Kisah Mayor Sabarudin, Sosok Prajurit Bengis Berjuluk Macan Sidoarjo
loading...
A
A
A
“Ayahnya dia (Wieteke van Dort)administrateurdi pabrik gula candi. Ikut jadi korbannya Sabaruddin. Dia ikut juga dibawa ke Alun-Alun Sidoarjo. Ditembak 7 orang dalam regu tembak. Tembakan terakhir diarahkan ke lehernya pakai pistol revolver,” sambung Ady.
“Selain sukanyulikwanita-wanita Belanda, kekejaman Sabaruddin juga pernah menyeret orang pakai truk dari Surabaya sampai Sidoarjo. Karena kebrutalannya itu, dia juga diburu sama TNI. Tapi sempat ditangkap, lalu dilepas lagi karena terjadi Agresi II,” lanjutnya.
Meski begitu, jangan sangka Sabaruddin takut dengan sesama tentara. Apalagi polisi macam M Jasin yang pernah protes, lantaran Kepala Biro Kepolisian Surabaya Basuki, pernah jadi korban salah tangkap Sabaruddin.
Sesama tentara pun pernah dibunuhnya hanya karena berebut wanita yang juga putri Bupati Sidoarjo bernama Indriyati. Korbannya bernama Soerjo, mantan atasan Sabaruddin semasa di PETA dulu.
Soerjo juga ikut melanjutkan karier di tentara republik sebagai kepala keuangan dan perlengkapan TKR. Karena Soerjo berasal dari keluarga priyai, jelas putri bupati yang terkenal cantik itu memilih Soerjo ketimbang Sabaruddin.
Tapi belakangan, leher Soerjo ditebas pedang gunto Sabaruddin. Tindak-tanduk Sabaruddin sebagai Komandan PTKR yang seenak perut bahkan tak jarang ikut menjaring beberapa tokoh dari matra lainnya sebagai korban salah tangkap.
Seperti Iswahyudi (salah satu perintis Angkatan Udara Republik Indonesia/AURI), seorang perwira Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Mayor Iskak, hingga seorang jenderal yang untuk kasus ini sengaja dia culik dan tangkap.
Jenderal Mayor Mohamad Mangundiprodjo medio Januari 1946, pernah jadi korban penculikan Sabaruddin, meski lebih beruntung nasibnya tak semalang Soerjo.
“Selain sukanyulikwanita-wanita Belanda, kekejaman Sabaruddin juga pernah menyeret orang pakai truk dari Surabaya sampai Sidoarjo. Karena kebrutalannya itu, dia juga diburu sama TNI. Tapi sempat ditangkap, lalu dilepas lagi karena terjadi Agresi II,” lanjutnya.
Meski begitu, jangan sangka Sabaruddin takut dengan sesama tentara. Apalagi polisi macam M Jasin yang pernah protes, lantaran Kepala Biro Kepolisian Surabaya Basuki, pernah jadi korban salah tangkap Sabaruddin.
Sesama tentara pun pernah dibunuhnya hanya karena berebut wanita yang juga putri Bupati Sidoarjo bernama Indriyati. Korbannya bernama Soerjo, mantan atasan Sabaruddin semasa di PETA dulu.
Soerjo juga ikut melanjutkan karier di tentara republik sebagai kepala keuangan dan perlengkapan TKR. Karena Soerjo berasal dari keluarga priyai, jelas putri bupati yang terkenal cantik itu memilih Soerjo ketimbang Sabaruddin.
Tapi belakangan, leher Soerjo ditebas pedang gunto Sabaruddin. Tindak-tanduk Sabaruddin sebagai Komandan PTKR yang seenak perut bahkan tak jarang ikut menjaring beberapa tokoh dari matra lainnya sebagai korban salah tangkap.
Seperti Iswahyudi (salah satu perintis Angkatan Udara Republik Indonesia/AURI), seorang perwira Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Mayor Iskak, hingga seorang jenderal yang untuk kasus ini sengaja dia culik dan tangkap.
Jenderal Mayor Mohamad Mangundiprodjo medio Januari 1946, pernah jadi korban penculikan Sabaruddin, meski lebih beruntung nasibnya tak semalang Soerjo.