Kisah Denmas Mendung yang Obati Soekarno Kecil dengan Metode Ganti Nama
loading...
A
A
A
Yang paling digemari bermain lumpur di sawah, naik kerbau dan mandi di sungai. ”Itu permainan khas anak desa. Sungainya masih ada sampai sekarang,” terang Suratmi.
Selain itu, Soekarno kecil suka main sepak bola dengan anak-anak desa di halaman Ndalem Pojok yang luas. Bakat kepemimpinan Soekarno terlihat manakala dia bercerita banyak hal di hadapan teman sebayanya sambil duduk melingkar.
Khususnya soal kepahlawanan dan cerita pewayangan. ”Itu dilakukan ya di sini. Depan Ndalem Pojok,” tambahnya.
Hingga tamat HBS di Surabaya lalu melanjutkan ke THS atau ITB Bandung sekarang , Bung Karno kerap sowan ke Ndalem Pojok. Tak jarang Soekarno mengajak gurunya seperti HOS Tjokroaminoto dan dr Soetomo ke Wates untuk berdiskusi.
Bahkan, di Ndalem Pojok itu Tjokroaminoto yang bergelar Raja Jawa Tanpa Mahkota itu mengajari Bung Karno bagaimana berpidato yang baik hingga bisa memikat khalayak ramai.
”Teriak-teriaknya di bawah pohon beringin yang sekarang sudah mati,” ungkapnya.
Selama kos di Bandung, ayah angkatnya, RM Soemosewojo, juga sering menjenguknya. Bahkan ketika melamar Inggit Garnasih, Soemosewojo yang meminangkannya mewakili Soekeni, ayahanda Soekarno.
Soekeni merasa tidak enak dengan besannya HOS Tjokroaminoto karena salah satu putrinya, Oetari, juga menjadi istri Bung Karno. Bahkan, untuk menjaga perasaan Tjokroaminoto, Soekeni tidak pernah menjenguk Bung Karno di Bandung.
Sebagai gantinya Soekeni biasanya minta tolong RM Soemosewojo atau Dimas Umo untuk menjeguknya.
Selain itu, Soekarno kecil suka main sepak bola dengan anak-anak desa di halaman Ndalem Pojok yang luas. Bakat kepemimpinan Soekarno terlihat manakala dia bercerita banyak hal di hadapan teman sebayanya sambil duduk melingkar.
Khususnya soal kepahlawanan dan cerita pewayangan. ”Itu dilakukan ya di sini. Depan Ndalem Pojok,” tambahnya.
Hingga tamat HBS di Surabaya lalu melanjutkan ke THS atau ITB Bandung sekarang , Bung Karno kerap sowan ke Ndalem Pojok. Tak jarang Soekarno mengajak gurunya seperti HOS Tjokroaminoto dan dr Soetomo ke Wates untuk berdiskusi.
Bahkan, di Ndalem Pojok itu Tjokroaminoto yang bergelar Raja Jawa Tanpa Mahkota itu mengajari Bung Karno bagaimana berpidato yang baik hingga bisa memikat khalayak ramai.
”Teriak-teriaknya di bawah pohon beringin yang sekarang sudah mati,” ungkapnya.
Selama kos di Bandung, ayah angkatnya, RM Soemosewojo, juga sering menjenguknya. Bahkan ketika melamar Inggit Garnasih, Soemosewojo yang meminangkannya mewakili Soekeni, ayahanda Soekarno.
Soekeni merasa tidak enak dengan besannya HOS Tjokroaminoto karena salah satu putrinya, Oetari, juga menjadi istri Bung Karno. Bahkan, untuk menjaga perasaan Tjokroaminoto, Soekeni tidak pernah menjenguk Bung Karno di Bandung.
Sebagai gantinya Soekeni biasanya minta tolong RM Soemosewojo atau Dimas Umo untuk menjeguknya.