Misi Bersama, Jangan Ada Pekerja Anak di Perkebunan Kakao di Lutra
Sabtu, 23 Juli 2022 - 08:40 WIB
LUWU UTARA - Pemerintah Kabupaten Luwu Utara ( Pemkab Lutra ) bekerjasama dengan Mars Indonesia, Save The Children dan Perkumpulan Wallacea, saat ini tengah mengemban misi mulia. Kolaborasi instansi itu berupaya menghentikan praktik-praktik mempekerjakan anak di sentra-sentra perkebunan kakao melalui program perlindungan anak terpadu di sektor kakao.
Program ini bertujuan membantu anak-anak keluar dari pekerjaan berbahaya, mempromosikan hak-hak anak serta menerapkan sistem perlindungan berkelanjutan masyarakat petani kakao di Provinsi Sulawesi Selatan, salah satunya di Kabupaten Lutra.
Public Affairs Mars Indonesia, Andi Fitriani, menyebutkan program Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan rantai pasok untuk mencegah, memantau dan menanggapi masalah perlindungan anak, khususnya di kalangan masyarakat petani kakao.
“Sebenarnya yang ingin kami antisipasi adalah jangan sampai terjadi ada pekerja anak di sentra kakao, khususnya di Luwu Utara ,” kata Fitriani mengingatkan, saat ditemui usai kegiatan Lokakarya Menuju Pengembangan Inklusif Melalui Penguatan Kelembagaan Kelompok Rentan dan Keberfungsian PATBM di Kabupaten Lutra.
Untuk itu, melalui program Perlindungan Anak Terpadu Sektor Kakao ini, diharapkan masyarakat petani kakao, khususnya yang ada di desa, dapat mengubah pola pikirnya dalam rangka untuk menghadirkan kesejahteraan bagi mereka, sehingga anak-anak mereka tidak dijadikan pekerja di sentra-sentra perkebunan kakao.
“Jadi, kesejahteraan petani itu penting. Ini juga kenapa kami melihat bahwa anak akan menjadi rentan jika orang tuanya tidak sejahtera. Nah, melalui program ini, kami, bersama Save The Children dan Perkumpulan Wallacea, akan terus bergerak ke desa-desa yang sudah kami bina untuk memastikan tidak ada pekerja anak di sentra kakao,” jelasnya.
“Sengaja kami bermitra dengan Save The Children dan Wallacea, karena kami tidak punya keahlian dalam hal pendidikan tentang anak, dan pola pengasuhan anak. Nah, teman-teman dari Wallacea dan Save The Children ini yang bisa melakukan pendampingan di desa,” imbuhnya, seraya berharap petani kakao paham akan hak-hak anak.
Program ini bertujuan membantu anak-anak keluar dari pekerjaan berbahaya, mempromosikan hak-hak anak serta menerapkan sistem perlindungan berkelanjutan masyarakat petani kakao di Provinsi Sulawesi Selatan, salah satunya di Kabupaten Lutra.
Public Affairs Mars Indonesia, Andi Fitriani, menyebutkan program Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan rantai pasok untuk mencegah, memantau dan menanggapi masalah perlindungan anak, khususnya di kalangan masyarakat petani kakao.
“Sebenarnya yang ingin kami antisipasi adalah jangan sampai terjadi ada pekerja anak di sentra kakao, khususnya di Luwu Utara ,” kata Fitriani mengingatkan, saat ditemui usai kegiatan Lokakarya Menuju Pengembangan Inklusif Melalui Penguatan Kelembagaan Kelompok Rentan dan Keberfungsian PATBM di Kabupaten Lutra.
Untuk itu, melalui program Perlindungan Anak Terpadu Sektor Kakao ini, diharapkan masyarakat petani kakao, khususnya yang ada di desa, dapat mengubah pola pikirnya dalam rangka untuk menghadirkan kesejahteraan bagi mereka, sehingga anak-anak mereka tidak dijadikan pekerja di sentra-sentra perkebunan kakao.
“Jadi, kesejahteraan petani itu penting. Ini juga kenapa kami melihat bahwa anak akan menjadi rentan jika orang tuanya tidak sejahtera. Nah, melalui program ini, kami, bersama Save The Children dan Perkumpulan Wallacea, akan terus bergerak ke desa-desa yang sudah kami bina untuk memastikan tidak ada pekerja anak di sentra kakao,” jelasnya.
“Sengaja kami bermitra dengan Save The Children dan Wallacea, karena kami tidak punya keahlian dalam hal pendidikan tentang anak, dan pola pengasuhan anak. Nah, teman-teman dari Wallacea dan Save The Children ini yang bisa melakukan pendampingan di desa,” imbuhnya, seraya berharap petani kakao paham akan hak-hak anak.
tulis komentar anda