Kunjungi Mahakam Ulu, Kepala BKKBN Ajak Masyarakat KB dan Cegah Stunting

Senin, 13 Mei 2024 - 12:47 WIB
loading...
A A A
Prevalensi stunting di Kabupaten Mahakam Ulu berada pada angka 10,78 persen berdasarkan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) 2023. Angka tersebut sudah menunjukkan penurunan dari sebelumnya 14,8% di 2022.

Kepala BKKBN dokter Hasto menjelaskan sebetulnya yang menjadi concern kualitas SDM. Walaupun tinggal di daerah hulu, menurutnya, tetap saja masyarakatnya harus hebat. “Memang jalanannya belum bagus, namun SDMnya harus bagus,” kata dokter Hasto.

“Saya tidak datang untuk menekan masyarakat maksimal anak dua, tapi misalnya anak tiga kehamilannya dijarakkan tiga tahun. Karena saya sangat concern dengan membangun kualitas SDM," ujarnya.

Hal itu diungkapkan dokter Hasto seusai memasangkan KB implan, lalu berdiskusi terbuka dengan para akseptor yang hadir. Salah satunya Ibu Tipung (40) yang memiliki lima anak. Akseptor KB ini sebelumnya memakai pil dan mengaku akan dipasang implan.

”Memang lebih bagus pakai susuk, karena sekarang sudah modern, sudah 1 batang. Hari ini pasang susuk nanti diganti setelah tiga tahun,” katanya.

Implan 1 batang menurutnya unik karena dapat dipakai sampai tiga tahun. Dapat pula dipasangkan langsung setelah ibu melahirkan. Cara pemasangannya pun mudah, tidak pakai pisau, melainkan menggunakan jarum kecil.

”Ibu Tipung ini bagus jarak anak keempatnya umur enam tahun, dan yang kelimanya satu tahun tujuh bulan. Jadi, bagus karena jaraknya sudah lebih dari tiga tahun. Kurang bagusnya, kebanyakan,” ucap dokter Hasto.

Harapannya edukasi mengenai KB di Kabupaten Mahakam Ulu terus digalakkan. Tujuannya untuk memperbaiki kualitas SDM. Sehingga anak akan tumbuh sehat berkualitas apabila jarak kelahiran ibu diatur.

Stunting di Mahakam Ulu angkanya terendah di Kalimantan Timur, karena jumlah penduduknya hanya 38.000. Saya yakin stunting betul-betul bisa dicegah. Setahun 650 orang yang hamil di Mahakam Ulu, sebulan 60 lebih sedikit, kira-kira sehari yang melahirkan dua orang,” paparnya.

Tantangan untuk mengatasi hambatan sejatinya sudah merupakan hal biasa bagi tenaga kesehatan. Dokter Hasto bercerita ketika menjadi satu-satunya dokter yang bertugas di daratan hulu, tepatnya di Puskesmas Melak dan Puskesmas Kahala.

Di sana pasien yang berobat berpikirnya sudah identik dengan meminta disuntik. Karena keterbatasannya, biaya berobat pun seringkali dibayar dengan nanas dan singkong.

“Masyarakat Dayak ikhlas-ikhlas, dahulu mereka naruh ayam, makanan, buah di depan pintu puskesmas, kalau ditanya tidak ada yang mengaku. Makanya dokter dan bidan sekarang ini disyukurilah, dulu lima tahun saya tidak dibayar,” tegasnya.

Membangkitkan dan memotivasi para tenaga kesehatan yang hadir, dokter Hasto pun membagikan pengalamannya dahulu ketika bertugas di wilayah terpencil ini.

Dokter Hasto mengaku pernah bertemu dengan seorang pastor (pemuka agama Katolik), yang kata-katanya masih diingat sampai saat ini. Di dalam situasi yang sangat sulit, pastor tersebut justru memberinya sebuah kata-kata motivasi.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2117 seconds (0.1#10.140)
pixels