Relawan Jokowi Bara JP Jatim Minta Terdakwa Kasus MeMiles Dituntut Maksimal
loading...
A
A
A
SURABAYA - Kasus investasi ilegal MeMiles kini masih dalam prosesnya persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Agendanya, masih tahap pemeriksaan saksi-saksi. Baik dari member maupun dari manajemen PT Kam and Kam (pengelola MeMiles). Baru nanti dilanjutkan dengan pembacaan tuntutan.
Ketua Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) Jatim Gianto Wijaya meminta agar pemerintah menindak tegas karena penipuan berkedok investasi tersebut. Pasalnya sudah banyak masyarakat yang menjadi korban.
Apalagi melalui pengumpulan dana masyarakat dengan cara iming-iming imbal hasil yang tidak wajar. "Kami minta agar terdakwa nanti bisa dituntut maksimal," katanya, Jumat (31/7/2020).
(Baca juga: Tersangka Kasus MeMiles Kemungkinan Bertambah )
Diketahui, dalam surat dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) mendakwa terdakwa yang juga Direktur PT Kam and Kam, Kamal Tarachand Mircahndani alias Sanjay dengan Pasal 105 UU Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP dan Pasal 17 UU Nomor 17 tahun 2014 tentang perdagangan Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP dan primer kedua diancam dengan pidana pasal 378 KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
Pasal 105 mengatur sanksi pidana bagi pelaku usaha yang menerapkan sistem skema piramida dan dapat dipidana penjara paling lama 10 tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp10 miliar.
"Pelaku pelaku usaha dengan skema piramida ini harus ditindak tegas. Jangan sampai terjadi seperti dulu baru banyak korban baru ditangkap. Kami mendukung Polda Jatim yang sudah bekerja keras untuk mempidanakan MeMiles guna menyelamatkan masyarakat," terang Gianto.
Sementara itu, Pakar Hukum Perdata Universitas Airlangga (Unair) Dr Ghansham Anand mengatakan jika MeMiles telah melakukan perbuatan melawan hukum (PMH). Dalam UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 9 menyebutkan bahwa pelaku usaha distribusi dilarang melakukan skema piramida dalam melakukan perdagangan. "Jelas bahwa ini skema piramida masuk pidana 10 tahun. MeMiles tidak ada izin nanti bisa dicek," katanya.
(Baca juga: Idul Adha Saat Pandemi, Warga Sidoarjo Pakai APD Saat Potong Kurban )
Perkara MeMiles ini juga menyeret empat anak buah Sanjay. Diantaranya Fatah Suhanda, Martini Luisa, Sri Windyaswati dan Prima Hendika. Kasus ini terbongkar saat Polda Jatim mendapati investasi MeMiles tidak mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). MeMiles sendiri berhasil menggaet 264.000 nasabah atau member dengan omzet Rp750 miliar.
Dalam menjalankan bisnisnya, para terdakwa memperdagangkan jasa slot iklan melalui aplikasi MeMiles yang hanya dapat diakses atau dipasang oleh orang yang telah menjadi member. Untuk membuat member tertarik bergabung di MeMiles, PT Kam and Kam memberikan tawaran hadiah berupa reward, komisi maupun bonus.
Bahkan mereka juga menggandeng sejumlah artis dan tokoh ternama dan sudah diperiksa Polda Jatim. Antara lain, Eka Deli, Marcello Tahitoe, Pinkan Mambo, Tata Janeeta, Regina Idol dan desainer Adjie Notonegoro.
Ada juga cucu Presiden ke-2 RI Soeharto, Ari Sigit dan istrinya Rika Callebaut. Dari pengungkapan kasus ini, polisi telah menyita uang sebesar Rp150 miliar dan 28 unit mobil mewah serta barang mewah lainnya
Ketua Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) Jatim Gianto Wijaya meminta agar pemerintah menindak tegas karena penipuan berkedok investasi tersebut. Pasalnya sudah banyak masyarakat yang menjadi korban.
Apalagi melalui pengumpulan dana masyarakat dengan cara iming-iming imbal hasil yang tidak wajar. "Kami minta agar terdakwa nanti bisa dituntut maksimal," katanya, Jumat (31/7/2020).
(Baca juga: Tersangka Kasus MeMiles Kemungkinan Bertambah )
Diketahui, dalam surat dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) mendakwa terdakwa yang juga Direktur PT Kam and Kam, Kamal Tarachand Mircahndani alias Sanjay dengan Pasal 105 UU Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP dan Pasal 17 UU Nomor 17 tahun 2014 tentang perdagangan Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP dan primer kedua diancam dengan pidana pasal 378 KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
Pasal 105 mengatur sanksi pidana bagi pelaku usaha yang menerapkan sistem skema piramida dan dapat dipidana penjara paling lama 10 tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp10 miliar.
"Pelaku pelaku usaha dengan skema piramida ini harus ditindak tegas. Jangan sampai terjadi seperti dulu baru banyak korban baru ditangkap. Kami mendukung Polda Jatim yang sudah bekerja keras untuk mempidanakan MeMiles guna menyelamatkan masyarakat," terang Gianto.
Sementara itu, Pakar Hukum Perdata Universitas Airlangga (Unair) Dr Ghansham Anand mengatakan jika MeMiles telah melakukan perbuatan melawan hukum (PMH). Dalam UU Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 9 menyebutkan bahwa pelaku usaha distribusi dilarang melakukan skema piramida dalam melakukan perdagangan. "Jelas bahwa ini skema piramida masuk pidana 10 tahun. MeMiles tidak ada izin nanti bisa dicek," katanya.
(Baca juga: Idul Adha Saat Pandemi, Warga Sidoarjo Pakai APD Saat Potong Kurban )
Perkara MeMiles ini juga menyeret empat anak buah Sanjay. Diantaranya Fatah Suhanda, Martini Luisa, Sri Windyaswati dan Prima Hendika. Kasus ini terbongkar saat Polda Jatim mendapati investasi MeMiles tidak mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). MeMiles sendiri berhasil menggaet 264.000 nasabah atau member dengan omzet Rp750 miliar.
Dalam menjalankan bisnisnya, para terdakwa memperdagangkan jasa slot iklan melalui aplikasi MeMiles yang hanya dapat diakses atau dipasang oleh orang yang telah menjadi member. Untuk membuat member tertarik bergabung di MeMiles, PT Kam and Kam memberikan tawaran hadiah berupa reward, komisi maupun bonus.
Bahkan mereka juga menggandeng sejumlah artis dan tokoh ternama dan sudah diperiksa Polda Jatim. Antara lain, Eka Deli, Marcello Tahitoe, Pinkan Mambo, Tata Janeeta, Regina Idol dan desainer Adjie Notonegoro.
Ada juga cucu Presiden ke-2 RI Soeharto, Ari Sigit dan istrinya Rika Callebaut. Dari pengungkapan kasus ini, polisi telah menyita uang sebesar Rp150 miliar dan 28 unit mobil mewah serta barang mewah lainnya
(msd)