Serangan Kera Ekor Panjang Menggila di Wilayah Gunungkidul
Senin, 11 April 2022 - 08:28 WIB
GUNUNGKIDUL - Serangan Kera Ekor Panjang semakin menjadi. Di Kapanewon Tepus, khususnya di Kalurahan Purwodadi primata liar ini menyerang lahan pertanian dan menghabiskan tanaman pangan yang dibudidayakan warga setempat. Tak hanya itu, tanaman buahpun ludes dimakan kera ekor panjang ini.
Warsito salah seorang warga setempat menuturkan, serangan kera ekor panjang belakangan ini memang kian menggila. Tanaman palawija yang ia budidayakan Selama musim hujan ini habis dimakan oleh kera ekor panjang tersebut.
Menurut Warsito serangan kera ekor panjang tersebut sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2018 yang lalu. Namun serangan kera ekor panjang ini semakin parah di Tahun 2022 ini.
Tak hanya tanaman palawija ataupun juga buah namun kini menyerang gubuk-gubuk pemilik warga yang dibangun di ladang. "Kalau jumlahnya ratusan. Kalau turun bergerombol,"papar dia.
Akibat Serangan kera ekor panjang tersebut warga harus rela berjaga di ladang mereka. Mereka bergiliran berjaga di ladang sembari membawa berbagai senjata seperti senapan angin yang dimodifikasi. Tujuannya untuk mengusir kera ekor panjang tersebut agar tidak berangkat ke lahan pertanian mereka
Serangan kera ekor panjang ini membuat mereka rasa Karena para petani mengalami kerugian yang tidak sedikit. Mereka berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan persoalan yang dihadapi oleh para petani akibat hama kera ekor panjang tersebut.
"Senapan angin ini kami modifikasi agar bisa meledak di udara. Sehingga monyet-monyet itu takut,"terangnya
Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul mengakui serangan kera ekor panjang tersebut. Bahkan mereka mencatat hampir separuh wilayah terdampak invasi kera ekor panjang. Upaya penanganan pun menemui kesulitan karena terbentur aturan. Baca: Truk Rem Blong Seruduk Pemotor di Bali, 2 Tewas.
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), DPP Gunungkidul, Jayadi mengungkapkan ada 9 dari 18 kapanewon yang lahan pertaniannya terdampak. Sebagian besar habitat primata ini berada sisi selatan, mulai dari Purwosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo. Lainnya adalah Paliyan, Semin, dan Ponjong.
Warsito salah seorang warga setempat menuturkan, serangan kera ekor panjang belakangan ini memang kian menggila. Tanaman palawija yang ia budidayakan Selama musim hujan ini habis dimakan oleh kera ekor panjang tersebut.
Menurut Warsito serangan kera ekor panjang tersebut sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2018 yang lalu. Namun serangan kera ekor panjang ini semakin parah di Tahun 2022 ini.
Tak hanya tanaman palawija ataupun juga buah namun kini menyerang gubuk-gubuk pemilik warga yang dibangun di ladang. "Kalau jumlahnya ratusan. Kalau turun bergerombol,"papar dia.
Akibat Serangan kera ekor panjang tersebut warga harus rela berjaga di ladang mereka. Mereka bergiliran berjaga di ladang sembari membawa berbagai senjata seperti senapan angin yang dimodifikasi. Tujuannya untuk mengusir kera ekor panjang tersebut agar tidak berangkat ke lahan pertanian mereka
Serangan kera ekor panjang ini membuat mereka rasa Karena para petani mengalami kerugian yang tidak sedikit. Mereka berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan persoalan yang dihadapi oleh para petani akibat hama kera ekor panjang tersebut.
"Senapan angin ini kami modifikasi agar bisa meledak di udara. Sehingga monyet-monyet itu takut,"terangnya
Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul mengakui serangan kera ekor panjang tersebut. Bahkan mereka mencatat hampir separuh wilayah terdampak invasi kera ekor panjang. Upaya penanganan pun menemui kesulitan karena terbentur aturan. Baca: Truk Rem Blong Seruduk Pemotor di Bali, 2 Tewas.
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), DPP Gunungkidul, Jayadi mengungkapkan ada 9 dari 18 kapanewon yang lahan pertaniannya terdampak. Sebagian besar habitat primata ini berada sisi selatan, mulai dari Purwosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo. Lainnya adalah Paliyan, Semin, dan Ponjong.
tulis komentar anda