Cari Penyebab Kematian, Keluarga Rupi'ah Minta Bongkar Makam
loading...
A
A
A
REMBANG - Kematian Rupi'ah (28), warga Desa Pohlandak, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang , pada Jumat (17/7/2020) berbuntut panjang. Saat ini keluarga Rupi'ah meminta supaya makam dibongkar, agar jenazah korban diotopsi.
(Baca juga: Anak Gangguan Jiwa Dipasung 7 Tahun, Ibunya Lumpuh Akibat Polio )
Langkah tersebut untuk memastikan penyebab meninggalnya Rupi'ah, apakah karena bunuh diri atau dibunuh. Adik korban, Dyah Pratiwi menjelaskan, pihaknya sama sekali tidak bermaksud menuduh seseorang. Tapi hanya ingin mencari kejelasan dan keadilan.
"Suara warga di luar masih ramai. Ada yang bilang bunuh diri, tapi ada pula yang mengatakan dibunuh, karena tetangga ketika subuh sempat mendengar suara teriakan minta tolong. Daripada memunculkan spekulasi, kami berharap makam dibongkar dan jenazah diautopsi, biar jelas kesimpulannya seperti apa," kata Dyah.
(Baca juga: Anak Gangguan Jiwa Dipasung 7 Tahun, Ibunya Lumpuh Akibat Polio )
Dyah menceritakan terjadi kesalahpahaman. Kala itu seusai kejadian pihaknya mengira jenazah sudah diautopsi oleh petugas medis. Tapi ternyata hanya divisum luar. Maka kenapa ia dan keluarga baru sekarang memutuskan supaya jenazah diotopsi .
"Waktu itu keluarga dalam suasana masih bingung. Saya sendiri pasca kejadian, juga diperiksa di Mapolsek Pancur. Tahunya pihak keluarga sudah diautopsi, sebelum jenazah dimakamkan. Ternyata nggak," ungkapnya.
Diakuinya, meninggalnya sang kakak sarat kejanggalan. Ia mencontohkan kalau orang bunuh diri, umumnya keluar kotoran, mata membelalak dan lidah menjulur. Namun jenazah Rupi'ah tidak menunjukkan ciri-ciri seperti itu. Warga ketika datang ke TKP, sudah mendapati posisi jenazah berada di pangkuan suami sirinya.
"Saya juga tinggal di Desa Pohlandak, jadi saat ditelepon kakak saya meninggal dunia, ya langsung datang ke lokasi. Selain kejanggalan kondisi jenazah, ada keganjilan lain yang sudah saya sampaikan kepada pihak kepolisian. Saat ditanya bagaimana kehidupan keluarga kakak saya, jujur saja memang sering bertengkar dengan suami sirinya," beber wanita berusia 22 tahun ini.
(Baca juga: Demi Sekolah Daring, Anak-anak di Agam Harus Mendaki Bukit )
Sejauh ini pihak keluarga korban sebatas menunggu langkah-langkah dari pihak terkait. Dokter di Puskesmas Pancur , Samsul Anwar membenarkan untuk memastikan penyebab kematian seseorang, harus melalui autopsi yang ditangani oleh dokter spesialis forensik. Mekanismenya, pihak keluarga mengajukan surat untuk dilakukan autopsi, kepada kepolisian. Setelah itu, kepolisian berkoordinasi dengan tim medis.
"Soal biaya, tergantung siapa yang mengajukan. Kalau dari keluarga, keluarga yang menanggung. Tapi kalau inisiatif polisi karena mengarah dugaan korban tindak kejahatan, keluarga ya terbebas dari biaya," terangnya.
Sebelumnya, berdasarkan hasil olah TKP polisi dan pemeriksaan petugas medis, Rupi'ah diduga meninggal dunia, karena bunuh diri. Almarhumah yang sehari-hari berjualan di warung kopi, meninggalkan tiga anak, termasuk bayi berusia empat bulan.
(Baca juga: Anak Gangguan Jiwa Dipasung 7 Tahun, Ibunya Lumpuh Akibat Polio )
Langkah tersebut untuk memastikan penyebab meninggalnya Rupi'ah, apakah karena bunuh diri atau dibunuh. Adik korban, Dyah Pratiwi menjelaskan, pihaknya sama sekali tidak bermaksud menuduh seseorang. Tapi hanya ingin mencari kejelasan dan keadilan.
"Suara warga di luar masih ramai. Ada yang bilang bunuh diri, tapi ada pula yang mengatakan dibunuh, karena tetangga ketika subuh sempat mendengar suara teriakan minta tolong. Daripada memunculkan spekulasi, kami berharap makam dibongkar dan jenazah diautopsi, biar jelas kesimpulannya seperti apa," kata Dyah.
(Baca juga: Anak Gangguan Jiwa Dipasung 7 Tahun, Ibunya Lumpuh Akibat Polio )
Dyah menceritakan terjadi kesalahpahaman. Kala itu seusai kejadian pihaknya mengira jenazah sudah diautopsi oleh petugas medis. Tapi ternyata hanya divisum luar. Maka kenapa ia dan keluarga baru sekarang memutuskan supaya jenazah diotopsi .
"Waktu itu keluarga dalam suasana masih bingung. Saya sendiri pasca kejadian, juga diperiksa di Mapolsek Pancur. Tahunya pihak keluarga sudah diautopsi, sebelum jenazah dimakamkan. Ternyata nggak," ungkapnya.
Diakuinya, meninggalnya sang kakak sarat kejanggalan. Ia mencontohkan kalau orang bunuh diri, umumnya keluar kotoran, mata membelalak dan lidah menjulur. Namun jenazah Rupi'ah tidak menunjukkan ciri-ciri seperti itu. Warga ketika datang ke TKP, sudah mendapati posisi jenazah berada di pangkuan suami sirinya.
"Saya juga tinggal di Desa Pohlandak, jadi saat ditelepon kakak saya meninggal dunia, ya langsung datang ke lokasi. Selain kejanggalan kondisi jenazah, ada keganjilan lain yang sudah saya sampaikan kepada pihak kepolisian. Saat ditanya bagaimana kehidupan keluarga kakak saya, jujur saja memang sering bertengkar dengan suami sirinya," beber wanita berusia 22 tahun ini.
(Baca juga: Demi Sekolah Daring, Anak-anak di Agam Harus Mendaki Bukit )
Sejauh ini pihak keluarga korban sebatas menunggu langkah-langkah dari pihak terkait. Dokter di Puskesmas Pancur , Samsul Anwar membenarkan untuk memastikan penyebab kematian seseorang, harus melalui autopsi yang ditangani oleh dokter spesialis forensik. Mekanismenya, pihak keluarga mengajukan surat untuk dilakukan autopsi, kepada kepolisian. Setelah itu, kepolisian berkoordinasi dengan tim medis.
"Soal biaya, tergantung siapa yang mengajukan. Kalau dari keluarga, keluarga yang menanggung. Tapi kalau inisiatif polisi karena mengarah dugaan korban tindak kejahatan, keluarga ya terbebas dari biaya," terangnya.
Sebelumnya, berdasarkan hasil olah TKP polisi dan pemeriksaan petugas medis, Rupi'ah diduga meninggal dunia, karena bunuh diri. Almarhumah yang sehari-hari berjualan di warung kopi, meninggalkan tiga anak, termasuk bayi berusia empat bulan.
(eyt)