Kisah Untung Surapati Melarikan dari Kejaran VOC Belanda di Kali Madiun
loading...
A
A
A
MADIUN - Pasukan VOC Belanda kembali harus menghadapi perlawanan dari Untung Surapati dan tentaranya. Perlawanan Untung Surapati ini terjadi usai VOC Belanda berhasil meredam aksi perlawanan dari bupati-bupati di Madiun raya.
Konon perlawanan Untung Surapati di akhir abad 17 hingga awal abad 18. Sosok pria yang merupakan budak asal Bali ini benar-benar menyita perhatian VOC Belanda. Sosoknya dikenal cukup berani dan cerdas, yang juga pernah bekerja di usaha milik pengusaha Belanda.
Untung Suropati memulai pemberontakan pada sekitar 1683. Pemberontakan ini dimulai di Jawa bagian barat serta meluas hingga bagian tengah dan timur. Pada pemberontakan Untung Suropati terhadap Kompeni ini, Amangkurat II memberikan restu dan perlindungan.
Hal itu dikutip dari Antara Lawu dan Wilis: Arkeologi Sejarah dan Legenda Madiun Raya, Berdasarkan Catatan Lucien Adam Residen Madiun 1934 - 1938. Raja Mataram ini bahkan menawarkan tempat persembunyian bagi Suropati di Keraton Kartasura.
Manuver ini segera menjadi alasan bagi Kompeni untuk mengirim Kapten François Tack, sekitar 1650-86, yang merupakan Komisaris Pemerintahan Tinggi [Commissaris der Hooge Regeering] VOC untuk pergi ke Susuhunan Mataram dan menuntut penyerahan Suropati.
Kedatangan Kapten Tack ke Mataram terjadi pada 1685. Tack tidak dapat memenuhi tugas yang dibebankan kepadanya ini, bahkan dia dan Kapten Jan Jacobszoon Leeman beserta lebih dari 70 orang Belanda tewas dalam upaya serangannya di Alun-alun Utara Keraton Kartasura.
Tidak lama kemudian, Suropati melarikan diri ke arah tenggara dan berhasil menduduki Pasuruan. Saat itu wilayah Pasuruan membentang dari Ponorogo ke Puger. Keresidenan Madiun saat itu hanya terdiri atas Ponorogo dan Pacitan.
Dapat diasumsikan bahwa wilayah yang berada di utara Keresidenan Madiun tidak termasuk dalam wilayah administratif keresidenan ini.
Residen Belanda sempat mendapatkan informasi bahwa seorang tumenggung dari Suropati melarikan diri dengan dua putranya ke Desa Cabéyan yang terletak di dekat Kali Madiun, tepatnya di Subdistrik atau kini masuk Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun.
Sangat mungkin bahwa salah satu dari dua putra ini bernama Kertopati alias Singoyudo dan menjadi pendiri desa tersebut.
Konon perlawanan Untung Surapati di akhir abad 17 hingga awal abad 18. Sosok pria yang merupakan budak asal Bali ini benar-benar menyita perhatian VOC Belanda. Sosoknya dikenal cukup berani dan cerdas, yang juga pernah bekerja di usaha milik pengusaha Belanda.
Untung Suropati memulai pemberontakan pada sekitar 1683. Pemberontakan ini dimulai di Jawa bagian barat serta meluas hingga bagian tengah dan timur. Pada pemberontakan Untung Suropati terhadap Kompeni ini, Amangkurat II memberikan restu dan perlindungan.
Hal itu dikutip dari Antara Lawu dan Wilis: Arkeologi Sejarah dan Legenda Madiun Raya, Berdasarkan Catatan Lucien Adam Residen Madiun 1934 - 1938. Raja Mataram ini bahkan menawarkan tempat persembunyian bagi Suropati di Keraton Kartasura.
Manuver ini segera menjadi alasan bagi Kompeni untuk mengirim Kapten François Tack, sekitar 1650-86, yang merupakan Komisaris Pemerintahan Tinggi [Commissaris der Hooge Regeering] VOC untuk pergi ke Susuhunan Mataram dan menuntut penyerahan Suropati.
Kedatangan Kapten Tack ke Mataram terjadi pada 1685. Tack tidak dapat memenuhi tugas yang dibebankan kepadanya ini, bahkan dia dan Kapten Jan Jacobszoon Leeman beserta lebih dari 70 orang Belanda tewas dalam upaya serangannya di Alun-alun Utara Keraton Kartasura.
Tidak lama kemudian, Suropati melarikan diri ke arah tenggara dan berhasil menduduki Pasuruan. Saat itu wilayah Pasuruan membentang dari Ponorogo ke Puger. Keresidenan Madiun saat itu hanya terdiri atas Ponorogo dan Pacitan.
Dapat diasumsikan bahwa wilayah yang berada di utara Keresidenan Madiun tidak termasuk dalam wilayah administratif keresidenan ini.
Residen Belanda sempat mendapatkan informasi bahwa seorang tumenggung dari Suropati melarikan diri dengan dua putranya ke Desa Cabéyan yang terletak di dekat Kali Madiun, tepatnya di Subdistrik atau kini masuk Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun.
Sangat mungkin bahwa salah satu dari dua putra ini bernama Kertopati alias Singoyudo dan menjadi pendiri desa tersebut.
(ams)