Kisah Sultan Agung Marah pada Imam Syafi'i Dibalik Pagebluk di Mekkah

Jum'at, 18 Agustus 2023 - 05:30 WIB
loading...
A A A
“Dan Iman Supingi menitipkan serban hitam bekas milik Nabi Muhammad supaya diberikan kepada Sri Sultan, sambil mengatakan bersedia meminta maaf kepadanya,” tulis Babad Nitik Sarta Cabolek.

Begitu kembali ke Jawa, Sunan Kalijaga langsung mendatangi Mataram untuk menghadap Sultan Agung. Dalam pertemuan itu hadir pula Pangeran Purbaya, kakak sultan. Sunan Kalijaga menyampaikan apa yang dikatakan Iman Supingi.

Awalnya, Sultan Agung enggan memberi maaf. Hatinya masih marah. Namun, setelah dibujuk Pangeran Purbaya, ditambah adanya hadiah serban hitam, Raja Jawa itu kemudian bersedia memaafkan.

Sunan Kalijaga menamai serban hitam hadiah itu Tunggul Wulung. Didampingi Sunan Kalijaga, Sultan Agung lantas bertolak ke Mekkah. Saat bertemu Sultan Agung, Iman Supingi menyampaikan permintaan maafnya.

Sultan Agung kemudian menyatakan terima kasih kepada Kanjeng Ratu Kidul dan wabah yang menyerang kota Mekkah seketika sirna. Di Mekkah, Iman Supingi mengizinkan keinginan Sultan Agung untuk mendirikan pesarean.

Namun sebelum hal itu dilakukan, Sunan Kalijaga mengatakan kepada Sultan Agung, rakyat Jawa akan kesulitan memuja Sultan sebagaimana mestinya jika makamnya berada di Mekkah. Sebagai solusi, Sunan Kalijaga mengambil segumpal tanah dari pesarean nabi-nabi dan membungkusnya dengan kain.

Dengan karomahnya, segumpal tanah itu kemudian dilempar ke Pulau Jawa. “Sambil menjelaskan kepada Sultan, di mana tanah itu jatuh, di situlah pesarean boleh dibuka”.

Gumpalan tanah Mekkah itu jatuh di Gunung Girilaya. Saat Sultan Agung mendatangi lokasi, ia keduluan Sultan Cirebon yang menyatakan ingin bermakam di situ karena tanahnya keramat.

“Silakan, kata Sultan Agung, dan Sultan Cirebon mangkat seketika”. Sultan Agung sudah rela saat meninggal tidak dimakamkan di Mekkah. Sunan Kalijaga kemudian kembali melemparkan segumpal tanah.

Gumpalan tanah itu jatuh di bukit Imogiri. Di tanah keramat itu Sunan Kalijaga dengan kesaktiannya membuat mata air memancur dari batu. Di Imogiri tersebut Sultan Agung kemudian mendirikan pesarean raja-raja Mataram Islam dan keluarganya hingga sekarang.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3477 seconds (0.1#10.140)