Bikin Terenyuh, Aipda Ade Gunawan 16 Tahun Santuni Anak-anak Kurang Mampu di Sawangan Banyumas
loading...
A
A
A
Warsini, ibu dari Reta mengaku terbantu adanya santunan ini. Ia yang merupakan warga kurang mampu ini, hanya bisa membantu sekuat tenaga dengan cara mencarikan rumput untuk kambing milik anaknya.
“Hanya ini yang bisa saya lakukan, namun alhamdulilah kambing bisa berkembang. Saya sangat berterimakasih sekali pada pak polisi Igun,” ujar Warsini saat mendampingi anaknya.
Ada juga Dewi Yunia Lestari, gadis berumur 17 tahun siswi SMK ini yang sejak ayahnya meninggal dunia ketika masih kecil, Dewi langsung terdaftar menerima santunan.
“Saya sempat down namun akhirnya setelah masuk As-Salam saya dapat motivasi,” ujarnya.
Kisah senada juga tercetus dari Widia Sasti, siswi kelas 2 SMK Ma’arif 1 Cilongok yang bergabung dengan Majelis As-Salam dari tahun 2010. “Banyak pelajaran yang saya dapat dari sini terutama kebersamaan,” ujar Widia.
Igun awalnya tidak yakin dengan maksud baiknya memberikan santunan pada anak-anak di desanya bisa terwujud. Apalagi, ia yang hanya polisi biasa di desanya ini tidak mempunyai biaya berlebih. Namun ia optimistis jika niat baiknya pasti akan disambut baik oleh warganya meski harus melalui perjalanan waktu panjang.
Kini, warga masyarakat di desanya, teman-teman polisi, keluarga dan bahkan sejumlah relasinya rutin membantu memberi santunan untuk keberlangsungan hidup dan pendidikan anak-anak di desanya. Ia berkeinginan suatu saat jika ia sudah tiada, semua akan menjadi amal baik dan bisa dikembangkan oleh penerus-penerusnya.
Sambil duduk bersila dan menyeruput air kopi dari cangkirnya, polisi Igun kembali menerawang ke langit-langit pendopo As-Salam. Dalam hati ia teringat saat pertama kali berjumpa dengan Abah Anom ia berkata :
“Kiai, apa yang bisa saya lakukan untuk masyarakat karena saya hanyalah polisi biasa,” sebutnya.
“Hanya ini yang bisa saya lakukan, namun alhamdulilah kambing bisa berkembang. Saya sangat berterimakasih sekali pada pak polisi Igun,” ujar Warsini saat mendampingi anaknya.
Ada juga Dewi Yunia Lestari, gadis berumur 17 tahun siswi SMK ini yang sejak ayahnya meninggal dunia ketika masih kecil, Dewi langsung terdaftar menerima santunan.
“Saya sempat down namun akhirnya setelah masuk As-Salam saya dapat motivasi,” ujarnya.
Kisah senada juga tercetus dari Widia Sasti, siswi kelas 2 SMK Ma’arif 1 Cilongok yang bergabung dengan Majelis As-Salam dari tahun 2010. “Banyak pelajaran yang saya dapat dari sini terutama kebersamaan,” ujar Widia.
Igun awalnya tidak yakin dengan maksud baiknya memberikan santunan pada anak-anak di desanya bisa terwujud. Apalagi, ia yang hanya polisi biasa di desanya ini tidak mempunyai biaya berlebih. Namun ia optimistis jika niat baiknya pasti akan disambut baik oleh warganya meski harus melalui perjalanan waktu panjang.
Kini, warga masyarakat di desanya, teman-teman polisi, keluarga dan bahkan sejumlah relasinya rutin membantu memberi santunan untuk keberlangsungan hidup dan pendidikan anak-anak di desanya. Ia berkeinginan suatu saat jika ia sudah tiada, semua akan menjadi amal baik dan bisa dikembangkan oleh penerus-penerusnya.
Sambil duduk bersila dan menyeruput air kopi dari cangkirnya, polisi Igun kembali menerawang ke langit-langit pendopo As-Salam. Dalam hati ia teringat saat pertama kali berjumpa dengan Abah Anom ia berkata :
“Kiai, apa yang bisa saya lakukan untuk masyarakat karena saya hanyalah polisi biasa,” sebutnya.
(shf)