Pedang Luwuk Blambangan, Pusaka Sakti Andalan Rempeg Jogopati dari Darah Perawan

Sabtu, 02 Desember 2023 - 06:13 WIB
loading...
Pedang Luwuk Blambangan, Pusaka Sakti Andalan Rempeg Jogopati dari Darah Perawan
Pedang Luwuk, pusaka kuno Luwuk Kerajaan Majapahit. Foto/MPI/Avirista Midaada
A A A
BANYUWANGI - Banyuwangi dikenal sebagai wilayah bersejarah di Indonesia. Hal itu ditandai dengan banyaknya penemuan bersejarah mulai zaman megalitik, perundagian hingga perbendaan sisa konflik perang kemerdekaan.

Salah satu benda bersejarah yang ditemukan di Banyuwangi adalah Pedang Luwuk. Pedang pendek ini fenomenal pada masanya.Konon digunakan petinggi kerajaan di Jawa dalam menghadapi agresi Belanda.

Pedang ini terkenal ampuh karena berhasil membuat kocar kacir dan menumbangkan pasukan negeri Kincir Angin.Pedang ini tercatat pernah ditemukan di daerah kekuasaan KerajaanMajapahit dan kerajaan Blambangan dan ditakuti Belanda.



Pedang ini terkenal ampuh karena berhasil membuat kocar kacir dan menumbangkan pasukan penjajah Belanda. Pedang luwuk ditemukan sekitar 15 tahun lalu di daerah Rowo Bayu, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.

Pedang itu menjadi saksi sejarah perlawanan masyarakat Kerajaan Blambangan dengan pasukan Belanda. Peperangan itu tercatat dalam sejarah disebut dengan perang Bayu yang terjadi pada tahun 1771.

Saat itu dikatakan pasukan perlawanan dipimpin oleh Mas Rempeg, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Pangeran Jagapati dan Pengeran Putra, yang dikenal dengan sebutan Wong Agung Wilis.

Pedang Luwuk digunakan dalam peperangan tersebut karena pedang ini terkenal ampuh dan sakti. Pedang ini adalah andalan Rempeg Jogopati selain tombak biring lanang. Pedang ini berhasil melukai banyak pasukan belanda hingga membuat kocar-kacir.



Pedang luwuk dibuat seorang Empu yang bernama Ki Luwuk. Secara bentuk pedang ini nampak sederhana berwarna hitam legam dan memiliki bilah tajam pada satu sisi. Perbedaan antara luwuk Majapahit dan luwuk Blambangan terletak pada motif pamor dan waktu penggunaanya.

Luwuk Majapahit digunakan pada 1478 saat perang Paregreg. Luwuk Blambangan digunakan dalam perang Bayu tahun 1771. Luwuk Majapahit memiliki motif pamor bergaris dari pangkal hingga ujung.

Luwuk Blambangan memiliki motif bulan sabit berjumlah ganjil, mulai dari satu, tiga hingga lima. Ukurannya pun bervariatif dari mulai dari 50 sentimeter hingga 80 sentimeter. Paksinya segitiga langsungan dan tidak bersekat.

Gagang biasanya terbuat dari tanduk kerbau ataupun banteng. Materialnya terbuat dari batuan meteorit yang jelas mengandung mineral silica kompleks. Berbagai unsur logam mulai dari nikel, baja, besi hingga titanium terkandung dalam batuan tersebut.



Namun seperti pusaka kuno pada zaman dahulu, pembuatan senjata yang juga disebut Tosan Aji ini tidak bisa dilakukan dengan ala kadarnya.
Serangkaian proses ritual harus dilakukan agar empu pusaka ini bisa 'nurut' dan berfungsi ampuh digunakan bertarung.

Salah satu rahasia yang membuat pedang ini ampuh adalah bilah yang dibaluri dengan bisa ular Luwuk atau ular Viper Hijau. Tanpa disabetkan pedang ini sudah menghasilkan efek luar biasa hingga membuat lawan berkelimpangan.

Salah satu ritual lain yakni saat pembuatan, bilah pedang juga dibaluri darah haid pertama gadis yang masihperawan. Mulai dari penentuan hari, pantangannya saat membuat pusaka ini, dibacakan doa dan mantra tujuannya agar pusaka berfungsi kepada pemegangnya.

Dulunya benda pusaka semacam itu, kerap digunakan sebagai benda pelengkap sebuah ritual. Kini fungsinya telah bergeser, menjadi benda koleksi karena nilai estetikanya dan bukti warisan leluhur. Saat ini menjadi koleksi agar tetap lestari.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1402 seconds (0.1#10.140)