Tuah Sumpah Palapa Gajah Mada Bungkam Keangkuhan Pembesar Kerajaan Majapahit
loading...
A
A
A
GAJAH Mada mengucapkan Sumpah Palapa setelah diangkat sebagai Amangkubumi Kerajaan Majapahit. Dalam sumpahnya, ia berjanji untuk tidak menikmati kesenangan pribadi hingga seluruh Nusantara berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Sumpah ini, meskipun mulia, awalnya dipandang sebelah mata oleh para pembesar kerajaan, termasuk Arya Tadah, yang sebelumnya mendukung Gajah Mada. Banyak di antara mereka menertawakan dan meremehkan janji Gajah Mada.
Namun, cemoohan dan keraguan ini tak membuat Gajah Mada gentar. Di tengah keangkuhan para pembesar seperti Ra Kembar, Lembu Peteng, dan Jabung Tarewes, Gajah Mada membuktikan ketegasannya.
Dalam buku ‘Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara’ karya Mohamad Yamin menjelaskan bahwa ‘Sumpah itu bernama Sumpah Palapa, yang bermaksud bahwa Gajah Mada berpantang bersenang-senang memikirkan diri sendiri dan berpuasa selama cita-cita negara belum sampai.
Di muka para menteri dan di tengah-tengah paseban, Gajah Mada mengucapkan janji, “Saya baru akan berhenti berpuasa makan buah Palapa jikalau seluruh Nusantara takluk di bawah kekuasaan negara (Majapahit)”.
Jadi, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa tidak asal bicara tapi, berdasarkan pengkajian mendalam agar Kerajaan Majapahit menguasai 10 wilayah penting tadi di bawah panji Nusantara.
Ironisnya, Sumpah Palapa yang digelorakan Gajah Mada yang ingin menyatukan wilayah Nusantara justru mendapat tantangan hebat di kalangan pembesar Kerajaan Majapahit sendiri.
Mantan patih Arya Tadah yang semula mendukung Gajah Mada menggantikan dirinya sebagai Amangkubumi tak memercayai sumpah Gajah Mada dan memperoloknya.
Sumpah ini, meskipun mulia, awalnya dipandang sebelah mata oleh para pembesar kerajaan, termasuk Arya Tadah, yang sebelumnya mendukung Gajah Mada. Banyak di antara mereka menertawakan dan meremehkan janji Gajah Mada.
Namun, cemoohan dan keraguan ini tak membuat Gajah Mada gentar. Di tengah keangkuhan para pembesar seperti Ra Kembar, Lembu Peteng, dan Jabung Tarewes, Gajah Mada membuktikan ketegasannya.
Dalam buku ‘Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara’ karya Mohamad Yamin menjelaskan bahwa ‘Sumpah itu bernama Sumpah Palapa, yang bermaksud bahwa Gajah Mada berpantang bersenang-senang memikirkan diri sendiri dan berpuasa selama cita-cita negara belum sampai.
Di muka para menteri dan di tengah-tengah paseban, Gajah Mada mengucapkan janji, “Saya baru akan berhenti berpuasa makan buah Palapa jikalau seluruh Nusantara takluk di bawah kekuasaan negara (Majapahit)”.
Jadi, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa tidak asal bicara tapi, berdasarkan pengkajian mendalam agar Kerajaan Majapahit menguasai 10 wilayah penting tadi di bawah panji Nusantara.
Ironisnya, Sumpah Palapa yang digelorakan Gajah Mada yang ingin menyatukan wilayah Nusantara justru mendapat tantangan hebat di kalangan pembesar Kerajaan Majapahit sendiri.
Mantan patih Arya Tadah yang semula mendukung Gajah Mada menggantikan dirinya sebagai Amangkubumi tak memercayai sumpah Gajah Mada dan memperoloknya.