Pandemi COVID-19, Kesehatan Mental Anak Perlu Dijaga

Kamis, 23 Juli 2020 - 10:46 WIB
loading...
Pandemi COVID-19, Kesehatan...
Foto/Ilustrasi/SINDOnews/dok
A A A
SURABAYA - Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) dirayakan di tengah pandemi COVID-19 . Berbagai harapan masih terbentang buat anak-anak untuk bisa merawat mimpi dan cita-cita.

Di tengah pandemi COVID-19, kesehatan mental anak harus tetap dijaga. Selama empat bulan terakhir ini, anak-anak harus menghadapi kenyataan tak bisa bersekolah dan bermain di luar rumah. Di tengah keterbatasan itu, mereka masih menyimpan senyuman dan tetap berkreasi dari rumah.

Child Protection Specialist UNICEF Kantor Perwakilan wilayah Jawa, Naning Pudji Julianingsih menuturkan, perayaan HAN tahun ini memang berbeda dari sebelumnya. Meskipun di tengah keterbatasan, anak-anak masih bisa menghasilkan karya yang luar biasa dari masing-masing rumahnya.

“Kesehatan dan pendidikan anak-anak menjadi perhatian penting di tengah pandemi ini. Termasuk menjaga kesehatan mental mereka di tengah keterbatasan,” ujar Naning, Kamis (23/7/2020).

Dalam situasi saat ini, lanjutnya, anak-anak harus bisa didampingi keluarga. Semua itu untuk bisa menjaga kesehatan mental anak.

Apalagi beberapa anak harus melihat kenyataan orang tuanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), rasa jenuh di rumah dan percakapan keras yang harusnya tak mereka dengar.

"Meskipun dalam kondisi sulit menghadapi pandemi, semua anak harus bisa dipastikan pendidikannya serta kontrol keluarga yang baik. Termasuk dalam kesehatan mental anak yang harus dijaga,” jelasnya. (Baca juga: Bupati Jember Dimakzulkan, DPRD Segera Kirim Pandangan 7 Fraksi ke MA)

Fasilitator Nasional Sistem Perlindungan Anak, Winny Isnaeni mengatakan, salah satu isu perlindungan anak yang saat ini marak terjadi dan seringkali masih diabaikan dampaknya ialah isu kekerasan, eksploitasi, kesehatan mental anak, dan penelataran anak. (Baca juga: Terbakar 12 Jam, Gudang Bahan Baku Obat Nyamuk Baru Bisa Padam)

“Kasus kekerasan berbasis gender masih sering dianggap tabu oleh masyarakat karena pengaruh budaya dan lingkungan masyarakat. Ini yang kemudian menyebabkan kasus yang banyak terjadi tidak terungkap dan tidak ada penanganan maupun respon terhadap korban. Jika tidak dicegah dan ditangani dengan baik, kasus kekerasan dapat berdampak bagi korban,” ujar Winny.
(boy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1942 seconds (0.1#10.140)