Misi Bersama, Jangan Ada Pekerja Anak di Perkebunan Kakao di Lutra
loading...
A
A
A
LUWU UTARA - Pemerintah Kabupaten Luwu Utara ( Pemkab Lutra ) bekerjasama dengan Mars Indonesia, Save The Children dan Perkumpulan Wallacea, saat ini tengah mengemban misi mulia. Kolaborasi instansi itu berupaya menghentikan praktik-praktik mempekerjakan anak di sentra-sentra perkebunan kakao melalui program perlindungan anak terpadu di sektor kakao.
Program ini bertujuan membantu anak-anak keluar dari pekerjaan berbahaya, mempromosikan hak-hak anak serta menerapkan sistem perlindungan berkelanjutan masyarakat petani kakao di Provinsi Sulawesi Selatan, salah satunya di Kabupaten Lutra.
Public Affairs Mars Indonesia, Andi Fitriani, menyebutkan program Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan rantai pasok untuk mencegah, memantau dan menanggapi masalah perlindungan anak, khususnya di kalangan masyarakat petani kakao.
“Sebenarnya yang ingin kami antisipasi adalah jangan sampai terjadi ada pekerja anak di sentra kakao, khususnya di Luwu Utara ,” kata Fitriani mengingatkan, saat ditemui usai kegiatan Lokakarya Menuju Pengembangan Inklusif Melalui Penguatan Kelembagaan Kelompok Rentan dan Keberfungsian PATBM di Kabupaten Lutra.
Untuk itu, melalui program Perlindungan Anak Terpadu Sektor Kakao ini, diharapkan masyarakat petani kakao, khususnya yang ada di desa, dapat mengubah pola pikirnya dalam rangka untuk menghadirkan kesejahteraan bagi mereka, sehingga anak-anak mereka tidak dijadikan pekerja di sentra-sentra perkebunan kakao.
“Jadi, kesejahteraan petani itu penting. Ini juga kenapa kami melihat bahwa anak akan menjadi rentan jika orang tuanya tidak sejahtera. Nah, melalui program ini, kami, bersama Save The Children dan Perkumpulan Wallacea, akan terus bergerak ke desa-desa yang sudah kami bina untuk memastikan tidak ada pekerja anak di sentra kakao,” jelasnya.
“Sengaja kami bermitra dengan Save The Children dan Wallacea, karena kami tidak punya keahlian dalam hal pendidikan tentang anak, dan pola pengasuhan anak. Nah, teman-teman dari Wallacea dan Save The Children ini yang bisa melakukan pendampingan di desa,” imbuhnya, seraya berharap petani kakao paham akan hak-hak anak.
“Sebenarnya bukan masalah pekerja anaknya, tetapi bagaimana petani kakao paham hak-hak anak, karena kakao ini kan perkebunan, butuh regenerasi. Bagaimana proses pembelajaran ke anak-anak itu bisa dilakukan, tetapi tetap menjaga hak-hak anak, seperti hak untuk tumbuh kembangnya, hak bermain anak, dan hak sekolahnya,” ucapnya menambahkan.
Dikatakannya bahwa pihaknya bersama stakeholder terkait lainnya terus akan berkontribusi dalam menyukseskan misi dari program tersebut, seperti melakukan edukasi, pendampingan, serta penguatan kelembagaan. “Kegiatan pendampingan dan penguatan kelembagaan di desa perlu terus kita lakukan, karena kami juga tidak selamanya ada di desa, makanya pendampingan ini menjadi sangat penting,” terangnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Lestari Celebes Area atau yang lebih dikenal sebagai Wallacea, Basri Andang, mengatakan bahwa program ini adalah upaya kolaboratif untuk mendukung desa inklusif terhadap 7 kelompok rentan, yaitu anak, disabilitas, kaum perempuan, lansia, kelompok usia muda, masyarakat adat, dan orang miskin.
“Payung besarnya sebenarnya adalah tujuh kelompok rentan ini, bagaimana kita mendorong desa inklusif di desa,” kata Basri. Salah satu instrumen penting dalam upaya mendukung PATBM ini, kata dia, adalah memaksimalkan dan menguatkan kelembagaan di desa untuk mengurus problematika yang terjadi pada kelompok rentan, khususnya anak.
“Kita dari Wallacea, bersama Pemda Luwu Utara , Mars dan Save The Children, akan memulai dengan menginisiasi PATBM di desa, yaitu bagaimana meningkatkan kapasitas pengurus PATBM yang ada di 10 desa inti dan 5 desa replikasi,” beber dia.
