Jika Warga Patuh, Wabah Covid-19 di Sulsel Hilang Sebelum Ramadhan Berakhir
Senin, 27 April 2020 - 06:25 WIB
"Jadi saya kira kesadaran masyarakat Sulesl kita harapkan dan ambisi saya adalah kami ingin yang pertama keluar dari virus korona di Indonesia. Mudah-mudahan Sulawesi Selatan menunjukkan kondisi yang sangat baik sehingga korona ini bisa tuntas di sulssl sebelum Ramadan. Itu ambisi kita, tapi kalau disiplin masyarakat masih begini-begini, saya yakin perjalanan kita masih panjang," paparnya.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 ini menambahkan, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan ini. Salah satunya, menyediakan logistik atau pangan kepada masyarakat bagi warga terdampak selama penerapan PSBB.
Pelayanan kesehatan untuk perawatan Covid-19 di tiap rumah sakit (RS) dibenahi. Di Sulsel, bahkan sudah memiliki tiga tempat untuk uji Covid-19, yakni laboratorium Unhas, Balai Laboratorium Kesehatan Makassar, dan laboratorium kesehatan daerah di Soppeng yang baru saja diresmikan beberapa waktu lalu.
Pemprov Sulsel secara khusus menyiapkan tempat karantina bagi warga berstatus orang dalam pemantauan (ODP) yang ditempatkan di Swiss-Bellhotel Makassar. Warga ODP dinilai rentan menularkan atau dianggap sebagai pembawa virus, makanya sejak dini harus dikarantina sejak awal untuk mendapat penanganan.
Refocusing atau realokasi anggaran pun dilakukan. Hasil realokasi anggaran yang sebelumnya ditargetkan Rp500 miliar dialihkan khusus untuk penanggulangan Covid-19. Refocussing anggaran ini berasal dari hasil rasionalisasi belanja kegiatan non-prioritas Pemprov Sulsel.
"Tapi Covid-19 ini kita tidak mungkin memotong rantai penyebarannya hanya dengan anggaran yang besar, tapi dibutuhkan disiplin yang kuat, komitmen yang sama, kesadaran yang sama bahwa wabah virus korona ini menular secara massif kepasa orang-orang yang sehat, kalau kita tidak mengikuti protokol kesehatan," urai dia.
Masyarakat Sulsel turut diminta untuk tidak melakukan mudik sementara waktu. Menurut Nurdin, aktvitas mudik di tengah kondisi saat ini, justru semakin berpotensi menularkan virus ke orang. Makanya, larangan mudik ini diharapkan dilakukan demi melindungi keluarga di kampung halaman masing-masing.
"Tentu kita berharap walaupun kita merasa sedih tisak bisa mudik tapi dari jauh mohon didoakan Sulsel mudah-mudahan bisa terbebas segera dari virus korona. Dan tentu sekali lagi saya sampaikan, di Sulsel Alhamdulillah sekarang lagi perang melawan Covid-19. Tentu ada lenundaan mudik sudah sangat menolak pemerintah untuk memotong mata rantai penyebaran Covid," harapnya.
Bagi warga Sulsel, termasuk mahasiswa, yang saat ini masih berada di perantauan atau menempuh pendidikan di tiap wilayah di Indonesia, Nurdin mengaku akan memenuhi kebutuhan logistik mereka. Pendataan terhadap warga Sulsel di tiap daerah, juga terus dilakukan.
"Seluruh masyarakat Sulsel, dimanapun berada yang telah betul-betul menunda mudik, kepada adik-adik saya para mahasiswa dimanapun berada, yang tentu kali ini tidak bisa pulang kampung, mudik, mohon disampaikan ke kami, berapa banyak saudara-saudara kita dimanapun, tentu pemerintah siap memberikan logistik untuk kebutuhan mereka," tukasnya.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 ini menambahkan, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan ini. Salah satunya, menyediakan logistik atau pangan kepada masyarakat bagi warga terdampak selama penerapan PSBB.
Pelayanan kesehatan untuk perawatan Covid-19 di tiap rumah sakit (RS) dibenahi. Di Sulsel, bahkan sudah memiliki tiga tempat untuk uji Covid-19, yakni laboratorium Unhas, Balai Laboratorium Kesehatan Makassar, dan laboratorium kesehatan daerah di Soppeng yang baru saja diresmikan beberapa waktu lalu.
Pemprov Sulsel secara khusus menyiapkan tempat karantina bagi warga berstatus orang dalam pemantauan (ODP) yang ditempatkan di Swiss-Bellhotel Makassar. Warga ODP dinilai rentan menularkan atau dianggap sebagai pembawa virus, makanya sejak dini harus dikarantina sejak awal untuk mendapat penanganan.
Refocusing atau realokasi anggaran pun dilakukan. Hasil realokasi anggaran yang sebelumnya ditargetkan Rp500 miliar dialihkan khusus untuk penanggulangan Covid-19. Refocussing anggaran ini berasal dari hasil rasionalisasi belanja kegiatan non-prioritas Pemprov Sulsel.
"Tapi Covid-19 ini kita tidak mungkin memotong rantai penyebarannya hanya dengan anggaran yang besar, tapi dibutuhkan disiplin yang kuat, komitmen yang sama, kesadaran yang sama bahwa wabah virus korona ini menular secara massif kepasa orang-orang yang sehat, kalau kita tidak mengikuti protokol kesehatan," urai dia.
Masyarakat Sulsel turut diminta untuk tidak melakukan mudik sementara waktu. Menurut Nurdin, aktvitas mudik di tengah kondisi saat ini, justru semakin berpotensi menularkan virus ke orang. Makanya, larangan mudik ini diharapkan dilakukan demi melindungi keluarga di kampung halaman masing-masing.
"Tentu kita berharap walaupun kita merasa sedih tisak bisa mudik tapi dari jauh mohon didoakan Sulsel mudah-mudahan bisa terbebas segera dari virus korona. Dan tentu sekali lagi saya sampaikan, di Sulsel Alhamdulillah sekarang lagi perang melawan Covid-19. Tentu ada lenundaan mudik sudah sangat menolak pemerintah untuk memotong mata rantai penyebaran Covid," harapnya.
Bagi warga Sulsel, termasuk mahasiswa, yang saat ini masih berada di perantauan atau menempuh pendidikan di tiap wilayah di Indonesia, Nurdin mengaku akan memenuhi kebutuhan logistik mereka. Pendataan terhadap warga Sulsel di tiap daerah, juga terus dilakukan.
"Seluruh masyarakat Sulsel, dimanapun berada yang telah betul-betul menunda mudik, kepada adik-adik saya para mahasiswa dimanapun berada, yang tentu kali ini tidak bisa pulang kampung, mudik, mohon disampaikan ke kami, berapa banyak saudara-saudara kita dimanapun, tentu pemerintah siap memberikan logistik untuk kebutuhan mereka," tukasnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda