Jejak Rekam Keajaiban Candi Borobudur dari Sang Maestro Raja Sriwijaya Samaratungga
loading...
A
A
A
Samaratungga menjadi raja yang menginisiasi pembangunan Candi Borobudur. Candi megah di wilayah Magelang, Jawa Tengah itu menjadi bangunan keajaiban dunia yang dikenal dengan nama Jinaya, Bhumisambhara, atau Sambharabhudara.
Samaratungga berkuasa di Kerajaan Sriwijaya mengembangkan agama dan kebudayaan yang ditandai dengan dibangunnya Candi Borobudur. Konon hubungan erat Sriwijaya dan Medang, Mataram, membuat pertukaran budaya dan ekonomi memperkuat hubungan kedua kerajaan ini.
Prasasti Kayumwungan yang dikeluarkan oleh Rakai Patapan, Mpu Palar atau bernama Dang Karayan Patapan Sida Busu Pelar, pada 26 Mei 824 M itu menyebut tentang nama Samaratungga dalam pembuatan Candi Borobodur.
Dari prasasti itu dapat ditafsirkan bahwa Mpu Palar membuat prasasti sebagai penghormatan dari seorang bawahan kepada atasan.
”Mengingat Mpu Palar pada tahun itu menjadi raja bawahan Samaratungga,” demikian dikutip dari buku "13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa" (2016).
Terdapat sumber yang menyebutkan bahwa Samaratungga merupakan putra Maharaja Dananjaya yang bergelar Sri Sanggramadananjaya. Sumber lain menyebutkan bahwa Samaratungga merupakan putra Raja Indra(782-812).
Oleh Raja Indra, Samaratungga dinikahkan dengan Dewi Tara, putri Dharmasetu (raja Sriwijaya).Dari pernikahan tersebut, Samaratungga memiliki putri yang bernama Pramodawardhani (Sri Kahulunan atau Sri Sanjiwana) dan Balaputradewa.
Nama Pramodhawardani inilah yang akhirnya dinikahkan dengan Mpu Manuku, atau yang dikenal dengan Rakai Pikatan, ketika Samaratungga berkuasa. Pernikahan ini memiliki arti sebab keduanya memiliki agama yang berbeda, yakni Hindu dan Buddha.
Samaratungga berkuasa di Kerajaan Sriwijaya mengembangkan agama dan kebudayaan yang ditandai dengan dibangunnya Candi Borobudur. Konon hubungan erat Sriwijaya dan Medang, Mataram, membuat pertukaran budaya dan ekonomi memperkuat hubungan kedua kerajaan ini.
Prasasti Kayumwungan yang dikeluarkan oleh Rakai Patapan, Mpu Palar atau bernama Dang Karayan Patapan Sida Busu Pelar, pada 26 Mei 824 M itu menyebut tentang nama Samaratungga dalam pembuatan Candi Borobodur.
Dari prasasti itu dapat ditafsirkan bahwa Mpu Palar membuat prasasti sebagai penghormatan dari seorang bawahan kepada atasan.
”Mengingat Mpu Palar pada tahun itu menjadi raja bawahan Samaratungga,” demikian dikutip dari buku "13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa" (2016).
Terdapat sumber yang menyebutkan bahwa Samaratungga merupakan putra Maharaja Dananjaya yang bergelar Sri Sanggramadananjaya. Sumber lain menyebutkan bahwa Samaratungga merupakan putra Raja Indra(782-812).
Oleh Raja Indra, Samaratungga dinikahkan dengan Dewi Tara, putri Dharmasetu (raja Sriwijaya).Dari pernikahan tersebut, Samaratungga memiliki putri yang bernama Pramodawardhani (Sri Kahulunan atau Sri Sanjiwana) dan Balaputradewa.
Nama Pramodhawardani inilah yang akhirnya dinikahkan dengan Mpu Manuku, atau yang dikenal dengan Rakai Pikatan, ketika Samaratungga berkuasa. Pernikahan ini memiliki arti sebab keduanya memiliki agama yang berbeda, yakni Hindu dan Buddha.