Pedang Luwuk Blambangan, Pusaka Sakti Andalan Rempeg Jogopati dari Darah Perawan
loading...
A
A
A
Luwuk Majapahit digunakan pada 1478 saat perang Paregreg. Luwuk Blambangan digunakan dalam perang Bayu tahun 1771. Luwuk Majapahit memiliki motif pamor bergaris dari pangkal hingga ujung.
Luwuk Blambangan memiliki motif bulan sabit berjumlah ganjil, mulai dari satu, tiga hingga lima. Ukurannya pun bervariatif dari mulai dari 50 sentimeter hingga 80 sentimeter. Paksinya segitiga langsungan dan tidak bersekat.
Gagang biasanya terbuat dari tanduk kerbau ataupun banteng. Materialnya terbuat dari batuan meteorit yang jelas mengandung mineral silica kompleks. Berbagai unsur logam mulai dari nikel, baja, besi hingga titanium terkandung dalam batuan tersebut.
Namun seperti pusaka kuno pada zaman dahulu, pembuatan senjata yang juga disebut Tosan Aji ini tidak bisa dilakukan dengan ala kadarnya.
Serangkaian proses ritual harus dilakukan agar empu pusaka ini bisa 'nurut' dan berfungsi ampuh digunakan bertarung.
Salah satu rahasia yang membuat pedang ini ampuh adalah bilah yang dibaluri dengan bisa ular Luwuk atau ular Viper Hijau. Tanpa disabetkan pedang ini sudah menghasilkan efek luar biasa hingga membuat lawan berkelimpangan.
Salah satu ritual lain yakni saat pembuatan, bilah pedang juga dibaluri darah haid pertama gadis yang masihperawan. Mulai dari penentuan hari, pantangannya saat membuat pusaka ini, dibacakan doa dan mantra tujuannya agar pusaka berfungsi kepada pemegangnya.
Dulunya benda pusaka semacam itu, kerap digunakan sebagai benda pelengkap sebuah ritual. Kini fungsinya telah bergeser, menjadi benda koleksi karena nilai estetikanya dan bukti warisan leluhur. Saat ini menjadi koleksi agar tetap lestari.
Lihat Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
Luwuk Blambangan memiliki motif bulan sabit berjumlah ganjil, mulai dari satu, tiga hingga lima. Ukurannya pun bervariatif dari mulai dari 50 sentimeter hingga 80 sentimeter. Paksinya segitiga langsungan dan tidak bersekat.
Gagang biasanya terbuat dari tanduk kerbau ataupun banteng. Materialnya terbuat dari batuan meteorit yang jelas mengandung mineral silica kompleks. Berbagai unsur logam mulai dari nikel, baja, besi hingga titanium terkandung dalam batuan tersebut.
Namun seperti pusaka kuno pada zaman dahulu, pembuatan senjata yang juga disebut Tosan Aji ini tidak bisa dilakukan dengan ala kadarnya.
Serangkaian proses ritual harus dilakukan agar empu pusaka ini bisa 'nurut' dan berfungsi ampuh digunakan bertarung.
Salah satu rahasia yang membuat pedang ini ampuh adalah bilah yang dibaluri dengan bisa ular Luwuk atau ular Viper Hijau. Tanpa disabetkan pedang ini sudah menghasilkan efek luar biasa hingga membuat lawan berkelimpangan.
Salah satu ritual lain yakni saat pembuatan, bilah pedang juga dibaluri darah haid pertama gadis yang masihperawan. Mulai dari penentuan hari, pantangannya saat membuat pusaka ini, dibacakan doa dan mantra tujuannya agar pusaka berfungsi kepada pemegangnya.
Dulunya benda pusaka semacam itu, kerap digunakan sebagai benda pelengkap sebuah ritual. Kini fungsinya telah bergeser, menjadi benda koleksi karena nilai estetikanya dan bukti warisan leluhur. Saat ini menjadi koleksi agar tetap lestari.
Lihat Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
(ams)