Masjid Raya Ahmadsyah, Satu-satunya Peninggalan Monumental Kesultanan Asahan

Jum'at, 21 Agustus 2020 - 05:01 WIB
loading...
A A A
Seperti kebanyakan di masjid masjid kesultanan lainnya, pada bagian depan mimbar tersebut terpahat hiasan kaligrafi dengan gaya khas tsuluts yang indah. Selain itu, juga terdapat kompleks pemakaman keluarga diraja Asahan. Makam yang ditandai beragam bentuk nisan dan menjadi tolak ukur untuk menilai usia masjid atau keberadaan pertapakannya. (BACA JUGA: Istana Niat Lima Laras Cagar Budaya yang Hampir Punah)

Pembangunan masjid ini digagas oleh Sultan Ahmadsyah atau juga dikenal dengan gelar Marhum Maharaja Indrasakti. Tuanku Ahmadsyah merupakan Sultan Asahan yang ke-IX, menggantikan ayahandanya Sultan Muhammad Husinsyah (1813--1854).

Pada pemerintahannya (1859-1888), Sultan Ahmadsyah dikenal sebagai pemimpin arif lagi bijaksana. Tidak hanya itu, ia juga dikenal sebagai sultan yang tak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia bahkan sempat diasingkan selama 21 tahun ke Riau, sebelum naik tahta kembali pada 25 Maret 1886 sampai 27 Juni 1888.

Tidak diketahui berapa banyak biaya yang dihabiskan Sultan Ahmadsyah untuk membangun mesjid beserta kompleks istana Asahan ini. Namun perluasan dan diversifikasi tanaman perkebunan ke daerah Selatan jadi dasar perbaikan ekonomi Sultan Ahmadsyah dari Asahan.

Diperkirakan pendapatan Sultan Asahan IX pasca-pemulihan kekuasaannya dari konsesi tanah sudah lebih dari cukup untuk membangun kembali ibukota Kesultanan Negeri Asahan.

Pengembangan kota sejak tahun 1970-an telah mengubah kedudukan Masjid Sultan Ahmadsyah dalam tata ruang kota Tanjung Balai yang menjadikannya sebagai aset kebudayaan, di kota yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Asahan itu.
(vit)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1111 seconds (0.1#10.140)