Kisah Mayor Sabarudin, Sosok Prajurit Bengis Berjuluk Macan Sidoarjo

Sabtu, 20 April 2024 - 08:14 WIB
loading...
Kisah Mayor Sabarudin, Sosok Prajurit Bengis Berjuluk Macan Sidoarjo
Potret retro Mayor Zainal Sabaruddin Nasution atau Macan Sidoarjo. Foto/Istimewa
A A A
SIDOARJO - Orang Jawa Timur yang hidup di awal pecahnya revolusi nasional 1945 tentu tahu nama Mayor Sabarudin yang digelari Macan Sidoarjo. Kisah kebingisan Macan Sidoarjo menjadi cerita heroik dan maupun menakutkan bagi warga saat itu.

Mayor Sabarudin diketahui sangat memuja Tan Malaka dianggap sangat berjasa dalam menghabisi tentara yang memberontak dalam Peristiwa Madiun 1948. Namun, catatan hitam kebegundalannya juga menjadi noda hitam revolusi Indonesia.

Kisah Macan Sidoarjo dimulai dalam perang pejuang melawan serdadu Belanda pada tahun 1945-1949. Sebelum Belanda menggelar dua aksi polisionilnya (Agresi I Juli 1947 dan Agresi II Desember 1948), di negeri kita lebih dulu sempat dilanda “Masa/Periode Bersiap”.

Tempochaospasca-proklamasi di mana oknum-oknum pemuda, laskar, hingga tentara republik menjagal banyak orang sipil. Orang sipil yang berafiliasi dengan Belanda tentunya. Orang-orang pribumi maupun peranakan Tionghoa hingga Arab yang pro-Belanda, eks pegawai Belanda.



Hingga pastinya orang-orang Belanda totok di masa akhir 1945 hingga awal 1946. Masa di mana masyarakat, laskar, pemuda, belum tentu mau menuruti instruksi pemerintah yang masih bayi. Elemen-elemen rakyat yang hanya mau bertindak seenak perutnya di berbagai wilayah.

Sejarah kelam negeri kita soal begini jarang diungkap. Entah karena terlalu sensitif atau memang masyarakat kita belum bisa jujur dengan sejarahnya sendiri. Tapi sebagai permulaan, tokoh yang terkenal brutal, bengis nan beringas era Mayor Zainal Sabaruddin Nasution.

“Mayor Sabaruddin sangat terkenal bengis. Ada buku tentang kisahnya, (judulnya) ‘Petualangan Mayor Sabarudin’. Dia pejuang, tepatnya PTKR (Polisi Tentara Keamanan Rakyat, kini Polisi Militer),” kata Aktivis sejarah Komunitas Roodebrug Soerabaia Ady Setiawan.

Dari namanya yang punya marga sama dengan Panglima Divisi Siliwangi Kolonel Abdoel Haris Nasution, Sabaruddin memang berasal dari orangtua asli Batak. Pun begitu, Sabaruddin sendiri lahir di Aceh, tepatnya Kotaraja pada 1922.

Selepas makan bangku sekolah di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau sekolah setingkat menengah pertama, Sabaruddin cari nafkah jadi juru tulis di Kabupaten Sidoarjo dan menangani pembukuan di perkebunan tebu.



Saat Jepang masuk nusantara, Sabaruddin selayaknya para pemuda lain, ikut pendidikan Pembela Tanah Air (PETA) bentukan Jepang dan lulus dengan pangkatShodancho(komandan peleton). Kariernya melesat pasca-Indonesia memproklamirkan kemerdekaan.

Sabaruddin naik pangkat jadi kapten, kemudian mayor dan jadi Komandan PTKR Karesidenan Surabaya. Tugasnya, mengawasi tawanan Jepang dan para orang-orang Belanda dan pribumi pro-Belanda yang baru keluar dari kamp-kamp interniran.

Dari sinilah kebrutalan dan kegilaan Mayor Sabaruddin dan ratusan anak buahnya yang fanatik bermula. Sepak terjang petarung republik yang berjuluk si Macan Sidoarjo ini sungguh bikin geleng-geleng kepala.

Siapapun yang ditangkapnya dengan dugaan atau tuduhan sesuatu seperti mata-mata misalnya, bisa-bisa langsung dicabut nyawanya tanpa penyelidikan lebih lanjut. Pernah termaktub kisahnya dalam buku di atas, dia menangkap tiga pemuda asal Maluku dan dituduh mata-mata.

Kelanjutannya? Ketiga pemuda itu dibakar hidup-hidup setelah lebih dulu diguyur bensin. Mayor Sabaruddin juga gila wanita. Sabaruddin yang juga diketahui punya istri keturunan Belanda, sering mengumpulkan eks tawanan interniran wanita kulit putih untuk dijadikan budak seks.



Wanita-wanita itu baru kemudian ditemukan dan diselamatkan M Jasin, Komandan Polisi Istimewa (kini Brimob) bersama Laskar Pesindo, Laskar Minyak dan Hizbullah.

“Dalam penggerebekan (di satu Harem di sekitar Trawas) itu ditemukan 8 wanita Eropa yang sedang hamil, 4 besek penuh perhiasan. Wanita dan emas itu diduga dirampas dari kamp-kamp interniran,” ungkap M Jasin dalam ‘Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang’.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2446 seconds (0.1#10.140)
pixels