Gunung Penanggungan, Saksi Bisu Penanda Perang Bubat Pasukan Majapahit dan Sunda
loading...
A
A
A
Sumber lain menyebut, Buat terletak di Desa Trowulan, Mojokerto. Tempat tersebut difungsikan oleh Gajah Mada untuk mengatur pasukan Majapahit. Tempat tersebut semula digunakan untuk pelaksanaan upacara Sradah dimana raja Majapahit dan raja bawahan berkumpul.
Bubat dijadikan tempat diselenggarakannya hiburan rakyat selama sebulan. Kebenaran pendapat ini didukung oleh J. Noorduyn yang mengacu pada Kakawin Negarakertagama. Keberadaan Bubat, bukan sebagai tempat fiktif juga dikuatkan oleh Catatan Perjalanan Bujangga Manik.
Selanjutnya simak perjalanan Bujangga Manik yang pernah singgah di Bubat. Disebutkan dalam catatan perjalanan itu, diketahui Bujangga Manik mengunjungi ibu kota Kerajaan Majapahit.
Lapangan Bubat yang disebutnya menjadi petunjuk kuat keberadaan dirinya sesudah melewati empat daerah selepas dari Kali Brantas. Selepas Jombang, ia berjalan ke timur hingga mencapai Trowulan, di sana ia tinggal di Bubat.
Dari Bubat, Bujangga Manik ini berjalan menuju Manguntur. Di wilayah kotaraja Majapahit, ia mencatat nama - nama Darma Anar, Karang Kajraman, Karang Jaka, dan Palintahan.
Dari nama - nama itu, hanya Palintahan yang memiliki petunjuk sebagai Plintahan, nama wilayah di tenggara Gunung Penanggungan atau sering disebut pawitra.
Meski masih misterius mengenai lokasi Bubat, wilayah ini memang benar-benar ada dan merupakan wilayah di Majapahit. Pendapat itu berdasarkan pada Kakawin Negarakertagama dan catatan perjalanan Bujangga Manik yang dapat dipercaya.
Namun apakah Bubat yang dimaksud ini adalah tempat pertempuran pasukan Majapahit melawan rombongan pengantin dari Kerajaan Sunda, pertanyaan ini masih menjadi perdebatan di kalangan para sejarawan
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
Bubat dijadikan tempat diselenggarakannya hiburan rakyat selama sebulan. Kebenaran pendapat ini didukung oleh J. Noorduyn yang mengacu pada Kakawin Negarakertagama. Keberadaan Bubat, bukan sebagai tempat fiktif juga dikuatkan oleh Catatan Perjalanan Bujangga Manik.
Selanjutnya simak perjalanan Bujangga Manik yang pernah singgah di Bubat. Disebutkan dalam catatan perjalanan itu, diketahui Bujangga Manik mengunjungi ibu kota Kerajaan Majapahit.
Lapangan Bubat yang disebutnya menjadi petunjuk kuat keberadaan dirinya sesudah melewati empat daerah selepas dari Kali Brantas. Selepas Jombang, ia berjalan ke timur hingga mencapai Trowulan, di sana ia tinggal di Bubat.
Dari Bubat, Bujangga Manik ini berjalan menuju Manguntur. Di wilayah kotaraja Majapahit, ia mencatat nama - nama Darma Anar, Karang Kajraman, Karang Jaka, dan Palintahan.
Dari nama - nama itu, hanya Palintahan yang memiliki petunjuk sebagai Plintahan, nama wilayah di tenggara Gunung Penanggungan atau sering disebut pawitra.
Meski masih misterius mengenai lokasi Bubat, wilayah ini memang benar-benar ada dan merupakan wilayah di Majapahit. Pendapat itu berdasarkan pada Kakawin Negarakertagama dan catatan perjalanan Bujangga Manik yang dapat dipercaya.
Namun apakah Bubat yang dimaksud ini adalah tempat pertempuran pasukan Majapahit melawan rombongan pengantin dari Kerajaan Sunda, pertanyaan ini masih menjadi perdebatan di kalangan para sejarawan
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
(ams)