Kisah Gayatri, Putri Raja Kertanagara yang Sederhana dan Haus Pengetahuan

Minggu, 21 Juli 2024 - 06:10 WIB
loading...
Kisah Gayatri, Putri...
Kolase potret Gayatri, putri Raja Kertanagara. Foto/Ilustrasi/Instagram @ainusantara
A A A
Pada era kejayaan Kerajaan Singasari , hiduplah seorang gadis remaja bernama Gayatri. Dia adalah putri bungsu dari Kertanagara, Raja Singasari, dan Jayawardhani. Sebagai putri raja, Gayatri diberi gelar Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajasa. Namun, karena kesederhanaannya, ia memilih untuk tidak mencantumkan gelar tersebut.

Gayatri adalah anak keempat dari empat bersaudara, semuanya perempuan. Ayahnya, Kertanagara, sangat berharap segera menemukan pasangan hidup untuk anak-anaknya agar trah kerajaan dapat diteruskan. Kekhawatiran Kertanagara ini muncul karena ia tidak memiliki anak laki-laki, yang berarti suksesi Kerajaan Singasari bisa terhambat.

Masa kecil Gayatri dihabiskan dengan penuh kebahagiaan. Ketika mencapai usia 15 tahun, kesederhanaan dan watak seriusnya semakin menonjol. Dalam bukunya "Gayatri Rajapatni: Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit," Earl Drake menggambarkan bahwa Gayatri berbeda dari ketiga kakaknya.

Tribhuwana Tunggadewi, kakak tertua Gayatri, dikenal ceria dan pandai bermain kata. Dia adalah teman bermain yang menyenangkan, namun sibuk mendampingi suaminya, Raden Wijaya, yang juga sepupu ketiganya. Kecantikan Tribhuwana dan Gayatri diwarisi dari buyut jauh mereka, Ken Dedes, yang terkenal akan kecantikannya.



Mahadewi, kakak kedua Gayatri, baru saja bertunangan dengan Ardaraja. Sementara itu, Jayendradewi, kakak ketiga, selalu tidak sabar menunggu orang tuanya mencarikan calon suami yang cocok untuknya. Berbeda dengan kakak-kakaknya, Gayatri tidak tertarik pada pinangan maupun suami. Baginya, kakak-kakaknya manis tetapi seringkali konyol.

Gayatri melihat kakak-kakaknya sibuk mempercantik diri dan menarik perhatian para pemuda. Namun, satu-satunya laki-laki yang ingin dibahagiakan oleh Gayatri adalah ayahnya. Ia menunjukkan minat besar terhadap isu-isu yang digeluti ayahandanya. Seiring pertumbuhan, Gayatri semakin sering terlibat dalam perbincangan tentang agama dan negara dengan ayahnya.

Kertanagara, menyadari gelagat putrinya yang haus pengetahuan, menugaskan Terenavindu, seorang karib dan resi Buddhis yang terpelajar, untuk menjadi guru bagi Gayatri. Terenavindu mengajarkan berbagai ilmu, mulai dari kitab-kitab Buddhis tentang nalar, kajian peribadatan, yoga, dan meditasi.

Tidak hanya pendidikan formal, Gayatri juga belajar kebudayaan seperti wayang dan wayang orang, yang mengandung pelajaran berharga tentang kebaikan dan keburukan yang dapat diterapkan dalam kehidupannya. Kisah Gayatri menunjukkan bahwa kecerdasan dan kesederhanaan dapat membawa seseorang menjadi pemersatu dan penerang di tengah keluarga dan kerajaannya.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2281 seconds (0.1#10.140)