Kebengisan Amangkurat II dan VOC Belanda Habisi Pemberontakan Trunojoyo
loading...
A
A
A
Wilayah Kediri Jawa Timur yang menjadi benteng atau pusat perlawanan Trunojoyo atau Trunajaya terhadap kekuasaan Mataram, dikepung pasukan gabungan VOC Belanda dan Jawa dari berbagai penjuru.
Pemberontakan Trunojoyo terhadap Mataram telah membuat Sultan Mataram Amangkurat II murka. Trunojoyo berhasil mendongkel Amangkurat I dan bahkan memaksa raja Jawa itu terbirit-birit meninggalkan istana dan kemudian meninggal dunia.
Sebagai penerus kekuasaan Amangkurat I, Amangkurat II bertekad untuk segera mengakhiri sepak terjang bangsawan asal Pulau Madura itu.
Koalisi dengan kolonial Belanda pun dibangun. Persekutuan keraton Mataram-VOC Belanda pada September 1677 itu dituangkan dalam Perjanjian Jepara, yakni isinya Mataram bersedia menyerahkan kawasan pesisir Utara kepada VOC Belanda.
Tak heran, penyerbuan besar-besaran pasukan gabungan Jawa dan VOC Belanda terhadap benteng pertahanan Trunojoyo di Kediri bertolak dari pesisir Jepara, Jawa Tengah.
“Pada Senin 5 September 1678, untuk pertama kali dalam sejarah VOC di Jawa sebuah pasukan Belanda bergerak dari Jepara menuju pedalaman Jawa,” demikian dikutip dari buku Antara Lawu dan Wilis (2021).
Dengan pertimbangan jalur terpendek, awalnya ekspedisi militer akan sepenuhnya mengambil rute Surabaya melalui jalur laut dan kemudian langsung menusuk ke pusat pertahanan Trunojoyo di Kediri.
Namun Amangkurat II meminta penyerbuan Trunojoyo sebaiknya juga melalui jalur darat, yakni melalui Demak, Grobogan, Jipang (sekarang Bojonegoro dan sekitarnya) dan kemudian menuju ke Kediri melalui lembah Sungai Brantas.
Pemberontakan Trunojoyo terhadap Mataram telah membuat Sultan Mataram Amangkurat II murka. Trunojoyo berhasil mendongkel Amangkurat I dan bahkan memaksa raja Jawa itu terbirit-birit meninggalkan istana dan kemudian meninggal dunia.
Sebagai penerus kekuasaan Amangkurat I, Amangkurat II bertekad untuk segera mengakhiri sepak terjang bangsawan asal Pulau Madura itu.
Koalisi dengan kolonial Belanda pun dibangun. Persekutuan keraton Mataram-VOC Belanda pada September 1677 itu dituangkan dalam Perjanjian Jepara, yakni isinya Mataram bersedia menyerahkan kawasan pesisir Utara kepada VOC Belanda.
Tak heran, penyerbuan besar-besaran pasukan gabungan Jawa dan VOC Belanda terhadap benteng pertahanan Trunojoyo di Kediri bertolak dari pesisir Jepara, Jawa Tengah.
“Pada Senin 5 September 1678, untuk pertama kali dalam sejarah VOC di Jawa sebuah pasukan Belanda bergerak dari Jepara menuju pedalaman Jawa,” demikian dikutip dari buku Antara Lawu dan Wilis (2021).
Dengan pertimbangan jalur terpendek, awalnya ekspedisi militer akan sepenuhnya mengambil rute Surabaya melalui jalur laut dan kemudian langsung menusuk ke pusat pertahanan Trunojoyo di Kediri.
Namun Amangkurat II meminta penyerbuan Trunojoyo sebaiknya juga melalui jalur darat, yakni melalui Demak, Grobogan, Jipang (sekarang Bojonegoro dan sekitarnya) dan kemudian menuju ke Kediri melalui lembah Sungai Brantas.
Baca Juga