Basri berharap, dengan program ini, akan terjadi perlindungan dan pemenuhan hak anak. Dan lebih spesifik lagi, kata dia, adanya penghapusan pekerja anak di sektor perkebunan kakao . “Kami bersama Mars dan Save The Children akan bergerak di sektor kakao dan anak. Intinya adalah bagaimana membangun visi bersama dalam menghapus pekerja anak di perkebunan kakao,” pungkasnya.
Program ini bertujuan membantu anak-anak keluar dari pekerjaan berbahaya, mempromosikan hak-hak anak serta menerapkan sistem perlindungan berkelanjutan masyarakat petani kakao di Provinsi Sulawesi Selatan, salah satunya di Kabupaten Lutra.
Public Affairs Mars Indonesia, Andi Fitriani, menyebutkan program Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan rantai pasok untuk mencegah, memantau dan menanggapi masalah perlindungan anak, khususnya di kalangan masyarakat petani kakao.
“Sebenarnya yang ingin kami antisipasi adalah jangan sampai terjadi ada pekerja anak di sentra kakao, khususnya di Luwu Utara ,” kata Fitriani mengingatkan, saat ditemui usai kegiatan Lokakarya Menuju Pengembangan Inklusif Melalui Penguatan Kelembagaan Kelompok Rentan dan Keberfungsian PATBM di Kabupaten Lutra.
Untuk itu, melalui program Perlindungan Anak Terpadu Sektor Kakao ini, diharapkan masyarakat petani kakao, khususnya yang ada di desa, dapat mengubah pola pikirnya dalam rangka untuk menghadirkan kesejahteraan bagi mereka, sehingga anak-anak mereka tidak dijadikan pekerja di sentra-sentra perkebunan kakao.
“Jadi, kesejahteraan petani itu penting. Ini juga kenapa kami melihat bahwa anak akan menjadi rentan jika orang tuanya tidak sejahtera. Nah, melalui program ini, kami, bersama Save The Children dan Perkumpulan Wallacea, akan terus bergerak ke desa-desa yang sudah kami bina untuk memastikan tidak ada pekerja anak di sentra kakao,” jelasnya.
“Sengaja kami bermitra dengan Save The Children dan Wallacea, karena kami tidak punya keahlian dalam hal pendidikan tentang anak, dan pola pengasuhan anak. Nah, teman-teman dari Wallacea dan Save The Children ini yang bisa melakukan pendampingan di desa,” imbuhnya, seraya berharap petani kakao paham akan hak-hak anak.
“Sebenarnya bukan masalah pekerja anaknya, tetapi bagaimana petani kakao paham hak-hak anak, karena kakao ini kan perkebunan, butuh regenerasi. Bagaimana proses pembelajaran ke anak-anak itu bisa dilakukan, tetapi tetap menjaga hak-hak anak, seperti hak untuk tumbuh kembangnya, hak bermain anak, dan hak sekolahnya,” ucapnya menambahkan.
Dikatakannya bahwa pihaknya bersama stakeholder terkait lainnya terus akan berkontribusi dalam menyukseskan misi dari program tersebut, seperti melakukan edukasi, pendampingan, serta penguatan kelembagaan. “Kegiatan pendampingan dan penguatan kelembagaan di desa perlu terus kita lakukan, karena kami juga tidak selamanya ada di desa, makanya pendampingan ini menjadi sangat penting,” terangnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Lestari Celebes Area atau yang lebih dikenal sebagai Wallacea, Basri Andang, mengatakan bahwa program ini adalah upaya kolaboratif untuk mendukung desa inklusif terhadap 7 kelompok rentan, yaitu anak, disabilitas, kaum perempuan, lansia, kelompok usia muda, masyarakat adat, dan orang miskin.
“Payung besarnya sebenarnya adalah tujuh kelompok rentan ini, bagaimana kita mendorong desa inklusif di desa,” kata Basri. Salah satu instrumen penting dalam upaya mendukung PATBM ini, kata dia, adalah memaksimalkan dan menguatkan kelembagaan di desa untuk mengurus problematika yang terjadi pada kelompok rentan, khususnya anak.
“Kita dari Wallacea, bersama Pemda Luwu Utara , Mars dan Save The Children, akan memulai dengan menginisiasi PATBM di desa, yaitu bagaimana meningkatkan kapasitas pengurus PATBM yang ada di 10 desa inti dan 5 desa replikasi,” beber dia.
Basri berharap, dengan program ini, akan terjadi perlindungan dan pemenuhan hak anak. Dan lebih spesifik lagi, kata dia, adanya penghapusan pekerja anak di sektor perkebunan kakao . “Kami bersama Mars dan Save The Children akan bergerak di sektor kakao dan anak. Intinya adalah bagaimana membangun visi bersama dalam menghapus pekerja anak di perkebunan kakao,” pungkasnya.
(tri)