Kisah Raja Jayanagara, Sang Penguasa Majapahit dengan Julukan Jelek

Senin, 26 Februari 2024 - 06:13 WIB
loading...
Kisah Raja Jayanagara, Sang Penguasa Majapahit dengan Julukan Jelek
Raja Jayanagara dikenal sebagai sosok yang memimpin Majapahit dengan tabiat yang buruk dan sikap sewenang-wenang. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Raja Jayanagara dikenal sebagai sosok yang memimpin Majapahit dengan tabiat yang buruk dan sikap sewenang-wenang. Julukan negatif "Kala Gemet" melekat padanya seperti bayangan yang tak pernah lepas. Namun, di balik kekurangannya itu, tersembunyi sebuah cerita yang menggugah.

Dalam istana Majapahit, cerita tentang Raja Jayanagara yang ditakuti dan dicemooh oleh banyak orang telah menjadi pembicaraan yang kerap terdengar. Namun, sedikit yang tahu bahwa di balik tirai kekuasaannya, Jayanagara adalah seorang yang penuh dengan penderitaan dan kelemahan.

Kala itu, seorang tabib terkenal dari sebuah desa terpencil mendengar kabar tentang keadaan raja. Ia merasa terpanggil untuk menolong sang raja meskipun mendengar cerita buruk tentangnya. Dengan penuh keberanian, sang tabib memutuskan untuk menyusup ke istana tanpa diketahui siapapun.

Setelah berhasil menyusup, sang tabib menemui raja dalam keadaan yang memprihatinkan. Jayanagara, yang selalu terlihat tegar di hadapan umum, kini terbaring lemah di atas tempat tidur, diselimuti oleh rasa sakit yang tak tertahankan. Tatapan matanya yang tajam berubah menjadi reda dan penuh penderitaan.



Tabib itu, dengan penuh kehalusan hati, memberikan obat-obatan tradisional yang dipercayainya dapat mengurangi penderitaan sang raja. Meskipun awalnya ragu, Jayanagara akhirnya menerima bantuan itu. Perlahan-lahan, obat-obatan itu mulai memberikan kelegaan baginya.

Saat kesempatan itu, Jayanagara bercerita kepada tabib tentang kesendirian dan penderitaannya yang tersembunyi di balik tirai kekuasaannya. Dia tak bisa mempercayai siapapun di sekitarnya, takut akan dijatuhkan atau dikhianati. Raja yang ditakuti banyak orang, ternyata merasa sangat kesepian.

Dalam kebersamaan yang singkat itu, Jayanagara menemukan kenyamanan dan kedamaian yang telah lama hilang dari kehidupannya. Dia menyadari bahwa kekuasaan dan julukan buruk yang melekat padanya tak sebanding dengan kebahagiaan yang didapat dari kebersamaan dan kasih sayang.

Sejak saat itu, sang tabib menjadi sahabat dan penasihat pribadi bagi Jayanagara. Dengan bimbingannya, Jayanagara mulai mengubah sikapnya yang dulu sewenang-wenang menjadi lebih bijaksana dan penuh kasih. Ia mulai mendengarkan pendapat pejabat istana dan rakyatnya, serta memperjuangkan kesejahteraan mereka.

Perubahan itu membuat banyak orang terkejut, namun juga merasa bahagia. Majapahit pun mulai memasuki masa keemasan yang sejati, bukan hanya dari segi kekuasaan, tetapi juga dalam kebahagiaan dan kesejahteraan rakyatnya.

Sosok Jayanagara yang sebelumnya dikenal sebagai "Kala Gemet" mulai terlupakan, digantikan dengan julukan yang lebih pantas baginya: "Raja yang bijaksana dan penyayang". Dan di balik cerita tersebut, terungkaplah bahwa bahkan di antara kegelapan, cahaya kebaikan dan kebijaksanaan selalu dapat bersinar.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1399 seconds (0.1#10.140)