim II, memiliki gelar Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin.
Selama hidupnya, Sultan Syarif Kasim II merupakan sosok yang sangat mencintai rakyatnya, dan pendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Masuk masa pendudukan Jepang, sang sultan juga berjuang demi kemajuan kerajaan dan sangat mementingkan rakyatnya, rasa cinta Sultan Assaidis Syarif Kasim terhadap rakyatnya ini terlihat ketika sang sultan menentang keras romusha yang akan dikembangkan oleh Jepang di Siak dan sekitarnya.
Pada masa pendudukan Jepang tidak banyak perubahan dalam pemerintahan, namun hanya sebatas perubahan istilah di dalam sistem pemerintahan.
Perlahan pemerintah Kesultanan Siak Sri Indrapura mulai menyadari akan ambisi Jepang yang ingin menjadikan Siak Sri Indrapura sebagai sapi perah yang menguntungkan pihak kolonial Jepang.
Dari seluruh perlawanan yang dilakukan oleh Kesultanan Siak Sri Indrapura beserta rakyat, berasal dengan adanya pengaruh agama Islam yang dapat membangkitkan aksi perlawanan terhadap kolonialisme.
Kolonialisme identik kafir sebagai musuh besar Islam dan dengan rasa kesadaran akan cinta kepada tanah air maka jajaran pemerintahan dan rakyat menolak keras dengan hadirnya kolonialisme.
Dari situlah Kerajaan Siak ini mampu bertahan selama era kolonialisme.
Sementara itu, Sultan Syarif Kasim II naik tahta pada 13 Maret 1915 di usia 21 tahun untuk menggantikan sang ayah yang wafat 1908.
Saat naik tahta, Sultan Syarif Kasim II, memiliki gelar Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin.
Selama hidupnya, Sultan Syarif Kasim II merupakan sosok yang sangat mencintai rakyatnya, dan pendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.