Kebengisan Amangkurat II dan VOC Belanda Habisi Pemberontakan Trunojoyo
loading...
A
A
A
Pasukan diharapkan bergerak dari sisi Barat dan pedalaman Selatan yang merupakan wilayah mancanegara.
Amangkurat II berpandangan wilayah yang dilintasi ekspedisi militer, yakni terutama mereka yang sebelumnya masih ragu-ragu, akan kembali mengakui kedaulatan Mataram.
“Sunan (Amangkurat II) merasa bahwa perjalanan pasukan melalui distrik-distrik pedalaman akan membuat musuh dan para partisan Kajoran akan mengakui kedaulatan Mataram”.
Amangkurat II benar. Sepanjang perjalanan menuju Kediri, jumlah pasukan gabungan Jawa dan VOC semakin bertambah besar. Pengaruh dari pergerakan pasukan dan kampanye membuat banyak pemimpin-pemimpin lokal turut bergabung.
Pada 28 September 1678 ekspedisi militer di mana Amangkurat II turut serta berkuda disamping Anthonio Hurdt, yakni pimpinan pasukan VOC, tiba di perbatasan antara Surakarta dan Madiun.
Pada 5 Oktober 1678, pasukan Hurdt tiba di wilayah Maospati (sekarang Magetan) untuk menanti kedatangan pasukan Kapten Francois Tack yang bergerak dari Solo dengan empat kompi pasukan.
Kapten Tack memimpin 214 kepala serdadu VOC dan seribu orang prajurit Jawa. Dalam ekspedisi militer ini pasukan juga diiringi 800 gerobak sapi bermuatan logistik atau barang-barang yang dikawal dari Surabaya.
Pada detik-detik semakin mendekati wilayah Kediri, sempat muncul usulan dari komandan prajurit Jawa (Mataram) melalui surat yang intinya untuk membakar habis Kertosono, Kamagetan (Magetan) dan Caruban (Madiun).
Namun usulan itu ditolak mentah-mentah oleh Anthonio Hurdt. Pasukan gabungan Mataram dan VOC terus bergerak menuju ke Kediri. Tiba di wilayah Singkal (Saat ini Nganjuk), pasukan berhenti di tepi Sungai Brantas cukup lama.
Pada November 1678, ekspedisi militer yang dipimpin Kapten Tack melakukan penyerbuan besar-besaran di Kota Kediri. Semua dirampok dan dijarah. Benteng-benteng pertahanan Trunojoyo dihancurkan. Kediri berhasil diambil alih oleh Mataram dan VOC Belanda.
Amangkurat II berpandangan wilayah yang dilintasi ekspedisi militer, yakni terutama mereka yang sebelumnya masih ragu-ragu, akan kembali mengakui kedaulatan Mataram.
“Sunan (Amangkurat II) merasa bahwa perjalanan pasukan melalui distrik-distrik pedalaman akan membuat musuh dan para partisan Kajoran akan mengakui kedaulatan Mataram”.
Amangkurat II benar. Sepanjang perjalanan menuju Kediri, jumlah pasukan gabungan Jawa dan VOC semakin bertambah besar. Pengaruh dari pergerakan pasukan dan kampanye membuat banyak pemimpin-pemimpin lokal turut bergabung.
Pada 28 September 1678 ekspedisi militer di mana Amangkurat II turut serta berkuda disamping Anthonio Hurdt, yakni pimpinan pasukan VOC, tiba di perbatasan antara Surakarta dan Madiun.
Pada 5 Oktober 1678, pasukan Hurdt tiba di wilayah Maospati (sekarang Magetan) untuk menanti kedatangan pasukan Kapten Francois Tack yang bergerak dari Solo dengan empat kompi pasukan.
Kapten Tack memimpin 214 kepala serdadu VOC dan seribu orang prajurit Jawa. Dalam ekspedisi militer ini pasukan juga diiringi 800 gerobak sapi bermuatan logistik atau barang-barang yang dikawal dari Surabaya.
Pada detik-detik semakin mendekati wilayah Kediri, sempat muncul usulan dari komandan prajurit Jawa (Mataram) melalui surat yang intinya untuk membakar habis Kertosono, Kamagetan (Magetan) dan Caruban (Madiun).
Namun usulan itu ditolak mentah-mentah oleh Anthonio Hurdt. Pasukan gabungan Mataram dan VOC terus bergerak menuju ke Kediri. Tiba di wilayah Singkal (Saat ini Nganjuk), pasukan berhenti di tepi Sungai Brantas cukup lama.
Pada November 1678, ekspedisi militer yang dipimpin Kapten Tack melakukan penyerbuan besar-besaran di Kota Kediri. Semua dirampok dan dijarah. Benteng-benteng pertahanan Trunojoyo dihancurkan. Kediri berhasil diambil alih oleh Mataram dan VOC Belanda.