Misteri Garis Lurus Imajiner 3 Peninggalan Kerajaan Singasari, Majapahit dan Gunung Arjuno

Selasa, 11 Juni 2024 - 09:08 WIB
loading...
Misteri Garis Lurus Imajiner 3 Peninggalan Kerajaan Singasari, Majapahit dan Gunung Arjuno
Candi Sumberawan berlokasi di lereng Gunung Arjuno sisi Malang, peninggalan Kerajaan Majapahit di era Raja Hayam Wuruk. Foto: MPI/Avirista Midaada
A A A
MALANG - Malang menjadi salah satu daerah yang banyak peninggalan sejarah. Apalagi di wilayah ini merupakan daerah yang pernah dikuasai oleh sejumlah kerajaan besar mulai dari Kerajaan Mataram, Kediri, Singasari, hingga Majapahit.

Menariknya ada tiga peninggalan yang konon satu garis lurus jika ditarik. Tiga bangunan sejarah dari dua kerajaan berbeda ini juga memiliki garis lurus dengan Gunung Arjuno.

Tiga peninggalan cagar budaya ini yakni Candi Sumberawan, Candi Singosari, dan Petirtaan Watu Gede, yang seluruhnya berada di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.



Juru pelihara Candi Sumberawan Dika Maulana mengakui jika Gunung Arjuno dahulu memang menjadi salah satu gunung suci. Gunung ini digunakan untuk tempat beribadah dan bertapa.

Makanya jauh sebelum Candi Sumberawan ditemukan pada 1937, ada sumber mata air yang terlebih dahulu digunakan.

”Sebelum bangunan candi ini ada memang sumber air, sudah ada terlebih dahulu. Itu di zaman dahulu memang digunakan masa kerajaan untuk kegiatan keagamaan di gunung,” kata Dika Maulana kepada SINDOnews, Selasa (11/6/2024).

Menariknya ada garis lurus antara Gunung Arjuno, Candi Sumberawan, Candi Singosari, dan Petirtaan Watugede, meski ketiganya itu berasal dari peninggalan kerajaan berbeda.



”Kalau secara geografis memang dari Patirtaan Watugede, Candi Singosari, sampai stupa Sumberawan ini satu garis lurus, dan orientasinya Gunung Arjuno. Petirtaan Watu Gede sama Candi Singosari, memang masa Kerajaan Singosari kalau di Sumber awan ini Majapahit," jelasnya.

Candi Sumberawan dibangun dengan sisi termuda karena merupakan peninggalan Raja Hayam Wuruk di era Kerajaan Majapahit. Candi ini dibangun oleh 1845, dalam kondisi rusak.

“Kondisi rusak bukan karena bencana alam atau tertimbun, tapi ada masa peralihan, sehingga tempat ini tidak ada yang merawat. Sehingga waktu itu ada pohon yang tumbuh di atas struktur candi ini,” ucapnya.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3057 seconds (0.1#10.140)
pixels