Manfaatkan Eceng Gondok di Waduk Cengklik, Warga Boyolali Produksi Pupuk Organik dan Biogas
loading...
A
A
A
Semula jumlah anggota kelompok sebanyak 24 orang yang merupakan warga Sobokerto. Namun dalam perjalanannya berkurang dan sekarang tersisa 19 orang. Mereka berprofesi nelayan, pedagang, petani, peternak hingga kuli bangunan.
Kebutuhan alat-alat untuk mengolah eceng gondok mulai diinvetarisasi, seperti alat untuk mencacah, dan tong digester (untuk fermentasi) yang portabel. Dia sangat bersyukur karena semua kegiatan, mulai dari studi banding maupun peralatan, semuanya dibiayai penuh melalui Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina. Warga juga mendapatkan pelatihan mengenai pembuatan pupuk organik berwujud padat, cair dan biogas.
Setelah peralatan tersedia, warga mencoba membuat pupuk padat maupun cair dari enceng gondok. Sekitar 100 kilogram eceng gondok diangkat dari waduk dan dicacah dan dicampur dengan kotoran sapi sekitar 30 persen untuk biangnya, serta cairan untuk fermentasi yang dibeli dari toko pertanian.
“Untuk pupuk padat yang digunakan akar eceng gondok. Kalau pupuk cair yang dipakai batang dan daunnya saja,” ucapnya.
Dalam proses pembuatan pupuk padat, juga disiapkan air untuk mencampur cairan yang dipakai fermentasi, kemudian disemprotkan ke eceng gondok yang telah dicacah. Setelah selesai, cacahan eceng gondok dibungkus terpal selama 21 hari hingga jadi pupuk padat.
Selama proses itu, setiap 7 hari dilakukan pengadukan. Terjadi penyusutan ukuran sekitar 30 persen dari bahan semula. Selama kurun waktu 1 bulan, sejauh ini pupuk yang dihasilkan sekitar 70 kilogram. Pupuk dipakai anggota untuk persiapan demplot ketika akan menanam. Ada rencana untuk mengarah ke komersial dengan menjual pupuk padat seharga Rp20.000 per sak.
Sementara itu, pembuatan pupuk cair hampir sama prosesnya dengan pembuatan pupuk padat. Batang dan daun yang telah dicacah dimasukkan tong digester.
Satu tong menggunakan 50 liter air dicampur 10 kilogram enceng gondok yang telah disempot cairan fermentasi. Selama proses di dalam tong, juga dilakukan pengadukan sebagaimana pembuatan pupuk padat.
Setelah fermentasi 21 hari mulai menghasilkan pupuk cair. Dari 50 liter air dicampur 10 kilogram eceng gondok, menghasilkan sekitar 40 liter pupuk cair. Di dalam tol dibuatkan, saluran khusus yang dipakai mengeluarkan pupuk cair.
Pupuk dari enceng gondok diuji coba didemplot yang dimiliki anggota pokmas. Tanamannya adalah sayur kangkung, bayam dan cabai. Sebelum ditanami, lahan disebari pupuk padat dari eceng gondok. Karena bentuknya ambyar, sehingga mudah ditaburkan ke tanah.
Kebutuhan alat-alat untuk mengolah eceng gondok mulai diinvetarisasi, seperti alat untuk mencacah, dan tong digester (untuk fermentasi) yang portabel. Dia sangat bersyukur karena semua kegiatan, mulai dari studi banding maupun peralatan, semuanya dibiayai penuh melalui Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina. Warga juga mendapatkan pelatihan mengenai pembuatan pupuk organik berwujud padat, cair dan biogas.
Setelah peralatan tersedia, warga mencoba membuat pupuk padat maupun cair dari enceng gondok. Sekitar 100 kilogram eceng gondok diangkat dari waduk dan dicacah dan dicampur dengan kotoran sapi sekitar 30 persen untuk biangnya, serta cairan untuk fermentasi yang dibeli dari toko pertanian.
“Untuk pupuk padat yang digunakan akar eceng gondok. Kalau pupuk cair yang dipakai batang dan daunnya saja,” ucapnya.
Dalam proses pembuatan pupuk padat, juga disiapkan air untuk mencampur cairan yang dipakai fermentasi, kemudian disemprotkan ke eceng gondok yang telah dicacah. Setelah selesai, cacahan eceng gondok dibungkus terpal selama 21 hari hingga jadi pupuk padat.
Selama proses itu, setiap 7 hari dilakukan pengadukan. Terjadi penyusutan ukuran sekitar 30 persen dari bahan semula. Selama kurun waktu 1 bulan, sejauh ini pupuk yang dihasilkan sekitar 70 kilogram. Pupuk dipakai anggota untuk persiapan demplot ketika akan menanam. Ada rencana untuk mengarah ke komersial dengan menjual pupuk padat seharga Rp20.000 per sak.
Sementara itu, pembuatan pupuk cair hampir sama prosesnya dengan pembuatan pupuk padat. Batang dan daun yang telah dicacah dimasukkan tong digester.
Satu tong menggunakan 50 liter air dicampur 10 kilogram enceng gondok yang telah disempot cairan fermentasi. Selama proses di dalam tong, juga dilakukan pengadukan sebagaimana pembuatan pupuk padat.
Setelah fermentasi 21 hari mulai menghasilkan pupuk cair. Dari 50 liter air dicampur 10 kilogram eceng gondok, menghasilkan sekitar 40 liter pupuk cair. Di dalam tol dibuatkan, saluran khusus yang dipakai mengeluarkan pupuk cair.
Pupuk dari enceng gondok diuji coba didemplot yang dimiliki anggota pokmas. Tanamannya adalah sayur kangkung, bayam dan cabai. Sebelum ditanami, lahan disebari pupuk padat dari eceng gondok. Karena bentuknya ambyar, sehingga mudah ditaburkan ke tanah.