Kisah Narotama, Penasihat Kahuripan yang Antarkan Airlangga Jadi Raja Termasyhur
loading...
A
A
A
AIRLANGGA menjadi raja besar di Pulau Jawa tak lepas dari peran seorang penasehat. Penasihat bernama Narotama ini konon memiliki andil besar dalam tindak tanduk Airlangga saat menjadi pemimpin di Kahuripan usai praha keruntuhan Mataram Kuno.
Sosok Narotama disebut sebagai pamong setia Raja Airlangga, yang selalu mengikuti pasang surut hidupnya. Pada kehidupan yang serba sulit di asrama Wanagiri, saat Airlangga melarikan diri kabur dari kejaran lawan, Narotama tak henti-hentinya memberikan nasehat.
Siapa sosok Narotama sebenarnya tergambar dalam Prasasti Bebetin, yang menyebut Narotama adalah guru Sri Dharmodayana Warmadewa di Pulau Bali, ayah Airlangga. Maka ketika Airlangga berangkat ke Jawa, Narotama ikut sebagai pengawalnya.
Setelah Airlangga berjaya menguasai Pulau Jawa dan menjadi raja di Jawa Timur, Narotama diangkat sebagai Rakryan Kanuruhan, dikenal sebagai Rakryan Kanuruhan Mpu Dharmamurti Narotama Danasura.
Hal itu sebagaimana dikutip dari buku “Tafsir Sejarah Nagarakretagama” dari sejarawan Prof. Slamet Muljana. Nama Narotama itu tercantum hampir pada semua prasasti Raja Airlangga yang ditemukan hingga sekarang.
Sampai tahun 1041, ketika Raja Airlangga mengeluarkan prasasti Pucangan yang menguraikan riwayat hidup sang prabu dan silsilahnya, Narotama masih memegang jabatan Rakryan Kanuruhan.
Prasasti Gandhakuti, 1042, tentang anugerah tanah di Kambang Sri untuk dijadikan tanah perdikan Gandhakuti Raja Airlangga menyebut dirinya Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana, tidak menyebut nama Rakryan Kanuruhan Mpu Dharmamurti Narotama Danasura.
Karena prasasti itu memang tidak menyebut nama para pembesar kerajaan kecuali sang prabu.Tapi dalam struktur pemerintahan Raja Airlangga disebutkan bahwa jabatan tertinggi setelah raja adalah Rakryan Mahamantri Hino.
Sejak 1021, seperti dinyatakan dalam prasasti Cane, sampai 1035 seperti tertera dalam prasasti Turun Hyang, jabatan Rakryan Mahamantri dipegang Sri Sanggaramawijaya Dharmaprasada Uttungga Dewi, putri Raja Airlangga hasil pernikahan dengan Raja Dharmawangsa.
Tapi setelah itu nama Sanggaramawijaya juga tak tercantum lagi dalam prasasti manapun, seperti ketika hilangnya nama Narotama dalam prasasti - prasasti era Airlangga. Demikianlah tidak dapat diketahui apakah pada tahun itu Narotama masih hidup atau sudah meninggal.
Sosok Narotama disebut sebagai pamong setia Raja Airlangga, yang selalu mengikuti pasang surut hidupnya. Pada kehidupan yang serba sulit di asrama Wanagiri, saat Airlangga melarikan diri kabur dari kejaran lawan, Narotama tak henti-hentinya memberikan nasehat.
Siapa sosok Narotama sebenarnya tergambar dalam Prasasti Bebetin, yang menyebut Narotama adalah guru Sri Dharmodayana Warmadewa di Pulau Bali, ayah Airlangga. Maka ketika Airlangga berangkat ke Jawa, Narotama ikut sebagai pengawalnya.
Baca Juga
Setelah Airlangga berjaya menguasai Pulau Jawa dan menjadi raja di Jawa Timur, Narotama diangkat sebagai Rakryan Kanuruhan, dikenal sebagai Rakryan Kanuruhan Mpu Dharmamurti Narotama Danasura.
Hal itu sebagaimana dikutip dari buku “Tafsir Sejarah Nagarakretagama” dari sejarawan Prof. Slamet Muljana. Nama Narotama itu tercantum hampir pada semua prasasti Raja Airlangga yang ditemukan hingga sekarang.
Sampai tahun 1041, ketika Raja Airlangga mengeluarkan prasasti Pucangan yang menguraikan riwayat hidup sang prabu dan silsilahnya, Narotama masih memegang jabatan Rakryan Kanuruhan.
Prasasti Gandhakuti, 1042, tentang anugerah tanah di Kambang Sri untuk dijadikan tanah perdikan Gandhakuti Raja Airlangga menyebut dirinya Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana, tidak menyebut nama Rakryan Kanuruhan Mpu Dharmamurti Narotama Danasura.
Karena prasasti itu memang tidak menyebut nama para pembesar kerajaan kecuali sang prabu.Tapi dalam struktur pemerintahan Raja Airlangga disebutkan bahwa jabatan tertinggi setelah raja adalah Rakryan Mahamantri Hino.
Sejak 1021, seperti dinyatakan dalam prasasti Cane, sampai 1035 seperti tertera dalam prasasti Turun Hyang, jabatan Rakryan Mahamantri dipegang Sri Sanggaramawijaya Dharmaprasada Uttungga Dewi, putri Raja Airlangga hasil pernikahan dengan Raja Dharmawangsa.
Tapi setelah itu nama Sanggaramawijaya juga tak tercantum lagi dalam prasasti manapun, seperti ketika hilangnya nama Narotama dalam prasasti - prasasti era Airlangga. Demikianlah tidak dapat diketahui apakah pada tahun itu Narotama masih hidup atau sudah meninggal.
(ams)