Cinta Segitiga Ken Arok, Ken Dedes dan Tunggul Ametung: Pemilik Rahim Ibu Raja Jawa

Senin, 22 Juli 2024 - 14:25 WIB
loading...
Cinta Segitiga Ken Arok,...
Ilustrasi patung Ken Arok dan Ken Dedes. Foto/Istimewa
A A A
KISAH cinta segitiga antara Ken Arok, Ken Dedes, dan Tunggul Ametung terukir dalam sejarah Kerajaan Singasari, diabadikan dalam Kitab Pararaton. Meski dalam Kitab Negarakertagama tidak disebutkan secara rinci, cerita mereka tetap hidup dalam berbagai sumber.

Ken Arok putra seorang pejabat daerah di masa Kerajaan Kediri, dikenal sebagai seorang yang kurang baik, sering kali mencuri dan melakukan perbuatan tidak terpuji. Suatu hari, ia bertemu dengan seorang brahmana dari India bernama Lohgawe.

Brahmana itu datang ke Pulau Jawa kuno mencari titisan Dewa Wisnu. Lohgawe yakin bahwa Ken Arok adalah orang yang dicarinya, dan memberitahunya bahwa suatu saat nanti ia akan menjadi penguasa.

Baca Juga: Kisah Gayatri, Putri Raja Kertanagara yang Sederhana dan Haus Pengetahuan

Lohgawe membawa Ken Arok ke Tumapel untuk bekerja kepada penguasa di sana, Tunggul Ametung. Berkat permohonan Lohgawe, Tunggul Ametung menerima Ken Arok sebagai pengawal pribadi.

Tunggul Ametung sendiri memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Ken Dedes, putri dari seorang mpu yang tinggal di lereng Gunung Kawi, Mpu Purwa. Sebagai pengawal pribadi, Ken Arok sering mendampingi Tunggul Ametung dan Ken Dedes.

Suatu hari, secara tidak sengaja, Ken Arok melihat kain Ken Dedes tersingkap dan melihat pancaran sinar yang memukau. Ia menceritakan kejadian ini kepada Lohgawe menjelaskan bahwa sinar tersebut adalah tanda bahwa Ken Dedes adalah wanita pilihan, calon ibu raja-raja di Jawa.

Ken Arok yang terpikat oleh kecantikan dan takdir Ken Dedes, memutuskan untuk menjadikannya miliknya. Namun, ia tahu bahwa satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan membunuh Tunggul Ametung.



Lohgawe menentang gagasan ini, tetapi Ken Arok yang sudah bulat tekadnya tidak menggubris peringatan tersebut. Ken Arok kemudian memesan sebuah keris sakti kepada Mpu Gandring. Sebelum keris tersebut selesai dibuat, Ken Arok merebutnya dan membunuh Mpu Gandring.

Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengutuk keris tersebut akan membunuh tujuh orang penguasa. Dengan keris sakti di tangan, Ken Arok kembali ke Tumapel dan melaksanakan niatnya membunuh Tunggul Ametung saat sedang terlelap.

Pembunuhan ini tidak membuat Ken Arok menjadi tersangka, melainkan Kebo Hijo, sahabatnya sendiri, yang dijadikan kambing hitam. Setelah kematian Tunggul Ametung, Ken Arok menikahi Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung anak dari Tunggul Ametung.

Pernikahan Ken Dedes dan Tunggul Ametung sendiri bukan karena cinta, melainkan karena keterpaksaan. Kisah cinta segitiga ini berakhir dengan tragedi dan penuh kelicikan, menandai awal dari sejarah Kerajaan Singasari yang kelam.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2760 seconds (0.1#10.140)