Kisah Pilu Murid SD di Sukabumi Korban Bullying Teman Sekolah hingga Patah Tulang
loading...
A
A
A
SUKABUMI - Seorang murid sekolah dasar (SD) di Sukabumi, Jawa Barat mengalami patah tulang diduga akibat aksi perundungan (bullying) yang dilakukan oleh teman sekelasnya.
Korban didorong oleh dua temannya dengan posisi membungkuk di belakangnya. Sehingga korban terjatuh dengan posisi tulang yang bergeser.
Orang tua korban, DS (43), menceritakan awal mula kejadian tersebut terungkap. Diawali saat anaknya, NCS (10) kelas 3 SD swasta favorit di Kota Sukabumi yang menjadi korban bullying menceritakan yang dialaminya.
Korban bercerita setelah 8 bulan diintimidasi pihak sekolah untuk tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya dan menceritakan kejadian rekayasa yang sudah diduga di-setting pihak sekolah.
"Selama ini anak saya selalu menutup-nutupi, selalu bilang yang baik untuk sekolah. Nah sekarang sudah terbuka, saya menyimpulkan selama ini anak saya berada di bawah tekanan, karena dia berbicara tidak sesuai dengan kenyataannya," ujar DS kepada MNC Portal Indonesia, dikutipRabu (1/11/2023).
Lebih lanjut DS mengatakan, intimidasi dari gurunya dengan cara korban harus menuruti cerita hasil rekayasa kejadian yang dibuat oleh gurunya. Pada saat itu korban sedang mengalami trauma berat karena tangannya patah dan bukan patah biasa, hingga tulangnya berbalik.
"Anak saya dibawa ke ruangan di UKS bersama sama pelaku temannya itu dan gurunya mengintimidasi dengan cara memberitahu apa yang harus dilakukan dengan berbohong," jelas DS.
Rekayasa yang dibuat gurunya, lanjut DS, mengharuskan anaknya mengikuti cerita bohong bahwa kejadian tersebut terjadi ketika anaknya datang dari toilet, masuk ke kelas lihat teman-teman.
Korban didorong oleh dua temannya dengan posisi membungkuk di belakangnya. Sehingga korban terjatuh dengan posisi tulang yang bergeser.
Orang tua korban, DS (43), menceritakan awal mula kejadian tersebut terungkap. Diawali saat anaknya, NCS (10) kelas 3 SD swasta favorit di Kota Sukabumi yang menjadi korban bullying menceritakan yang dialaminya.
Korban bercerita setelah 8 bulan diintimidasi pihak sekolah untuk tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya dan menceritakan kejadian rekayasa yang sudah diduga di-setting pihak sekolah.
"Selama ini anak saya selalu menutup-nutupi, selalu bilang yang baik untuk sekolah. Nah sekarang sudah terbuka, saya menyimpulkan selama ini anak saya berada di bawah tekanan, karena dia berbicara tidak sesuai dengan kenyataannya," ujar DS kepada MNC Portal Indonesia, dikutipRabu (1/11/2023).
Lebih lanjut DS mengatakan, intimidasi dari gurunya dengan cara korban harus menuruti cerita hasil rekayasa kejadian yang dibuat oleh gurunya. Pada saat itu korban sedang mengalami trauma berat karena tangannya patah dan bukan patah biasa, hingga tulangnya berbalik.
"Anak saya dibawa ke ruangan di UKS bersama sama pelaku temannya itu dan gurunya mengintimidasi dengan cara memberitahu apa yang harus dilakukan dengan berbohong," jelas DS.
Rekayasa yang dibuat gurunya, lanjut DS, mengharuskan anaknya mengikuti cerita bohong bahwa kejadian tersebut terjadi ketika anaknya datang dari toilet, masuk ke kelas lihat teman-teman.