Lewat Bu Mantik, Cara Surabaya Atasi Aksi Terorisme

Kamis, 30 Juli 2020 - 18:01 WIB
loading...
Lewat Bu Mantik, Cara...
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ketika menjadi salah satu narasumber seminar The International Institute for Justice and the Rule of Law (IIJ) yang dilakukan secara daring.Foto/ist
A A A
SURABAYA - Bom Surabaya 2018 lalu masih menyisahkan ingatan pedih bagi warga di Kota Pahlawan. Memen di mana teror yang terjadi secara beruntun dalam dua hari membuat luka mendalam bagi banyak keluarga.

Namun, semua kepedihan itu bisa dilewati. Semua warga sudah tak lagi mengalami ketakutan untuk mengingat kejadian mencekam itu. Dengan kebersamaan, terorisme bisa dilawan.

(Baca juga: Sapi Jumbo dari Jokowi dan Khofifah Tiba di Masjid Al Akbar )

Komentar itu disampaikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ketika menjadi pembicara pada seminar The International Institute for Justice and the Rule of Law (IIJ). Seminar yang digelar secara online itu bertajuk Peran Pemimpin Lokal dalam Merespon Serangan Terorisme.

Selain Risma, juga ada narasumber lain seperti Direktur Unit Anti-Radikalisasi Pemerintah Kota Brussels Belgia, Hadeline Feront, dan Manajer Strong Cities Network (SCN), Inggris bernama Marta Lopes.

(Baca juga: Risma Gandeng Kejati Jatim Siap Rebut 8 Aset Pemkot yang Dikuasai Swasta )

Kegiatan yang awalnya dilaksanakan pada 11–13 Maret 2020 lalu di Malta itu baru bisa terlaksana hari ini. Namun, karena pandemi COVID-19 ditunda dan diputuskan berlangsung via daring.

Risma menuturkan, pihaknya waktu itu langsung berkeliling mendatangi gereja selama dua hari berturut-turut. Menurutnya kejadian waktu itu membuat warga maupun pemerintah merasa sangat terpukul.

“Padahal Surabaya dikenal kota yang aman dan tentram. Apalagi menurut survei tingkat kepuasannya masyarakat cukup tinggi. Itu yang membuat kami traumatik warga maupun pemerintah,” kata Risma.

Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya menambahkan, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Surabaya, Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) serta tokoh agama untuk sama-sama menyelesaikan persoalan dengan penanganan cepat. Ia juga mengundang psikolog dan psikeater untuk melakukan trauma healing kepada anak-anak korban.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1831 seconds (0.1#10.140)