Kisah Bayi Prabu Siliwangi Diasuh Induk Harimau di Tengah Hutan Belantara
loading...
A
A
A
Nyi Rara Sigir tertarik untuk mengambil si kecil Siliwangi. Anak itu diurus serta dimandikannya sehingga muncul cahaya kebesarannya. Dari situ tampak tanda-tanda bahwa dia adalah keturunan dari bangsawan besar.
Gilang-gemilang bersinar cahayanya, memancar keluar sehingga sang Ayu Rara Sigir jatuh cinta kepadanya, dan menginginkannya untuk menjadi jodohnya. "Jadikanlah Jaka Siliwangi ini menjadi jodohku, semoga tercapai keinginan hatiku," begitulah permintaannya.
Dikisahkan kemudian, pada waktu itu terjadi malapetaka. Ciptaannya Dalem Palimanan bermaksud akan menculik Putri Rara Sigir. Raksasa itu datang menyambar sang putri, namun sang putri Sigir dapat mengelak dan segera ditolong oleh Siliwangi.
Dua raksasa itu dilawannya, ditendang hingga raksasa itu jatuh terguling-guling. Ketika itu semua orang di Sindangkasih, menyaksikan akan kesaktian Siliwangi. Mereka menduga bahwa anak itu pastinya bukan anak sembarangan, dia telah mampu mengusir kedua raksasa itu. Dengan kejadian itu orang Sindangkasih mulai melihat Siliwangi sebagai seseorang yang tidak bisa diremehkan.
Dalam bukunya yang berjudul "Hitam Putih Pajajaran, Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran," Fery Taufiq El-Jaquene menyebutkan, Prabu Siliwangi yang memiliki gelar Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja, merupakan putra Prabu Dewa Niskala, yang lahir pada tahun 1401 Masehi, di Kawali, Ciamis, Jawa Barat.
Prabu Siliwangi memerintah Kerajaan Pajajaran, pada tahun 1482-1521 Mahsehi. Dalam catatan Carita Puisi, dan Prasasti Batutulis, disebutkan Sri Baduga Maharaja dinobatkan sebagai raja, sebanyak dua kali.
Penobatan pertama dilakukan, ketika Jayadewata mendapatkan mandat untuk memegang Kerajaan Galuh di Kawali, Ciamis, dari sang ayah Prabu Dewa Niskala, putra Mahaputra Niskala Wastu Kancana, dari permaisuri Mayangsari, putri Prabu Bunisora, dengan gelar Dewataprana.
Kemudian, Sri Baduga Maharaja menerima mandat Kerajaan Sunda di Pakuan Bogor, dari mertuanya bernama Prabu Susuktunggal, putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana, dari permaisuri Ratna Sarkati, putri Resi Susuk Lampung.
Gilang-gemilang bersinar cahayanya, memancar keluar sehingga sang Ayu Rara Sigir jatuh cinta kepadanya, dan menginginkannya untuk menjadi jodohnya. "Jadikanlah Jaka Siliwangi ini menjadi jodohku, semoga tercapai keinginan hatiku," begitulah permintaannya.
Dikisahkan kemudian, pada waktu itu terjadi malapetaka. Ciptaannya Dalem Palimanan bermaksud akan menculik Putri Rara Sigir. Raksasa itu datang menyambar sang putri, namun sang putri Sigir dapat mengelak dan segera ditolong oleh Siliwangi.
Dua raksasa itu dilawannya, ditendang hingga raksasa itu jatuh terguling-guling. Ketika itu semua orang di Sindangkasih, menyaksikan akan kesaktian Siliwangi. Mereka menduga bahwa anak itu pastinya bukan anak sembarangan, dia telah mampu mengusir kedua raksasa itu. Dengan kejadian itu orang Sindangkasih mulai melihat Siliwangi sebagai seseorang yang tidak bisa diremehkan.
Dalam bukunya yang berjudul "Hitam Putih Pajajaran, Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran," Fery Taufiq El-Jaquene menyebutkan, Prabu Siliwangi yang memiliki gelar Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja, merupakan putra Prabu Dewa Niskala, yang lahir pada tahun 1401 Masehi, di Kawali, Ciamis, Jawa Barat.
Prabu Siliwangi memerintah Kerajaan Pajajaran, pada tahun 1482-1521 Mahsehi. Dalam catatan Carita Puisi, dan Prasasti Batutulis, disebutkan Sri Baduga Maharaja dinobatkan sebagai raja, sebanyak dua kali.
Penobatan pertama dilakukan, ketika Jayadewata mendapatkan mandat untuk memegang Kerajaan Galuh di Kawali, Ciamis, dari sang ayah Prabu Dewa Niskala, putra Mahaputra Niskala Wastu Kancana, dari permaisuri Mayangsari, putri Prabu Bunisora, dengan gelar Dewataprana.
Kemudian, Sri Baduga Maharaja menerima mandat Kerajaan Sunda di Pakuan Bogor, dari mertuanya bernama Prabu Susuktunggal, putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana, dari permaisuri Ratna Sarkati, putri Resi Susuk Lampung.